Selasa, 05 Juni 2012

DOA PELAKU KESYIRIKAN DAN KEMAKSIATAN


Ditulis oleh: Mushlih bin Syahid Abu Sholeh Al-Madiuniy Ro’ahulloh

بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نستعينه ونستغفره وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليما كثيرا أما بعد:
Alloh –subhanahu wa ta’ala- berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang-Ku, maka jawablah: “Bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqoroh: 186)
Diriwayatkan bahwa beberapa shohabat bertanya kepada Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rosululloh, apakah Robb kita itu dekat, sehingga kita bisa bermunajat kepada-Nya ataukah jauh, sehingga kita perlu memanggilnya?” Maka Alloh menurunkan ayat ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Rohimahulloh dalam tafsirnya (2/92) dengan menyebutkan sanadnya dan Syaikhuna Muhaddits Yahya bin ‘Ali Al-Hajuriy Hafizhohulloh mengatakan bahwa riwayat sebab turunnya ayat ini tsabit (bisa dijadikan hujjah).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rohimahulloh menerangkan bahwasanya Alloh Subhanahu Ta’ala mengabarkan bahwa Dia itu dekat, mengabulkan do’a hamba-Nya jika ia berdo’a kepada-Nya. Kemudian Alloh memerintahkan mereka untuk memenuhi perintah-Nya dan beriman kepada-Nya, sebagaimana ucapan sebagian ulama tafsir dalam memaknai ayat tersebut: “Maka hendaknya mereka memenuhi perintah-Ku jika Aku serukan kepada mereka dan berimanlah kepada-Ku, sesungguhnya Aku akan mengabulkan do’a mereka.”
Para ulama mengatakan bahwa dengan dua sebab inilah do’a itu akan terkabul: Pertama: Dengan kesempurnaan ketaatan terhadap Uluhiyah-Nya, yaitu dengan bertauhid, yaitu bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali Alloh semata dan menjauhi kesyirikan.
Kedua: dengan kebenaran iman terhadap Rububiyah-Nya, yaitu mengakui bahwasanya Alloh-lah satu-satunya yang menciptakan, memberikan rezki dan mengatur alam semesta.
Siapa yang memenuhi seruan Robbnya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka akan tercapai apa yang diinginkan dari do’anya dan terkabulkan. Hal ini sebagaimana firman Alloh Ta’ala-:
وَيَسْتَجِيبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ
“Dia mengabulkan doa orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah pahala kepada mereka dari karunia-Nya.” (QS. Asy-Syuro: 26)
DO’A PELAKU SYIRIK DAN KEMAKSIATAN
Demikian juga, siapa yang berdo’a kepada Alloh dengan rasa yakin bahwa Dia akan mengabulkan do’anya, maka Alloh akan mengabulkannya, meskipun terkadang orang itu adalah musyrik (berbuat syirik) atau fasiq (banyak berbuat maksiat). Syaikhuna Yahya bin ‘Ali Al-Hajuri –hafidzohulloh- menerangkan bahwa hal ini bisa terjadi ketika ia berdoa ketika dalam keadaan terjepit (genting dan darurat) atau terdzolimi.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا الله مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Alloh dengan memurnikan ketaatan semata-mata kepada-Nya. Maka tatkala Alloh menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka kembali mempersekutukan Alloh.” (QS. Al-’Ankabut: 65)
Alloh Ta’ala berfirman:
وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ
“Apabila manusia ditimpa bahaya, maka dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. Akan tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari dirinya, ternyata dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya.” (QS. Yunus: 12)
Alloh –ta’ala- juga berfirman:
وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الْإِنْسَانُ كَفُورًا
“Apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia (Alloh Ta’ala-. Maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, ternyata kalian berpaling dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih (kufur).” (QS. Al-Isro’: 67)
قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ الله أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ أَغَيْرَ الله تَدْعُونَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ * بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ
“Katakanlah, wahai Muhammad: “Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Alloh kepada kalian atau datang kepada kalian hari kiamat, apakah kalian menyeru sesembahan selain Alloh, jika kalian memang orang-orang yang benar? Tidak demikian, tetapi hanya Dialah (Alloh Ta’ala) yang kalian seru. Maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kalian berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki dan kalian tinggalkan sembahan-sembahan yang kalian sekutukan dengan Alloh.” (QS. Al-An’am: 40-41)
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Ibnu Abbas Rodhiyallohu ‘anhuma ketika beliau mengutus Mu’adz bin Jabal Rodhiyallohu ‘anhu berdakwah ke Yaman (HR. Bukhori dan Muslim):
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ
“Takutlah terhadap do’a orang yang terdzolimi, karena tidak ada penghalang sedikit pun antara dia dan Alloh (yakni terkabul doanya).”
Akan tetapi, mereka yang dikabulkan do’anya lantaran pengakuan mereka terhadap rububiyyah Alloh dan meyakini bahwa Dialah yang mengabulkan do’a orang yang dalam keadaan genting dan terdzolimi, jika tidak mengikhlaskan agama semata-mata untuk Alloh dalam beribadah (yaitu tidak menjauhi kesyirikan) dan juga tidak menaati perintah Alloh dan Rosul-Nya, niscaya apa yang Alloh berikan karena do’anya itu hanyalah berupa kenikmatan dunia semata dan di akherat kelak tidaklah mendapatkan bagian sedikit pun.
