Ditulis Oleh: Abu Zakaria Irham Al-Jawiy
بسم
الله الرحمن الرحيم
إِنَّ
الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهِ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أما بعد:
Kebahagian
hidup adalah perkara yang dicari dan diidam-idamkan oleh setiap manusia, mereka
rela bersusah payah demi perkara tersebut. Keringat yang bercucuran, mata yang
lelah menahan kantuk tidak mereka perdulikan, yang penting adalah masa depan
yang cerah dan penuh kebahagiaan. Namun sayang dalam permasalahan ini manusia
banyak sekali yang salah dalam dua permasalahan pokok sehingga mengakibatkan
kesalahan-kesalahan lainnya yang tidak terhitung jumlahnya.
مَنْ
يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا
مُرْشِدًا
“Barangsiapa
yang diberi petunjuk oleh Allah, maka Dialah yang mendapat petunjuk; dan
barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin
pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.”
[QS. Al-Kahfi:17]
Permasalahan
pertama yang kebanyakan manusia salah adalah
kesalahan mereka dalam mendeskripsikan masa depan yang mereka cita-citakan
tersebut, ada yang menyangka bahwa masa depan yang cerah adalah pendidikan yang
tinggi, titel yang panjang dan pekerjaan yang tetap atau kekayaan harta
dan nyamannya tempat tinggal. Ada juga yang menganggap bahwa jika semua
keinginan hawa nafsunya bisa terpenuhi, itulah kebahagiaan hidup, jadi mereka menggambarkan
kebahagian itu hanya sebatas angan-angan di dunia dan lalai bahwa masa depan
yang hakiki dan kebahagian yang sempurna dan sejati adalah kebahagiaan di
akhirat;
بَلْ
تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ^ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Tetapi
kamu memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan
lebih kekal.” [QS. Al-A’la:16-17]
Oleh
karena itulah mereka mendidik anak-anaknya dengan pengajaran yang salah ini.
Dan inilah pertanyaan-pertanyaan yang senantiasa yang ditujukan kepada mereka.
Apa cita-citamu? Dimana kamu kuliah? Mau jadi apa kalau tidak sekolah? Alloh ﻷ
berfirman:
يَعْلَمُونَ
ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُون
“Mereka
hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai.”
[QS. Ar-Rum:7]
Ibnu
Katsir –rohimahulloh- berkata: “Kebanyakan manusia tidaklah memiliki
pengetahuan kecuali tentang dunia, cara-cara mencapainya dan hal-hal yang
berhubungan dengannya serta apa-apa yang di dalamnya. Dari sisi ini mereka
adalah orang yang paling cerdik dalam usaha mendapatkannya dan dalam menentukan
cara-cara untuk meraihnya. Akan tetapi mereka lalai tentang perkara yang
bermanfaat bagi mereka di negeri akhirat. Sampai-sampai salah seorang dari
mereka benar-benar lalai, tidak terpikir dan tidak terbersit dalam benaknya
kehidupan akhirat sedikitpun. Ibnu ‘Abbas –rodhiyallohu ‘anhu- berkata:
mereka mengetahui perkara-perkara dunia akan tetapi bodoh dalam urusan
agamanya. [Tafsir Ibnu Katsir/ Surat Ar-Rum ayat 7]
Keadaan
inilah yang kita saksikan pada kebanyakan manusia saat ini, kita lihat mereka
menghabiskan puluhan tahun dari umurnya demi mendapatkan ijazah atau gelar
sarjana, akan tetapi dalam permasalahan agama nilainya nol besar. Bahkan tidak
tahu bagaimana cara berwudhu sesuai sunnah, cara sholat yang shohih, bahkan
untuk membaca Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup manusia diapun
terbata-bata.
