Selasa, 05 Juni 2012

Bahaya Syirik dan Ketakutan Orang-orang Beriman darinya


Ditulis oleh: Abu Zakaria Irham Al-Jawiy

بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهِ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أما بعد:
Merupakan perkara yang hendaknya terpatri dalam diri setiap muslim bahwa dirinya diciptakan oleh Alloh untuk semata beribadah kepadaNya, yang hal ini merupakan realisasi dari persaksian “laa ilaaha illalloh”. Untuk tujuan yang agung ini pulalah Alloh turunkan kitab-kitab dan utus para rosul. Sebab tidaklah mungkin seorang hamba bisa beribadah dengan benar kecuali dengan tuntunan kitab dan penjelasan para Rosul. Dari sini pula kita ketahui bahwa suatu ibadah tidaklah bisa diterima kecuali jika terpenuhi padanya dua syarat utama:
Syarat pertama adalah ikhlas, yaitu memurnikan peribadatan semata-mata kepada Alloh dengan mengharap keridhoanNya dan dimasukkan ke dalam jannah-Nya serta mengharap untuk dijauhkan dari Neraka yang penuh dengan adzab dan siksa-Nya. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّين
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan agama semata-mata kepada-Nya.” (QS. Az Zumar: 11)
Syarat kedua adalah kesesuaian amalan tersebut dengan petunjuk Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam yang telah Alloh utus untuk menjelaskan bagaimana cara ibadah yang benar sehingga sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Alloh Dzat Pencipta alam.
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Bukhory-Muslim)
Inilah dua syarat yang tidak boleh tidak harus terpenuhi dalam setiap amalan. Kapan saja salah satu dari keduanya terluputkan maka tidaklah bermanfaat susah payah yang dia curahkan. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan keduanya, dengan senantiasa meneliti niatannya untuk siapa dia beramal, dan meneliti amalan yang akan dia amalkan sudahkah sesuai dengan petunjuk Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam atau belum?
Dari sini pula diketahui bahwa menuntut ilmu agama yang dengannya seorang hamba bisa mengetahui cara beribadah dengan benar merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Bagaimana bisa benar jika tidak tahu tuntunan agama pada permasalahan yang dia kerjakan??! Bagaimana bisa sesuai tuntunan jika tidak mau duduk mendengarkan kajian atau meluangkan waktu untuk membaca kitab-kitab yang dengannya hilang kebodohan??!
Jika penjelasan yang telah lewat kita pahami, maka ketahuilah –semoga Alloh memberikan taufiq-Nya kepada kita semua- bahwa jalan yang ditempuh seorang muslim dalam mewujudkan tujuan dirinya diciptakan tidaklah mulus tanpa ujian dan hambatan, tapi jalan tersebut penuh dengan onak, duri dan hambatan yang melintang serta musuh yang siap untuk mengobarkan peperangan. Alloh berfirman tentang tekad iblis yang terlaknat:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ۞ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ.
“Iblis menjawab: “Karena engkau telah menghukumi saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al A’ Rof: 16-17)
Cermati benar-benar ayat di atas, wahai saudaraku muslim, semua arah telah iblis usahakan untuk menyimpangkanmu dari jalan keridhoan Rabbmu. Disebutkan dalam ayat empat arah tanpa menyebut arah bawah dan atas karena dari keempat arah itulah kebanyakan musuh datang menyerang. [Fathul Qodir]
Imam As-Sa’dy Rohimahulloh berkata: “Alloh mengingatkan kita tentang apa-apa yang diucapkan dan ditekadkan (iblis) untuk dilakukan tidak lain agar kita waspada dari musuh kita dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya, serta mengambil perlindungan darinya dengan pengetahuan kita akan jalan-jalan yang dia datang darinya dan celah yang dia masuk melaluinya.” [Tafsir As-Sa’dy: 285]
Sungguh, pernyataan iblis di atas tidak boleh dianggap remeh, sebab Alloh telah menjelaskan bahwa persangkaannya itu tidaklah meleset, Alloh berfirman:
وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman”. (QS. Saba’: 20)
Bahkan Alloh telah mengabarkan bahwa mayoritas manusia terjatuh dalam perangkapnya dan mengikutinya dalam kesesatan. Alloh berfirman:
وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُون
“Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah bersyukur.” (QS. Al-Baqoroh: 243)
وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ
“Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah beriman.” (QS. Hud: 17)
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
“Tidaklah kebanyakan manusia itu beriman walaupun kamu (wahai Muhammad) sangat menginginkannya.” (QS. Yusuf: 103)
وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا
“Sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya), maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).” (QS. Al-Furqon: 50)
وَلَقَدْ ضَلَّ قَبْلَهُمْ أَكْثَرُ الْأَوَّلِينَ
“Sesungguhnya telah sesat sebelum mereka (Quraisy) kebanyakan orang-orang yang dahulu.” (QS. Ash-Shoffat: 71)
Adakah jalan selamat..? Tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada Alloh dengan meminta pertolongan, hidayah dan taufiq-Nya, serta mengikhlaskan seluruh peribadatan hanya kepada-Nya. Jika engkau bisa melaksanakannya maka bergembiralah karena engkau telah menang dalam medan pertempuran. Alloh telah mengabarkan tentang ketidakkuasaan iblis dari orang-orang yang ikhlas dalam firmanNya:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ۞ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
“Iblis menjawab: “Demi kekuasaanMu aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (QS. Shod: 82-83)
Diantara sebab yang dengannya seseorang bisa selamat adalah dengan mempelajari apa-apa yang telah Alloh dan RosulNya jelaskan tentang tipu daya si iblis terlaknat ini, sehingga dengannya seorang hamba bisa memilah dan memilih, jalan mana yang benar-benar akan mengantarkannya ke tempat tujuan dan mana yang menjerumuskannya ke jurang kesesatan.
