~
Faidah dari Pelajaran Umum Abu Abdirrohman Yahya bin ‘Ali Al-Hajury ~
Dirangkum: Abu Ja’far Al-Minangkabawy
Alih Bahasa: Abu Ubaidillah ‘Amir bin Munir Al-Acehy
-semoga Alloh menjaga mereka-
Ma’had Darul Hadits Dammaj – Yaman
Dirangkum: Abu Ja’far Al-Minangkabawy
Alih Bahasa: Abu Ubaidillah ‘Amir bin Munir Al-Acehy
-semoga Alloh menjaga mereka-
Ma’had Darul Hadits Dammaj – Yaman
إن
الحمد لله نستعينه ونستغفره وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن
محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليما كثيرا أما بعد:
Menuntut
ilmu syar’iy adalah suatu keharusan bagi seorang muslim dalam memahami agamanya
dan juga dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena
tidaklah seorang mampu untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala
sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya melainkan dengan Ilmu. Keutamaan ilmu
tidaklah bisa mengimbanginya keutamaan suatu apapun dari kehidupan dunia
ini. Sehingga berkata Al-Imam Asy-Syafi’i: “Menuntut Ilmu lebih utama dari pada
Sholat Naafilah (sunat)”.
Kemuliaan
seorang yang berilmu dan orang-orang yang beramal dengan ilmunya adalah
kemuliaan yang akan diperolehnya di dunia dan akhirat. Dan menempuh perjalanan
untuk menuntut ilmu adalah suatu kebiasaan para salaf terdahulu dan sekarang.
Berapa banyak para Salafus Sholih yang bersusah payah menempuh
perjalanan yang sangat jauh dan menghabis umurnya dengan tujuan hanya untuk
menuntut ilmu. Rasanya hal ini cukuplah untuk menunjukkan keutamaan ilmu
tersebut.
Berikut
akan kami sebutkan Kisah Salman Al-Faarisiy Rodhiyallohu anhu akan
pengorbanannya yang sangat besar dalam memperoleh suatu kebenaran yang hakiki.
Kisah ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad Rohimahuloh di dalam musnadnya[1] dari
‘Abdulloh bin ‘Abbas Rodhiyallohu anhu dari Salman Al-Faarisiy Rodhiyallohu
anhu, beliau berkata:
“Aku
adalah seorang laki-laki dari Persia dari penduduk Ashbahan yang berasal dari
suatu kampung yang disebut dengan Jayy, dan ayahku adalah sebagai seorang
kepala kampung tersebut. Aku adalah orang yang paling dia cintai, senantiasa
kecintaannya terhadapku ada padanya sampai-sampai dia mengurungku di dalam
rumahnya untuk senantiasa menyembah api, sebagaimana seorang anak perempuan
yang dikurung. Aku benar-benar telah membebankan diriku di dalam agama Majusi,
sampai-sampai aku menjadi pelayan bagi api yang menyalakannya serta tidak
membiarkannya padam sekejap pun.
(SALMAN
MELIHAT NASHRANY)
Ayahku
memiliki kebun yang besar, suatu hari dia disibukkan dengan mengurus bangunan,
maka dia berkata kepadaku: “Wahai anakku, sesungguhnya hari ini aku
disibukkan dengan suatu bangunan dari mengurusi kebunku, maka pergilah engkau
kesana dan perhatikanlah ia”. Ayahku memerintahkanku untuk melakukan
beberapa hal yang dia inginkan, maka aku pun keluar menuju ke kebunnya.
Kemudian aku pun melewati satu gereja dari gereja-gerejanya orang Nashraniy,
aku mendengar suara-suara mereka di dalamnya sementara mereka dalam keadaan
sedang mengerjakan shalat. Aku tidak tahu kondisi orang-orang karena
dikurungnya aku di rumah ayahku. Maka ketika aku melewati mereka dan aku
mendengar suara mereka, akupun masuk ke dalamnya sehingga aku melihat apa yang
mereka perbuat. Ketika aku melihat mereka maka aku pun terkagum dengan sholat
mereka dan muncul hasratku untuk mengikuti mereka, dan aku berkata: “Demi
Allah!, ini lebih baik dari pada agama yang kami sedang berada di atasnya”.