Alloh Ta’ala berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا * وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا * كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا
“Siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam. Ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah seorang mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. Kepada masing-masing golongan tersebut, baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Robbmu dan kemurahan-Nya tidak dapat dihalangi.” (QS. Al-Isro’: 18-20)
Al-Kholil -Ibrohim- ‘Alaihis salam telah berdo’a memohon rezki bagi orang-orang yang beriman dengan mengatakan:
وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Alloh dan hari kemudian.”
Setelah itu Alloh Ta’ala berfirman:
وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Siapa yang kafir, maka Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqoroh: 126)
Maka, tidaklah setiap orang yang diberi kenikmatan oleh Alloh berupa rezki dan kemenangan, baik dengan dikabulkan do’anya atau diberikan kenikmatan lainnya itu termasuk orang yang dicintai oleh Alloh dan dibela. Akan tetapi, Alloh -subhanahu wa ta’ala- memberikan rezki kepada semuanya baik yang mukmin maupun kafir dan yang sholeh maupun jahat. Terkadang Alloh mengabulkan do’a mereka dan memberikan apa yang mereka minta di dunia, adapun di akherat tidaklah mereka mendapatkan bagian sedikitpun.
Ada sebuah kisah –wallohu a’lam akan keshohihannya, tetapi ini mengandung hikmah-: ada sebuah pasukan orang-orang kafir Nashoro mengepung sebuah kota kaum muslimin, sampai-sampai mereka kehabisan persediaan air bersih. Lalu mereka meminta kepada kaum muslimin untuk menyediakan air bersih agar mereka kembali. Kemudian para pemimpin kaum muslimin waktu itu mengadakan musyawarah tentang hal ini. Mereka berpendapat: “Kita biarkan saja mereka sampai lemah lantaran kehausan, kemudian kita serang mereka.”
Lalu orang-orang Nashoro itu bangkit berdoa untuk meminta hujan dan dikabulkanlah permintaan mereka dengan turunnya hujan. Melihat hal itu, sebagian orang awam kaum muslimin gonjang imannya. Maka sang raja berkata kepada beberapa orang arif: “Temuilah orang-orang itu dan perintahkan untuk memasang mimbar untuknya.” Kemudian setelah sang raja keluar, maka ia berdoa di atas mimbar: “Ya Alloh, kami mengetahui bahwa mereka adalah termasuk golongan yang telah Engkau jamin rezki mereka di dunia, sebagaimana yang telah Engkau firmankan dalam kitab-Mu:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى الله رِزْقُهَا
“Tidak ada suatu binatang melata pun (seluruh makhluk Alloh) di bumi melainkan Alloh-lah yang menjamin rezkinya.” (QS. Huud: 6)
Sungguh mereka telah menyeru-Mu dalam keadaan terdesak (darurat) dan Engkau kabulkan doa orang-orang yang terdesak (dalam keadaan genting), sehingga Engkau turunkan hujan kepada mereka, bukan karena Engkau mencintai diri-diri dan agama mereka. Maka sekarang, kami mohon agar Engkau perlihatkan kepada kami sebuah ayat (tanda kekuasaan-Mu) yang dengannya dapat menguatkan iman yang ada dalam hati-hati hamba-Mu yang beriman.” Setelah itu, maka Alloh mengirimkan kepada mereka (orang-orang Nashoro) sebuah angin yang membinasakan mereka…
MELAMPAUI BATAS DALAM BERDO’A
Termasuk dalam bab ini adalah orang yang berdoa dengan doa yang tidak pantas dan melampaui batas, baik dengan meminta sesuatu yang tidak baik atau doa yang mengandung kemaksiatan kepada Alloh, syirik dan sebagainya. Ketika telah tercapai apa yang diinginkan, ia mengira bahwa itu merupakan tanda kesholehan amalannya, seperti orang yang diberikan ketangguhan (umur panjang dan kelancaran penghidupan), sehingga diberikan kepadanya banyak harta dan keturunan. Dia mengira bahwa hal itu termasuk berlomba-lomba dalam kebaikan!
Alloh -ta’ala- berfirman:
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ * نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لَا يَشْعُرُونَ
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu berarti bahwa Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka?! Tidak, sebenarnya mereka itu tidak sadar.” (QS. Al-Mukminun: 55-56)
Alloh Ta’ala juga berfirman:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, maka Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
Firman Alloh Ta’ala:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka (yakni: dengan memperpanjang umur mereka, memperbanyak rezki, memberikan pertolongan dan membiarkan mereka berbuat dosa sesuka hatinya) adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka dan bagi mereka adzab yang menghinakan.” (QS. Ali Imron: 178)
Alloh Ta’ala juga berfirman:
فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ * وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ
“Maka serahkanlah -wahai Muhammad- kepada-Ku urusan orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan dari arah yang tidak mereka ketahui. Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh.” (QS. Al-Qolam: 44-45)
Inilah apa yang diterangkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rohimahulloh dalam kitab beliau “Iqtidho’ Ash-Shirothol Mustaqim Mukholafatu Ashhabil Jahim” (2/314-317). 
Wallohu a’lam bish-showab, wabillahit-taufiq.