Dengarkanlah penuturan Imam Robbany Ibnul Qoyyim Rohimahulloh berikut ini, sehingga tergambar padamu betapa dahsyatnya permusuhan Syaithon serta semangatnya mereka dalam usaha menyesatkan manusia, beliau berkata:
“Banyaknya kejelekan-kejelekan syaithon yang menimpa seorang hamba, sehingga tidak bisa si hamba itu menghitung jenis-jenis kejelekan tersebut, terlebih lagi untuk menghitungnya satu persatu. Sebab, segala kejelekan yang terjadi di alam ini dialah sebabnya. Akan tetapi kejelekan tersebut dapat dibatasi pada enam jenis. (Syaithon) ini  akan terus menggoda anak adam sampai dia jatuh pada salah satunya atau lebih.
Kejelekan yang pertama: kejelekan kekafiran dan kesyirikan serta permusuhan kepada Alloh dan Rosul-Nya. Apabila dia bisa mengalahkan anak adam pada tahapan ini berhentilah rintihannya dan lega dari capeknya bersama si hamba tadi. Inilah hal pertama kali yang dia inginkan dari seorang hamba. Dia akan terus-menerus menggodanya sampai berhasil, dan jika telah berhasil maka diapun menjadikan si hamba tadi) sebagai anak buah dan bala tentaranya, serta menggantikan kedudukannya untuk menggoda orang-orang yang semisalnya sehingga jadilah para hamba itu sebagai juru-juru dakwah iblis dan para penggantinya….”
Kemudian beliau menyebutkan langkah-langkah selanjutnya yang ditempuh syaithon apabila langkah pertama ini tidak berhasil:
Langkah kedua: menjerumuskan dalam kebid’ahan.
Langkah ketiga: menjerumuskan dalam dosa-dosa besar.
Langkah keempat: menjerumuskan dalam dosa-dosa kecil.
Langkah kelima: menjerumuskan dalam perkara-perkara yang diperbolehkan tapi tidak mengandung keutamaan.
Langkah keenam: memalingkan hamba dari perkara-perkara ynag utama pada perkara-perkara yang lebih rendah keutamaannya, sehingga hamba tadi terluputkan dari keutamaan yang banyak. [Badai’ul Fawaid: 1/ 483]
Lihatlah saudaraku –semoga Alloh jaga kita dari kejelekan Syaithon dan bala tentaranya- bagaimana musuh satu ini begitu sabar berpindah dari satu cara ke cara yang lain, tidak mengenal lelah, walaupun terkadang dia harus berpenampilan seakan-akan menyeru kebaikan demi menyeret manusia kepada kejelekan, atau paling tidak menghalangi mereka dari kebaikan. Siapakah diantara kita yang mengaku bahwa dirinya selamat dari enam tahapan ini???
Kalau dalam tahapan pertama saja sudah banyak manusia terjerembab jatuh apalagi pada tahapan-tahapan yang berikutnya yang lebih samar dan penuh dengan tipuan. Hanya kepada Alloh-lah kita memohon perlindungan.