Maka
demi Allah, aku tidak meninggalkan mereka sampai dengan tenggelamnya matahari, dan aku tidak memperdulikan sawah
ayahku serta tidak mendatanginya. Lalu aku berkata kepada mereka: “Dari mana
asal agama ini?”. Mereka menjawab: “Dari Syam”. Lalu aku pun kembali
menjumpai ayahku dan dia -ketika itu- telah mengutus seseorang untuk
mencariku, dan aku (benar-benar) telah menyibukkannya dari semua pekerjaannya
maka ketika aku mendatanginya, dia berkata: “Wahai anakku dari manakah
engkau, bukankah aku telah memerintahkan kamu sesuatu?”. Aku berkata: “Wahai
ayahku, aku melewati sekumpulan orang yang sedang mengerjakan sholat di dalam
gereja mereka maka aku terkagum dengan apa yang aku lihat dari agama mereka,
demi Allah! Aku senantiasa di sana sampai dengan tenggelam matahari”.
Ayahku berkata: “Tidaklah ada suatu kebaikan pun di dalam agama tersebut”. Lantas
aku berkata: “Sekali-kali tidak, ssengguhnya agama tersebut lebih baik dari
agama kita”. Maka ayahku mulai merasa khawatir akan diriku, kemudian dia
mengikat kakiku dan mengurungku di dalam rumahnya. Lalu aku mengirim pesan
kepada orang-orang nashraniy tersebut.Aku berkata: “Apabila datang kepada
kalian rombongan pedagang dari Syam dari orang-orang nashara maka khabarilah
aku”. Maka -tidak lama setelah itu- datang kepada mereka rombongan
pedagang dari Syam dari orang-orang nashara maka merekapun mengabariku hal
tersebut. Maka aku berkata kepada mereka: “Apabila mereka telah memenuhi
hajat mereka dan ingin kembali ke negeri mereka maka beritahulah aku”. Maka
ketika mereka hendak kembali ke negeri mereka maka mereka mengabariku, maka
akupun campakkan rantai yang terikat di kakiku.
(GURU
PERTAMA SALMAN)
Kemudian
aku keluar bersama mereka sampai akhirnya aku tiba di negeri Syam. Maka ketika
aku tiba di sana, aku berkata: “Siapakah orang yang paling utama dari agama
ini?” Mereka berkata: “Uskup yang ada di dalam gereja tersebut”.
Maka akupun mendatanginya dan berkata: “Aku berhasarat untuk mengikuti agama
ini, dan aku ingin tinggal bersamamu, melayanimu didalam gerejamu ini, serta
menuntut ilmu darimu dan mengerjakan sholat bersamamu”.Dia berkata: “Masuklah”.
Maka akupun masuk. Aku dapati dia seorang laki-laki yang jelek, dia
memerintahkan orang-orang untuk bersedekah dan menganjurkan mereka untuk
melakukan hal itu, maka apabila mereka telah mengumpulkan kepadanya shodaqah,
maka dia pun menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak memberikannya kepada
orang-orang miskin, sampai-sampai dia telah mengumpulkan tujuh kendi yang
berisi penuh emas dan perak. Maka aku benar-benar sangat membencinya melihat
apa yang telah dia perbuat, tidak lama kemudian dia pun mati, maka orang-orang
Nashraniy tersebut berkumpul untuk menguburinya. Maka aku berkata kepada
mereka: “Sesungguhnya orang ini adalah laki-laki yang jelek, dia
memerintahkan kalian untuk bersedekan dan menganjur kalian untuk melakukan hal
tersebut akan tetapi apabila kalian telah mengumpulkannya kepadanya maka iapun
menyimpannya untuk dirinya sendiri, dan tidak memberikan sedikitpun untuk
orang-orang miskin”. Mereka berkata: “Apa yang telah kamu ketahui?”.
Aku berkata: “Aku akan menunjukkan kepada kalian tempat penyimpanannya”.
Maka merekapun berkata: “Tunjukkanlah kepada kami”.
Maka
akupun memperlihatkannya kepada mereka tempatnya. lalu mereka mengeluarkan dari
tempat tersebut tujuh kendi penuh dengan emas dan perak, maka ketika mereka
telah melihat tersebut mereka berkata: “Demi Allah, sekali-kali kami tidak
akan menguburinya lalu mereka menyalibnya serta melemparnya bebatuan”.
