(Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Bazz -Rahimahulloh-)
Alih Bahasa: Abu Ja’far Al-Harits Al-Minangkabawy -Saddadahulloh-
Markiz Ahlussunnah – Darul Hadits Dammaj, Yaman
-harosahulloh-
Alih Bahasa: Abu Ja’far Al-Harits Al-Minangkabawy -Saddadahulloh-
Markiz Ahlussunnah – Darul Hadits Dammaj, Yaman
-harosahulloh-
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه. أما بعد
Tidak
diragukan bahwa Isro’ Mi’roj termasuk tanda-tanda kekuasaan Alloh yang
agung, yang menunjukkan kebenaran Rosul-Nya Muhammad Sholallohu ‘Alaihi
wa Sallam, demikian juga kemuliaan kedudukannya di sisi Alloh ‘Azza wa
Jalla. Sebagaimana hal itu juga termasuk diantara dalil-dalil tentang
kekuasaan Alloh yang luas dan ketinggian-Nya Subhanahu wa Ta’ala atas
seluruh makhluk-Nya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Alloh yang telah memperjalankan hamba-Nya Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsa yang telah Kami berkati sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah As-Sami’ (Dzat Yang Maha Mendengar) dan Al-Bashir (Dzat Yang Maha Melihat)” (QS Al-Isro’ ayat 1)
Telah
banyak khabar yang tidak bisa didustakan bahwasanya Rosululloh
Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam dinaikkan ke langit, kemudian dibukakan
untuknya pintu-pintu langit sampai melewati langit ke tujuh. Robbnya
Subhanahu wa Ta’ala berbicara dengannya sesuai apa yang diinginkan-Nya.
Maka Dia mewajibkan baginya sholat lima waktu. Pada awalnya Alloh
Subhanahu mewajibkan sebanyak lima puluh sholat, Nabi kita Muhammad
Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam terus-menerus kembali kepada-Nya dan
meminta keringanan, sampai Alloh menjadikannya lima. Lima dalam
kewajiban namun lima puluh dalam pahala, karena kebaikan dibalas sepuluh
kalinya, maka bagi Allohlah segala pujian, dan syukur atas segala
nikmatnya.
Tentang malam terjadinya Isra’ Mi’raj, tidak ada dari hadits-hadits yang shohih yang menentukan hari H-nya baik di bulan Rojab maupun yang lainnya. Seluruh dalil-dalil tentang penentuan harinya tidak ada yang sah dari Nabi Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam, di sisi ulama ilmu hadits. Bagi Allohlah hikmah yang sempurna, dalam membuat manusia lupa tentang harinya.
Seandainyapun diketahui dengan pasti hari
H-nya, maka tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mengkhususkannya dengan
sesuatu dari peribadatan. Tidak boleh bagi mereka untuk membuat
perayaan, karena Nabi Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya
Rodhiyallohu ‘Anhum tidak melakukan perayaan dengan momen tersebut,
mereka tidak mengkhususkannya dengan sesuatu. Kalaulah perayaan tersebut
merupakan sesuatu yang disyari’atkan bagi Nabi-Nya Sholallohu ‘Alaihi
wa Sallam dan bagi ummat baik dengan perkataan atau dengan perbuatan.
Kalau terjadi yang seperti itu tentulah diketahui dan masyhur, serta
para shohabat Rodhiyallohu ‘Anhum akan menukilkan kepada kita. Para
shohabat Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam telah menukilkan segala sesuatu
yang dibutuhkan ummat, mereka tidak lalai dalam perkara apapun dalam
agama ini, bahkan merekalah orang-orang pertama kepada segala kebaikan.
Maka jika perayaan pada malam ini disyari’atkan, tentulah mereka orang
yang paling dahulu untuk melakukannya.
Sementara itu Rosululloh
adalah sebaik-baik penasehat bagi manusia. Beliau telah menyampaikan
syari’at ini dengan sempurna dan telah menunaikan amanahnya. Kalaulah
pengutamaan malam ini serta perayaannya merupakan bagian dari agama
tentulah nabi tidak akan lalai darinya dan tidak akan menyembunyikannya.