Saudaraku, semoga Alloh memberikan hidayahNya kepada kita semua, dari ulasan di atas kita dapat ambil kesimpulan bahwa mengetahui jalan-jalan yang ditempuh syaiton merupakan perkara yang tidak boleh dikesampingkan. Oleh karena itu dalam tulisan ini marilah kita pelajari beberapa hal penting tentang sesuatu yang paling diinginkan syaithon yaitu kesyirikan, dengan harapan agar kita semua bisa menghindari dan menjaga diri dari terjatuh di dalamnya. Sebab kebanyakan manusia yang terjatuh peda kesyirikan sebab utamanya adalah kebodohan mereka tentang hal yang mencelakakan tersebut.
Pengertian Syirik dan Hakekatnya:
Syirik adalah penyamaan selain Alloh dengan Alloh pada hal-hal yang merupakan kekhususan Alloh. [Hasyiyah Kitabit Tauhid Libni Qosim]
Dalilnya adalah perkataan Alloh tentang orang-orang musyrik yang ada di neraka, mereka mengatakan:
تَالله إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ ۞ إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِين
“Demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kalian (sesembahan selain Alloh) dengan Rabb semesta alam”. (QS Asy-Syu’aro: 97-98)
Syirik bentuknya banyak sekali, seperti penyerahan peribadatan kepada kepada selain Alloh; baik itu malaikat, para nabi, jin maupun para wali. Demikian pula permintaan sebagian manusia kepada mereka perkara-perkara yang tidak bisa melakukannya kecuali Alloh, seperti; rezki, anak, hujan dan lain sebagainya.[1]
Akan tetapi, bentuk yang bermacam-macam itu semuanya kembali kepada hakekat yang satu. Apabila seorang muslim memahami hakekat ini mudahlah baginya untuk mengetahui suatu perkara itu syirik atau bukan, walaupun ditutup dan dihias oleh syaithon dengan warna-warni yang beraneka ragam. Hakekat  tersebut adalah adanya penyerupaan makhluq dengan Alloh Dzat Pencipta semesta alam pada hal-hal yang merupakan kekhususan-Nya. [Jawabul Kafi: 94]
Bahaya Kesyirikan:
Tidaklah mengherankan jika iblis sangat berambisi agar manusia terjatuh dalam kesyirikan, karena syirik merupakan perkara yang sangat dimurkai Alloh. Tidaklah para Rosul itu diutus kecuali untuk mengentaskan manusia dari jurang kesyirikan menuju peribabadatan yang benar yang akan mengantarkan pada syurga-Nya yang kekal dan penuh kesenangan.
.وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ.
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (segala sesuatu ayng disembah selain Alloh) itu.” Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS Qn Nahl: 36)
Dalil-dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah menunjukkan bahwa syirik mempunyai bahaya yang sangat besar dan akibat yang sangat fatal.
Pertama: Syirik adalah sebesar-besar dosa dan kedholiman.
Alloh berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِالله إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu men-syirikkan Allah, sesungguhnya syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13)
Berkata Syaikhul Islam Rohimahulloh: Sesungguhnya puncak keadilan adalah peribadatan kepada Alloh semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana puncak kezholiman adalah syirik. Sebab kzholiman adalah peletakan sesuatu bukan pada tempatnya, dan tidaklah ada yang lebih zholim dari orang yang meletakkan ibadah bukan pada tempatnya dengan beribadah kepada selain Alloh. [Jami’ Masail libni Taimiyah: 5/ 165]
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam juga telah bersabda ketika beliau ditanya: “Dosa apakah yang paling besar di sisi Alloh.” Beliau menjawab:
أَنْ تَجْعَلَ لِله نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ
“(Yaitu) engkau membuat bagi Alloh tandingan, padahal Dialah yang telah menciptakanmu.” (HR. Bukhory-Muslim)
Beliau juga bersabda:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ..؟
“Maukah kalian kuberi tahu tentang dosa besar yang paling besar?”
Mereka (para sahabat) menjawab: “Tentu, wahai Rosululloh.”
Beliau bersabda:
الْإِشْرَاكُ بِالله، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ
“(Dosa besar yang paling besar) adalah Syirik kepada Alloh dan durhaka terhadap kedua orang tua.” (HR. Bukhory-Muslim)
Kedua: Syirik adalah dosa yang tidak diampuni oleh Alloh kecuali dengan taubat.
Alloh berfirman:
إِنَّ الله لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاء.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain darinya (syirik).” (QS. An-Nisaa: 48)
Ketiga: Syirik menghapuskan segala amalan orang yang terjatuh ke dalamnya.
Alloh berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِين
“Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu melakukan kesyirikan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az Zumar: 65)
Keempat: Pelaku kesyirikan amalnya tidaklah akan diterima di sisi Alloh sampai dia meninggalkan kesyirikannya.
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda dalam hadits Qudsi:
قَالَ الله تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَن الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ.