Imam
As-Sa’di -rohimahulloh- mengatakan: “Seorang mukmin yang berakal tentunya tidak
akan memilih sesuatu yang jelek dan meninggalkan yang lebih bagus. Oleh karena
itulah kecintaan terhadap dunia dan pengutamaannya atas akhirat merupakan pokok
setiap kesalahan.” [Tafsir As-Sa’di]
Adapun
orang-orang yang lalai terhadap kehiupan akhirat maka keadaan tidak jauh
berbeda dengan apa yang difirmankan Alloh:
وَالَّذِينَ
كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ
مَثْوًى لَهُم
“Orang-orang
kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang,
dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.”
[QS. Muhammad:12]
Imam
As-Sa’di -rohimahulloh- mengatakan: “Jadilah mereka seperti binatang ternak
yang tidak punya akal dan keutamaan. Bahkan mayoritas keinginan dan tujuan
mereka adalah kenikmatan duniawi dan nafsu syahwat. Sehingga engkau menyaksikan
perilaku mereka baik yang dzohir maupun batin berputar pada perkara tersebut
yang tidak ada hubungannya dengan kebaikan dan kebahagian hakiki. Karena itu
jadilah neraka tempat kembali mereka. Mereka tidak akan penah bisa keluar
darinya dan adzabnya pun tidak pernah berhenti.” [Tafsir As-Sa’di]
Permasalahan
kedua adalah kekeliruan mereka dalam
menempuh jalan untuk menggapai kebahagiaan tersebut. Perintah-perintah Alloh
dilalaikan dan batasan syari’at pun diterjang demi menggapai masa depan semu
yang tidak kunjung datang.
Berkata
Ibnul Qoyyim -rohimahulloh-: “Lalai dari Alloh dan kehidupan akhirat, jika hal
tersebut diiringi dan diikuti hawa nafsu terlahirlah darinya segala kejelekan.
Kedua perkara tersebut sangat jarang bisa dipisahkan. Siapa saja yang
mencermati kerusakan-kerusakan di alam ini, baik secara umum atau khusus pasti
akan dia dapati bahwa semua itu muncul dari dua sumber ini. [Risalah Ila
Kulli Muslim]
Sungguh
menyedihkan orang-orang yang keadaan seperti ini, lelah dan penat mereka
rasakan di dunia, siksa dan ancaman Alloh siap menyambutnya diakhirat kelak.
Kerugian diatas kerugian.
قُلْ
إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِين
“Katakanlah:
“Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri
mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat”. ingatlah yang demikian itu
adalah kerugian yang nyata”. [QS/
Az-Zumar:15]
Seandainya
saja mereka mau kembali pada bimbingan Dzat yang telah menciptakan dan memberi
rizqi kepada mereka tentunya keadaan yang terjadi tidaklah sedimikian tragis. Namun
demikianlah keadaan manusia, semuanya dalam keadaan merugi kecuali orang-orang
yang diberi petunjuk. Alloh berfirman:
وَالْعَصْرِ
^ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ^ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر
“Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati dengan kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” [QS. Al-‘Ashr:1-3]
Oleh
karena itulah, wajib bagi setiap muslim untuk keluar dari golongan yang merugi
tersebut dengan seluruh kemampuan yang ada berlandaskan dengan bimbingan
Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman salaful ummah, sehingga bisa meraih
masa depan yang cerah dan kebahagian yang hakiki dengan cara yang terarah.
الَّذِينَ
يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا
عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ
عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي
كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ
وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.
“(yaitu)
orang-orang yang mengikuti rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu
yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al
Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung. [QS. Al-A’rof:157]
Dan
Nabi –Shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
وَأَنَا
تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ الله فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ،
فَخُذُوا بِكِتَابِ الله وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ .
“Dan
aku tinggalkan bagi kalian dua perkara yang berat, pertama adalah Kitabulloh
padanya petunjuk dan cahaya, maka ambillah Kitabulloh tersebut serta berpegang
teguhlah dengannya.” [HSR. Muslim]
Berawal
dari sinilah, hendaknya setiap muslim mengetahui masa depannya yang hakiki dan
bagaimana cara yang ditempuh serta bekal-bekal apa yang harus dibawa sehingga
bisa mencapai tujuan dan selamat dari segala halangan yang merintang.