(GURU
KEDUA SALMAN)
Kemudian
mereka mendatangkan penggantinya yang lain, dan menjadikannya pada posisi uskup
tersebut. Maka tidaklah pernah aku melihat seorang laki-laki pun –yang tidak
mengerjakan sholat lima waktu- yang lebih utama dari padanya, lebih zuhud akan
dunia dan lebih menginginkan akhirat, dan lebih bersungguh-sungguh -dalam
ibadah- siang dan malam daripada dirinya. Maka aku sangat mencintainya, dan
tidak pernah aku mencintai seseorangpun seperti demikian sebelumnya. Maka aku
tinggal bersamanya dalam beberapa waktu, kemudian datanglah ajalnya. Lantas aku
berkata kepadanya: “Wahai fulan sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu dan
aku sangat mencintaimu, tidak pernah aku mencintai seseoranpun seperti demikian
sebelummu. Telah tiba ke atasmu apa yang kamu lihat dari urusan Allah, maka
kepada siapakah engkau akan mewasiatkan aku, dan apa perintahmu?”. Dia
berkata: “Wahai anakku, demi Allah tidaklah aku mengetahui seorangpun pada
hari ini yang berada di atas perkara yang aku berada di atasnya, manusia dalam
keadaan celaka, mereka telah merubah dan meninggalkan kebanyakan perkara yang
dahulunya mereka berada di atasnya kecuali seorang yang tinggal di Al-Maushil
namanya “fulan” dia masih tetap berada di atas perkara yang aku berada di atasnya,
maka bergabunglah dengannya”.
(GURU
KETIGA SALMAN)
Maka
ketika dia telah wafat dan dikuburkan, akupun pergi kepada laki-laki di negeri
Al-Maushil tersebut lalu aku berkata kepadanya: “Wahai fulan, sesungguhnya
fulan telah mewasiatkan kepadaku ketika datang ajalnya untuk aku mengikutimu
dan ia memberitahukan aku bahwa engkau berada di atas agamanya”. Kemudian
dia berkata: “Tinggallah bersamaku!”, maka tinggallah aku bersamanya.
Aku dapati ia sebaik-baik laki-laki yang berada di atas agama shohabatnya, kemudian
tidak lama kemudian dia pun datanglah ajalnya, maka ketika sudah dekat ajalnya
aku berkata kepadanya: “Wahai fulan telah mewasiatkan aku mengikutimu
memerintahkan aku untuk bergabung denganmu dan telah datang dari Allah kepadamu
apa yang telah engkau lihat maka kepada siapakah engkau mewasiatkan aku dan apa
yang engkau perintahkan kepadaku?”. Dia berkata: “Wahai anakku, demi
Allah tidaklah aku mengetahui seseorang yang berada di atas apa-apa yang kami
berada di atasnya kecuali seorang laki-laki yang tinggal di negeri Nashibain
namanya fulan maka bergabunglah dengannya”.
(GURU
KEEMPAT SALMAN)
Maka
ketika dia telah wafat dan dikuburkan, akupun pergi untuk bergabung laki-laki
yang berada di Nashibain tersebut. Ketika aku telah tiba di sana aku mengabarinya
akan maksud kedatanganku dan apa yang telah diperintahkan kepadaku oleh
shohabatku. Lantas dia pun berkata: “Menetaplah di tempatku”. Maka aku
pun menetap di tempatnya. Aku dapati ia berada di atas agama dua shohabatnya
maka tinggallah aku bersama sebaik-baik laki-laki. Demi Allah
tidaklah berlalu waktu yang lama maka datanglah ajalnya. Maka ketika ajalnya
sudah dekat aku berkata kepadanya: “Wahai fulan, sesungguhnya fulan telah
mewasiatkan aku untuk mengikuti fulan, kemudian fulan tersebut mewasiatkan aku
untuk mengikuti engkau maka setelah itu kepada siapakah engkau mewasiatkan aku
dan apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?”. Dia berkata: “Wahai
anakku, demi Allah tidaklah aku mengetahui seseorang yang tetap berada di atas
agama kami ini untuk aku perintahkan engkau untuk menjumpainya kecuali seorang
laki-laki yang berada di negeri ‘Amuriyyah, karena sesungguhnya ia berada di
atas apa-apa yang kami berada di atasnya, jika engkau suka maka datangilah ia
sesungguhnya ia berada di atas agama kami”.