“Alloh –Tabaroka wa Ta’ala- telah berfirman: Aku adalah sekutu yang paling tidak butuh dengan sekutu (selain Ku). Barangsiapa melakukan suatu amalan dalam keadaan dia mensekutukan Ku pada amalan itu dengan selain Ku, maka Aku akan tinggalkan dia dan sekutunya.” (HR. Muslim)
Kelima: Barangsiapa yang mati dalam keadaan membawa syirik akbar, maka dia tidak akan masuk ke dalam syurga dan kekal di neraka.
Alloh berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ.
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Al Maidah: 72)
Saudaraku muslim, semoga Alloh berikan hidayahNya kepada kita semua, inilah sebagian dari bahaya kesyirikan dan akibat yang ditimbulkannya. Tentunya orang yang mempunyai kepedulian dengan keselamatan dirinya di akherat kelak tidaklah menginginkan dirinya termasuk orang-orang yang terjerumus dalam kesyirikan. Bahkan merupakan kewajiban untuk merasa takut dan khawatir dari terjatuh di dalamnya.
Inilah Nabi Ibrohim, bapaknya orang-orang yang bertauhid berkata, sebagaimana yang dikabarkan Alloh dalam firman Nya:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ ۞ رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Rabb-ku, Sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau adalah (Ghofur) Maha Pengampun lagi (Rohim) Maha Penyayang.” (QS. Ibrohim: 35-36)
Berkata Al ‘Allammah Ibnu Qosim Rohimahulloh: “Apabila Al-Kholil (yakni Ibrohim) imamnya orang-orang yang cenderung pada tauhid dan meninggalkan syirik, yang Alloh telah menjadikannya umat seorang diri dan Alloh telah mengujinya dengan perintah dan larangan kemudian dia menyempurnakannya, serta dialah yang telah menghancurkan berhala-berhala dengan tangannya, dia takut terhadap dirinya dari terjatuh dalam kesyirikan, maka bagaimana seseorang yang lebih rendah kedudukan darinya beberapa derajat merasa aman?! Bahkan orang yang seperti ini tentu lebih berhak untuk merasa takut dan tidak merasa aman dari terjatuh di dalamnya.” [Hasyiyah kitabit Tauhid Libni Qosim: Bab Khouf minasy Syirk]
Memang demikianlah keadaan manusia, ketika tidak tahu besarnya bahaya suatu perkara maka kesalahan dalam menyikapinya pun sesuai dengan kadar ketidak tahuannya itu.
Al-‘Allamah Abdurrohman bin Hasan Alu Syaikh Rohimahulloh mengatakan: “Tidaklah seseorang merasa aman dari terjatuh dalam kesyirikan kecuali orang yang tidak tahu tentang kesyirikan dan tentang apa saja yang bisa menyelamatkan darinya yang berupa: ilmu tentang Alloh dan tentang perkara-perkara yang dibawa oleh rosulNya berupa: tauhid dan larangan dari syirik. [Fathul Majid: 131]
Perkara selanjutnya yang hendaknya diketahui bahwa ketakutan dari terjatuh dalam kesyirikan bukanlah sekedar perasaan takut belaka yang tidak membuahkan darinya amalan yang diinginkan oleh Alloh dan Rosul-Nya.  Sebab hal yang seperti ini tidaklah bermanfaat. Akan tetapi hakekat takut yang diinginkan adalah sebagaimana yang dijelaskan Al ‘Allammah Ibnu Qosim Rohimahulloh dalam perkataan beliau:
“Hakekat takut dari kesyirikan adalah sungguh-sungguh dalam kembali kepada Alloh dan bersandar kepadaNya, serta bersungguh-sungguh dan merendahkan diri kepada-Nya (dalam meminta keselamatan). Juga dengan melakukan pembahasan dan penelitian tentang syirik dan jalan-jalannya serta perkara-perkara yang mengantarkan kepadanya agar bisa selamat dari terjatuh ke dalamnya.” [Hasyiyah kitabit Tauhid Libni Qosim: Bab Khouf minasy Syirk]
Inilah hakekat takut dari kesyirikan yang dituntut ada pada diri setiap muslim, yang darinya pula seorang muslim hendaknya semakin bersemangat dalam menuntut ilmu agama. Semoga Alloh menyelamatkan kita dari kesyirikan dan memberikan kepada kita kekokohan untuk tetap istiqomah di atas dakwah tauhid yang mulia ini sampai ajal menjemput.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ.

Perpustakaan Darul hadits. Dammaj,
Malam Senin 1 Rojab 1433
Semoga Alloh menjaganya dari segala kejelekan