Hakikat penciptaan manusia
Saudaraku,
semoga Alloh memberikan hidayahNya kepada kita semua, ketahuilah bahwa Alloh
tidaklah menciptakan jin dan manusia serta alam semesta ini dengan sia-sia
tanpa hikmah dan tujuan. Oleh karena itulah Alloh mengingkari orang-orang yang
menyangka demikian dalam firmanNya.
أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ ^ فَتَعَالَى
اللَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيم.
“Maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu sia-sia (belaka
–tanpa ada perintah dan larangan-), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan
kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada Robb
selain Dia, Robb (yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” [QS. Al-Mu’minun:115-116]
Alloh
Ta’ala juga menjelaskan tentang penciptaan alam semesta ini.
وَمَا
خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذَلِكَ ظَنُّ
الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّار
“Dan
Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya engan
batil (tanpa hikmah), yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka
kecelakaanlah bagi orang-orang kafir (yang berupa siksa) api neraka.” [QS. Shod:27]
Lalu
untuk apa sebenarnya kita diciptakan? jawabannya adalah firman Alloh Ta’ala:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.
“Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.” [QS. Adz-Dzariyat:56]
Inilah
tujuan kita diciptakan, yaitu untuk semata-mata beribadah kepada Alloh.
Demi
mewujudkan tujuan yang agung ini Alloh pun utus para rosul dan turunkan
kitab-kitab sehingga manusia dan jin bisa mewujudkan peribadatan yang benar
sesuai dengan keinginan Alloh Dzat Pencipta. Demikian pula Alloh ciptakan jannah
sebagai balasan dan tempat kembali bagi golongan yang merealisasikan tujuan
tersebut yang dipenuhi dengan berbagai macam kenikmatan yang terus menerus dan
tidak dibatasi dengan zaman.
إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ
الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا ^ خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلا.
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus
menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah
dari padanya.” [QS. Al-Kahfi:107-108]
Inilah
masa depan setiap muslim dan kebahagian sejati yang abadi. Sudah sepantasnyalah
bagi orang-orang yang punya akal sehat dan pikiran jernih untuk menjadikannya
cita-cita hidup serta berlomba-lomba demi meraihnya, bukan malah menukarnya
dengan kebahagiaan dunia yang semu dan penuh dengan kekurangan.
Sebaliknya
Alloh juga menciptakan An-Nar yang penuh dengan siksaan dan kepedihan
sebagai balasan dan tempat kembali orang-orang yang melalaikan tujuan
penciptaan dirinya dan menerjang batasan-batasan yang Alloh tentukan.
وَأَمَّا
الَّذِينَ فَسَقُوا فَمَأْوَاهُمُ النَّارُ كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا
مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّذِي
كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ
“Adapun
orang-orang yang fasik (kafir) maka tempat mereka adalah Jahannam. Setiap kali
mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan
kepada mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.” [QS. As-Sajdah:20]
Tidaklah
ada yang bisa mereka kerjakan kecuali menangis dan meratap serta menyesali
perbuatan semasa hidup di dunia. Mereka pun meminta kepada Alloh agar
dikembalikan ke dunia untuk bisa memperbaiki amalannya. Namun apalah gunanya,
kesempatan telah tertutup, keputusan telah tetap, tidak bisa diubah dan
diralat. Alloh Ta’ala berfirman:
وَهُمْ
يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي
كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ
وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِير
“Dan
mereka berteriak di dalam neraka itu : “Ya Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya
kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami
kerjakan”. (Alloh berkata:) “Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa
yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak)
datang kepada kamu pemberi peringatan?! Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak
ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. [QS. Fathir:37]
حَتَّى
إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ ^ لَعَلِّي أَعْمَلُ
صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ
وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ.
