Jumat, 14 Oktober 2011

Itsar [Mendahulukan Kepentingan Orang Lain di atas Kepentingan Pribadi]

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاةوالسلام على رسول الله وعلى آله ومن والاه أما بعد:

Pada Perang Yarmuk  yang mana kaum muslimin mendapat kemenangan atas Negara Ruum (Romawi) pada masa pemerintahan Kolifah Abu Bakara Ash Shidiq pada tahun 13 H. Berkatalah salah seorang  tentara dari kalangan kaum muslimin :

Seusai pertempuran, aku bersegera untuk menyelidiki (mencari  tahu) keberadaan anak pamanku agar aku dapat memberinya minum jika aku mendapatinya dalam keadaan masih hidup. Maka ketika aku sampai ke tempatnya (anak pamanku) di medan pertempuran, aku mendapatinya dalam keadaan tergeletak diantara tentara (kaum muslimin) yang terluka dalam keadaan sakarotul maut. Maka akupun mendekatkan air kepadanya (untuk memberinya minum), akan tetapi sebelum ia minum (air tersebut) ia mendengar suara tentara lain yang terluka mengerang kesakitan, maka ia pun memberikan isyarot kepadaku untuk lebih mendahulukan air itu untuknya agar ia dapat minum, maka ketika aku sampai kepadanya  aku dapati dia adalah Hisyam ibn ‘Ash, maka aku mendekatkan air itu ke mulutnya, akan tetapi sebelum ia minum ia mendengar suara tentara lain yang terluka meminta air, maka Hisyampun enggan untuk minum dan meminta ku agar memberikan minum itu kepada tentara tersebut. Ketika aku telah sampai kepadanya aku mendapatinya telah wafat, akupun (segera) kembali kapada Hisyam dan aku mendapatinya telah wafat , akupun (segera) pergi kepada anak pamanku dan (ternyata)  aku mendapatinya telah wafat pula”.

Catatan Administrator:

MasyaAllah………aina nahnu min haaulaa’i????????????????

Demikianlah kehidupan para Shohabat Nabi yang terbimbing di atas nubuwah, mereka rela untuk lebih mendahulukan saudaranya di atas diri-diri mereka sampaipun dalam keadaan sakarotul maut, mereka lebih cinta untuk mendahulukan saudaranya dibanding dirinya bahkan mungkin keluarganya. Adapun hari ini, dimana pengaruh Negara-Negara Barat telah mendominasi dan merasuki relung hati kaum muslimin yang mana mereka mempropagandakan paham  individualisme, maka tercerabutlah sifat iitsar dari hati-hati mereka, kecuali yang dirahmati Allah. Mereka tak segan –segan untuk mengatakan “Emangnya Gue Pikirin (EGP)” atau “Elu-elu, gue-gue”. Seakan tak ada lagi persahabatan dan persaudaraan kecuali dibangun diatas sebuah tendensi [kepentingan] duniawiyah. Jika kepentingan itu telah hilang, maka hilang pula persahabatan dan persaudaraan diantara mereka, sirna bersama hembusan angin. Bukan yang ana maksudkan disini kita harus senantiasa bersamanya dalam semua kedaan dan bukan pula kita menjadi syaithon yang bisu  (tidak mau menashihati ketika saudara kita terjatuh pada sebuah kesalahan) karena takut ditinggalkan oleh teman. Maka hendaknya kita menjadi orang-orang yang membangun persahabatan dan persaudaraan  diatas kecintaan kepada Allah, membangun al wala’ dan al baro’ karena Alloh semata, yang mana kita bersaudara dalam rangka saling mengokohkan ketaatan kepada-Nya, saling nashihat menashihati ‘alal birri wa taqwa, wa ‘alal haq wa shobr dsb. Dan kitapun berpisah dengannya dikarenakan Allah jua. Maka jika teman kita  telah menyimpang dari ketaatan kepada  Allah dan Rosul-Nya dan tidak ada lagi nashihat yang dapat masuk ke relung hatinya maka jangan segan untuk mengucapkan “ma’as salaamah” dalam rangka menghindari kemadhorotan yang akan ditimbulkannya. Karena seseorang itu berada di atas agama temannya “Al mar’u ‘alad diini kholiilihi”.

Maroji’ : Silsilah Ta’lim Al Lughoh Al Arobiyah (Al Qiroo’ah Mustawa Tsani’)
Diterjemahkan oleh : Al Fakiiroh ilaa Maghfiroti Robbihaa 
 Ummu Abdirrohman Najiyah Ibnat Kaswita