(GURU
KELIMA SALMAN)
Maka
ketika dia telah wafat dan dikuburkan maka aku pergi menjumpai laki-laki yang
berada di negeri ‘Amuriyyah tersebut dan aku mengabarkannya akan maksud
kedatanganku. Lantas dia berkata: “Menetaplah di tempatku”. Maka akupun
tinggal bersama seorang laki-laki yang yang berada di atas petunjuk
shohabat-shohabatnya dan agama mereka. Akupun mencari pencaharian sehingga aku
bisa memiliki beberapa ekor sapi dan beberapa ekor kambing. Kemudian datanglah
ketetapan Allah atasnya maka ketika telah dekat ajalnya aku berkata kepadanya: “Wahai
fulan sesungguhnya aku dahulunya bersama fulan maka ia mewasiatkan aku untuk
mengikuti fulan, kemudian fulan tersebut mewasiatkan aku untuk mengikuti fulan
kemudian fulan tersebut mewasiatkan aku untuk mengikuti engkau maka kemudian
kepada siapakah engkau mewasiatkan aku dan apa yang akan engkau perintahkan
kepadaku?”. Dia berkata: “Wahai anakku, demi Allah aku tidak mengetahui
seseorang pun yang dia berada di atas apa-apa yang kami berada di atasnya untuk
aku aku perintahkan kamu untuk mengikutinya, hanya saja telah dekat kepadamu
zaman diutusnya seorang Nabi yang mana dia diutus dengan agama Ibrahim, dia
akan keluar di negeri Arab, dan akan berhijrah ke suatu negeri yang berada di
antara dua negeri yang berbatuan hitam di antara keduanya ada pohon kurma, pada
dirinya ada ciri-ciri yang tidak samar: dia menerima hadiah dan tidak memakan
Shodaqoh, di antara dua pundaknya ada tanda kenabian, maka jika engkau mampu
untuk bergabung dengan dengan negeri tersebut maka lakukanlah”. Maka ketika
dia telah wafat dan dikuburkan maka menetaplah aku di negeri ‘Amuriyyah selama
yang Allah kehendaki untuk aku menetap.
(JATUHNYA
SALMAN KE TANGAN YAHUDI DALAM MENCARI NABI)
Lalu
lewatlah di hadapanku sekelompok pedagang dari negeri Kalb. Maka aku berkata
kepada mereka:”Apakah kalian mau membawaku ke negeri ‘Arab dan aku akan
memberikan kepada kalian sapi-sapiku ini dan juga kambing-kamibingku”.
Mereka berkata: “Baik”. Maka aku berikan sapi-sapiku ini dan juga
kambing-kambingku kepada mereka, lalu mereka pun membawaku, sehingga ketika
telah tiba di negeri Waadi Al-Qura merekapun menzholimiku, mereka menjualku
kepada seorang laki-laki dari Yahudi sebagai seorang budak, maka menetaplah aku
bersamanya. Aku melihat pohon kurma dan aku berharap inilah negeri yang telah
disifatkan oleh shohabatku kepadaku, hanya saja aku tidak yakin. Ketika aku
bersamanya maka datanglah kepadanya seorang anak pamannya dari Madinah dari
kabilah Bani Quraidhoh maka ia membeliku darinya lalu ia membawaku ke negeri
Madinah. Maka demi Allah tidaklah kota ini kecuali aku telah melihatnya serta
aku mengenalnya sebagaimana yang disifatkan oleh shohabatku tersebut. Maka
bermukimlah aku di sana dan Allah pun telah mengutus Rasul-Nya, maka beliau
bermukim di Makkah selama yang beliau telah menetap, dan aku tidak pernah
mendengar sekalipun beliau disebut di samping dengan kesibukanku sebagai
seorang budak.