“(Demikianlah
Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, Dia berkata: “Ya Robbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku
berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. (Alloh berfirman:)
“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja,
dan di hadapan mereka ada penghalang sampai hari mereka dibangkitkan.” [QS. Al-Mu’minun:99-100]
Inilah
dua tempat kembali yang tidak ada tempat ketiga dari keduanya. Tentunya setiap
muslim mengharapkan untuk bisa menjadi penghuni tempat pertama. Oleh karena
itulah persiapkan dirimu dan kumpulkan bekalmu karena perjalanan begitu jauh
dan ujian pun panjang melintang. Namun janganlah engkau berkecil hati jika
engkau benar-benar jujur dalam menapakinya pasti Alloh akan memberikan petunjuk
dan kemudahan.
لَقَدْ
أَنْزَلْنَا آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ وَاللّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيم.
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan, dan Allah menunjuki siapa
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” [QS. An-Nur:46]
فَأَمَّا
مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى ^ وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى ^ فَسَنُيَسِّرُهُ
لِلْيُسْرَى.
“Adapun
orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, serta membenarkan
adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami akan menyiapkan baginya jalan
yang mudah.” [QS. Al-Lail:5-7]
Dunia adalah ladang beramal bukan taman peristirahatan.
Saudaraku,
semoga Alloh memberikan taufiknya kepadaku dan kepada kalian semua, setelah
kita mengetahui bahwa kita diciptakan untuk beribadah kepada Alloh semata dan
kita telah tahu pula bahwa manusia yang selama di dunia tidak merealisasikan
tujuan tersebut menyesal dan meratapi perbuatannya tersebut, maka besyukurlah
sebab engkau saat ini masih Alloh beri kesempatan hidup di dunia ini yang
berarti kesempatan untuk meraih kebahagiaan sejati di akhirat masih terbuka
lebar. Kesempatan untuk memperbaiki diri dan mempersiapkan bekal pun masih
terpampang luas didepan matamu. Karena itu, manfaatkanlah kesempatan emas itu
sebelum berlalu. Cukuplah kisah Fir’aun menjadi nasehat bagi kita. Alloh
berfirman:
وَجَاوَزْنَا
بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا
وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ ^
آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ.
“Dan
Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun
dan bala tentaranya dengan tujuan hendak menganiaya dan menindas (mereka).
Hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya beriman
bahwa tidak ada Robb melainkan Robb yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya
termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (Alloh berfirman:)
“Apakah sekarang (baru kamu beriman), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka
sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” [QS. Yunus:90-91]
Sayang
kesempatan untuk beriman telah tertutup dan pintu taubat telah terkunci.
Seandainya saja dia mau mengucapkannya pada waktu-waktu keimanan masih
diterima. Rosululloh bersabda:
إنَّ
اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ العَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغَرْ
“Sesungguhnya
Alloh akan menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum
ditenggorokannya.” [HR. At-Tirmidzi (no.3537) dari
Ibnu ‘Umar dan dihasankan Imam Al-Albani ]
Akan
tetapi kebanyakan manusia tidak menyadari nikmat tersebut. Kesempatan yang
Alloh berikan mereka sia-siakan. Siang malam tersibukkan dengan dunia
seakan-akan mereka akan kekal di dalamnya. Ataukah mereka lupa bahwa setelah
kehidupan yang fana ini ada kehidupan yang kekal. Jadilah dunia dan
perhiasannya sebagai penghalang terbesar manusia dari ketaatan kepada Alloh.
Dia telah berfirman:
اللَّهُ
يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاع.
“Allah
meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka
bergembira dengan kehidupan di dunia, Padahal kehidupan dunia itu (dibanding
dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” [QS. Ar-Ro’:26]
Dunia
ini adalah sesuatu yang hina yang bisa dinikmati sebentar dan mengakibatkan
kesengsaraan yang panjang. [Tafsir As-Sa’di]
Oleh
karena itulah Alloh dan Rosul-Nya senantiasa memperingatkan manusia dari tipuan
dan godaan dunia serta memperbandingkannya dengan dunia akhirat.