Maka
ketika hal-hal tersebut tidak terjadi, diketahui bahwa perayaan dan
pengutamaannya bukanlah bagian dari Islam sedikitpun. Alloh telah
menyempurnakan agama bagi umat ini. Dia telah menyempurnakan nikmat
atasnya dan mengingkari orang-orang yang membuat syari’at baru dalam
agama ini dengan tanpa izin-Nya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam
kitab-Nya yang nyata pada surat Al-Maidah berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian” (QS Al-Maidah 3)
Juga dalam surat Asy-Syuro, Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman:
Juga dalam surat Asy-Syuro, Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Apakah mereka mempunyai
sesembahan selain Alloh yang menetapkan aturan agama bagi mereka yang
tidak Alloh izinkan? Sekiranya tidak ada ketetapan penundaan tentulah
hukuman diantara mereka telah dilakukan. Sungguh orang-orang yang zholim
tersebut akan mendapatkan azab yang pedih” (QS Sy-Syuro 21)
Terdapat
seruan agar berwaspada dari perbuatan-perbuatan bid’ah pada
hadits-hadits yang shohih dari Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam,
serta pernyataan yang jelas bahwa bid’ah-bid’ah tersebut adalah sesat,
sebagai bentuk peringatan bagi umat akan besarnya bahayanya, serta
membuat mereka menjauh dari melakukannya, sebagaimana di Shohihain
(yakni Bukhori-Muslim) dari ‘Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha dari Rosululloh
Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau berkata:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
“Barangsiapa yang mengada-adakan suatu perkara di dalam urusan kami yang bukan bagian darinya, maka perkara itu tertolak”
Dalam riwayat Muslim:
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
“Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tidak ada padanya perintah kami, maka perbuatan itu tertolak”
Di Shohih Muslim dari Jabir Rodhiyallohu ‘Anhu, berkata: “Dahulu Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam salah satu khutbahnya di hari jum’at:
أما بعد فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة
“Amma
ba’du, Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabulloh dan
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Sholallohu ‘Alaihi wa
Sallam. Sementara sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, dan
setiap bid’ah adalah sesat”
Dalam riwayat An-Nasa’iy terdapat tambahan dengan sanad yang jayyid:
Dalam riwayat An-Nasa’iy terdapat tambahan dengan sanad yang jayyid:
وكل ضلالة في النار
“Sementara setiap kesesatan di neraka”
Di Kutubus Sunan dari Al-‘Irbadh bin Sariyah Rodhiyallohu ‘Anhu, beliau berkata:
وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم موعظة بليغة وجلت منها القلوب، وذرفت منها العيون فقلنا: يا رسول الله كأنها موعظة مودع فأوصنا فقال: أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن تأمر عليكم عبد فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
Rosululloh memberikan wejangan yang begitu menyentuh kepada kami, hati-hati menjadi takut dan air mata bercucuran. Maka kami mengatakan; “Wahai Rosululloh sepertinya ini adalah wejangan perpisahan maka wasiatilah kami”. Maka beliau berkata: “Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Alloh, serta mendengar dan taat (kepada pemimpin) walaupun seorang budak yang memimpin kalian. Karena barangsiapa diantara kalian yang masih hidup niscaya dia akan melihat perpecahan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rosyidin yang diberi petunjuk setelahku. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan geraham kalian. Menjauhlah kalian dari perkara yag diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Hadits-hadits
dengan makna ini banyak sekali. Telah datang dari Rosululloh Sholallohu
‘Alaihi wa Sallam, serta para salafus sholih setelah mereka tentang
seruan untuk waspada terhadap bid’ah dan peringatan darinya. Tidaklah
hal itu kecuali karena bid’ah merupakan tambahan pada agama ini,
pensyari’atan sesuatu yang tidak Alloh izinkan, serta penyerupaan dengan
perbuatan musuh Alloh dari kalangan Yahudi dan Nashoro dalam perbuatan
mereka yang memasukkan tambahan-tambahan pada agama mereka, serta
mengada-adakan sesuatu yang tidak Alloh izinkan. Konsekwensinya adalah
menganggap kekurangan pada agama Islam dan menuduhnya tidak sempurna.
Dimaklumi hal ini merupakan kerusakan yang besar, kemungkaran yang
sangat, serta bentuk penentangan terhadap firman Alloh ‘Azza wa Jalla:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian” (QS Al-Ma’idah 3)
Perbuatan
tersebut juga merupakan bentuk penyelisihan yang nyata terhadap
hadits-hadits Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam yang
memperingatkan, serta hadits-hadits (ancaman) yang menyebabkan orang
lari dari perbuatan bid’ah tersebut.
Saya berharap apa-apa yang telah saya sebutkan berupa dalil-dalil, cukup dan memuaskan bagi orang-orang yang mencari kebenaran dalam mengingkari bid’ah ini -maksud saya bid’ah perayaan malam Isra’ Mi’raj- serta sebagai bentuk peringatan darinya dan penjelasan bahwasanya perbuatan tersebut bukanlah dari agama Islam sedikitpun. Ketika Alloh mewajibkan nasehat bagi muslimin dan penjelasan apa agama yang disyari’atkan bagi mereka serta haramnya penyembunyian ilmu, maka saya memandang untuk memberikan peringatan bagi saudara-saudaraku kaum muslimin tentang bid’ah ini yang berkembang di kebanyakan kawasan, sampai-sampai sebagian orang menyangka perkara itu adalah bagian dari agama. Allohlah tempat meminta untuk memperbaiki kondisi kaum muslimin secara keseluruhan, memberikan taufik kepada kita dan mereka untuk berpegang teguh dengan kebenaran dan kokoh di atasnya serta meninggalkan apa-apa yang menyelisihinya. Sesungguhnya Dialah yang menolong dan mampu untuk itu.
وصلى الله وسلم وبارك على عبده ورسوله نبينا محمد وآله وصحبه.