(BERITA
KEDATANGAN ROSULULLOH)
Kemudian
beliau pun berhijrah ke Madinah, maka demi Allah ketika aku sedang berada di
puncak salah satu pohon kurma kepunyaan tuanku yang mana aku sedang
mengurusnya, dan (ketika itu) tuanku sedang dalam keadaan duduk. Maka datang
salah seorang anak pamannya, lalu berhenti di hadapannya, dan berkata: “Fulan,
semoga Allah memerangi bani Qutailah, demi Allah sekarang mereka sedang
berkumpul di Quba’ dipimpin oleh seorang dari Makkah yang tiba kepada mereka
hari ini, mereka berkata bahwa ia adalah seorang Nabi”. Maka ketika aku
mendengar hal tersebut tubuhku merasa gemetar sampai-sampai aku menyangka aku
akan jatuh ke atas tuanku. Maka akupun turun dari pohon kurma dan mulai
bertanya kepada anak pamannya itu: “Apa yang kamu katakan? Apa yang kamu
katakan?”. Maka tuanku marah dan memukulkan dengan pukulan yang sangat
keras, kemudian dia berkata: “Apa urusanmu?, teruskan pekerjaanmu!”. aku
berkata: “Tidak ada, hanya saja aku ingin memastikan apa yang telah dia
ucapkan”.
(PERJUMPAAN
SALMAN DENGAN ROSULULLOH)
Padaku
ada sedikit dari harta yang telah aku kumpulkan, maka ketika di sore harinya
aku membawanya dan aku pergi menjumpai Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa
Sallam, beliau ketika itu sedang berada di Masjid Quba, maka akupun masuk
dan bertanya: “Sesungguhnya telah sampai kepadaku suatu berita bahwasannya
engkau ini adalah seorang laki-laki yang sholih, dan bersamamu ada
shohabat-shohabatmu yang mengasingkan diri dari negeri mereka lagi sangat
membutuhkan, ini ada sedikit yang aku miliki sebagai shodaqoh karena aku
melihat kalian lebih berhak akan hal itu dari pada yang lainnya”. Maka aku
dekatkan kepadanya, kemudian Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam
berkata kepada shohabatnya: “Makanlah”. Sementara beliau sendri
tidak menyentuhnya serta tidak memakannya, lalu aku berkata dalam diriku: “Ini
ciri-ciri yang pertama”.
Kemudian
akupun pergi, maka aku kumpulkan sedikit makanan. Rosululloh Sholallahu
‘Alaihi wa Sallam kembali ke Madinah kemudian aku datang dengan membawa
makanan tersebut, lalu aku berkata: “Sesungguhnya aku melihat engkau tidak
makan harta shodaqoh, ini ada sesuatu sebagai hadiah, aku memuliakan kamu
dengannya”. Maka Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam memakannya
dan memerintahkan shohabatnya untuk makan bersamanya, maka akupun berkata
dalam diriku: “Ini ciri-ciri yang kedua”.
Tidak
lama kemudian aku mendatangi lagi beliau Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam
dan ketika itu beliau sedang berada di pekuburan Baqi’ Al-Ghorqod sedang
mengikuti salah satu jenazah dari shohabatnya, dan di atas tubuhnya dilapisi
dua pakaian. Dan saat beliau sedang duduk di tengah-tengah shohabatnya, maka
akupun memberi salam kepada beliau, kemudian aku berputar arah untuk melihat
bagian punggungnya, (yaitu) apakah aku akan melihat khotam sebagaimana
yang telah disifatkan oleh temanku?. Ketika Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa
Sallam melihatku maka akupun berpaling, maka beliau mengetahui maksudku
bahwasanya aku sedang memastikan sesuatu yang telah disifatkan kepadaku. Maka
beliaupun melempar rida’-nya dari atas punggungnya, maka aku pun melihat khotamnya
dan mengenalnya. Maka aku memeluk beliau serta menciumnya dalam keadaan
menangis. Maka Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Hadapkanlah
wajahmu!”. Maka akupun menghadapkannya, lalu aku ceritakan kepada
beliau tentang kisahku sebagaimana yang aku ceritakan kepadamu wahai Ibnu
‘Abbas. Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam merasa ta’ajub dengan
shohabatnya ketika mereka mendengar hal tersebut.
(LEPASNYA
SALMAN DARI PERBUDAKAN)
Kemudian
aku disibukkan dengan pekerjaanku sebagai budak sehingga aku luput untuk
mengikuti perang Badar bersama Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam
dan perang Uhud. Maka Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata
kepadaku: “Wahai Salman! buatlah Mukatabah (kesepakatan penebusan
dari perbudakan)”. Maka akupun membuat kesepakatan dengan tuanku untuk
aku menanam 300 tunas pohon kurma di sekitar sumur yang dekat sekeliling pohon
kurma dan juga dengan memberikan 40 Uqiyyah. Maka Rosululloh Sholallahu
‘Alaihi wa Sallam berkata kepada para shohabatnya: “Bantulah saudara
kalian ini!”.
Maka
merekapun membantuku dengan memberikan tunas kurma: seorang lelaki ada
membantuku dengan 30 tunas kurma, ada yang membantuku dengan 20 tunas, ada
membantu dengan 15 tunas, dan ada yang membantuku dengan 10, yaitu setiap
laki-laki membantu sesuai dengan kadar yang mereka miliki. Sehingga
terkumpullah untukku 300 tunas. Kemudian Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa
Sallam berkata kepadaku: “Pergilah engkau wahai Salman buatlah
lubang-lubang untuk tunas-tunas kurma tersebut, dan apabila telah selesai maka
datangilah aku, aku yang akan menanaminya dengan tanganku”. Maka aku
pun mulai membuat lubang-lubang untuk tunas-tunas tersebut dengan dibantu oleh
para Shohabatku, maka ketika telah selesai aku mendatangi Rosululloh Sholallahu
‘Alaihi wa Sallam serta mengabarkan beliau hal tersebut. Maka Demi yang
jiwaku berada di tangannya tidak ada satu tunas pun dari tunas-tunas tersebut
-yaitu yang ditanam oleh Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam- mati.
Maka akupun memberikannya (kepada tuanku), maka yang tersisa atasku (yang
harus aku tunaikan) tinggallah harta.
Kemudian
Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam memperoleh emas semisal dengan
besarnya telur ayam hasil dari sebagian peperangan. Maka beliau Sholallahu
‘Alaihi wa Sallam berkata: “Apa yang telah dilakukan oleh Al-Faarisiy
-yaitu Salman- terhadap orang yang telah ia buat kesepakatan?”. Lalu
beliau memanggilku dan berkata: “Ambil ini dan tunaikan dengannya apa-apa
(yang tersisa) atasmu wahai Salman”. Aku pun berkata: “ini tidaklah
cukup untuk menunaikan apa-apa (yang tersisa) atasku”. Beliau Sholallahu
‘Alaihi wa Sallam berkata: “Ambillah, sesungguhnya Allah
menunaikannya atasmu”.
Akupun
mengambilnya, lalu menimbangnya untuk mereka, maka demi yang jiwaku berada di
tangannya, (aku dapati ia) 40 Uqiyyah, kemudian aku tunaikanlah hak mereka,
lalu akupun dimerdekakan. Maka setelah itu aku mengikuti peperangan khandaq
bersama Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam dan tidaklah ada satu
pertempuranpun bersama beliau yang aku lewatkan.”
BEBERAPA
FAIDAH DARI KISAH SALMAN:
- Terkadang seseorang diuji untuk mendapatkan sesuatu yang dicintainya
- Mengedepankan kecintaan kepada Alloh dari selainnya, Salman tidaklah meninggalkan agama Majusi dan bapaknya karena kemiskinan.
- Keimanan kepada takdir, semuanya berada dalam ketentuan Allaoh walaupun tak pernah terlintas salam pikiran sama sekali.
- Sabar terhadap gangguan.
- Pengingkaran dengan hati terhadap maksiat ketika tidak mampu, dan menampakkannya ketika ada kemampuan
- Orang yang mengklaim sesuatu mesti bisa mendatangkan bukti
- Meminta nasehat pada orang-orang sholih
- Wasiat menjelang ajal
- Seseorang berbicara sesuai ilmunya
- Kaum Nashrany telah tersesat sebelum diutusnya Rosululloh kecuali segelintir orang
- Melakukan perjalanan jauh demi menuntut ilmu
- Usaha mencari kebenaran dan pemastian suatu perkara
- Ta’awun ‘Alal birri wat Taqwa
- Mengulurkan bantuan bagi orang sholih
- Bertanya tentang keberadaan orang yang membutuhkan
- Berkah itu datangnya dari Alloh
- Semangat untuk membantu orang dalam mendapatkan hidayah Alloh
[1]
Dishohihkan Syaikh Al-Albany dan Syaikh Muqbil Rahimahumalloh
Ta’ala
Sumber:
http://ahlussunnah.web.id