اعْلَمُوا
أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ
وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ
الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا
وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُور.
“Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Tidaklah kehidupan dunia ini
kecuali hanya kesenangan yang menipu.”
[QS. Al-Hadid:20]
Berkata
Imam Ibnul Qoyyim: “Dunia pada hakikatnya tidaklah tercela, melainkan celaan
itu ditujukan kepada perbuatan hamba di dunia tersebut. Dunia adalah jembatan
yang mengantarkan ke jannah atau ke nar. Akan tetapi karena banyaknya syahwat
dan kelalaian padanya serta banyaknya orang yang berpaling dari Alloh dan dunia
akhirat jadilah hal tersebut sesuatu yang mendominasi para penghuninya dan
apa-apa yang ada padanya.” [Iddatush Shobirin (hal.146)]
Jika
demikian halnya, sudah selayaknya bagi seorang muslim untuk menyikapi dunia ini
dengan benar. Tidak berarti kita lantas meninggalkan dunia sama sekali; tidak
bekerja dan mengasingkan diri dari keramaian, tapi hendaknya kita bisa
menempatkan dunia pada tempatnya dengan tuntunan syari’at ini .
Rosululloh
telah mengajarkan kepada kita bagaimana sikap yang benar tersebut sebagaimana
dalam hadits:
كن
في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل
“Jadilah
kamu di dunia ini seakan-akan engkau orang yang asing atau orang yang sekedar
lewat.” [HR. Al-Bukhori no. 6053]
Ibnu
Rojab dalam penjelasan hadits ini mengatakan: “Hadits ini adalah pokok utama
yang mendorong untuk memperpendek angan-angan di dunia. Seorang yang beriman
tidaklah pantas baginya untuk menjadikan dunia sebagai tempat menetap dan
tempat tinggal yang dia tenang di dalamnya. Akan tetapi hendaknya dia di dunia
ini seakan-seakan seperti orang yang akan bepergian, mempersiapkan
perbekalannya untuk safarnya tersebut. (Hal seperti ini) telah bersepakat
diatasnya wasiat para nabi dan pengikutnya. Alloh ketika menceritakan tentang
seorang yang beriman dari kaum Fir’aun:
يَا
قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ
دَارُ الْقَرَار
“Hai
kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan
sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” [QS. Ghofir:39]
‘Ali
bin Abi Tholib berkata:
ارتحلت
الدنيا مدبرة وارتحلت الآخرة مقبلة ولكل واحدة منهما بنون فكونوا من أبناء الآخرة
ولا تكونوا من أبناء الدنيا فإن اليوم عمل ولا حساب وغدا حساب ولا عمل
“Sesungguhnya
dunia ini telah berpaling pergi dan akhirat telah datang menghampiri.
Masing-masing keduanya mempunyai anak-anak (yang mengikutinya). Jadilah kalian
anak-anak akhirat, jangan menjadi anak-anak dunia! Sebab hari ini adalah
(saat-saat untuk) beramal bukan perhitungan. Adapun besok adalah (saat-saat)
perhitungan bukan beramal.” [HR.
Al-Bukhori (5/2358) secara muallaq]
Fudhoil
bin ‘Iyadh suatu hari bertanya kepada seorang
laki-laki: “Berapa umurmu yang telah berlalu?” Dia menjawab: “Enam puluh
tahun.”
Fudhoil
berkata: “Engkau selama enam puluh tahun berjalan menuju Robbmu dan engkau
hampir mencapainya.” Lelaki itu berkata: “Inna lillahi wainna Ilaihi Roji’un.”
Fudhoil
bertanya: “Apakah kau tahu maknanya? Engkau telah mengatakan: “Sesungguhnya
kita hamba Alloh semata dan kepadaNyalah kita kembali.”
Barang
siapa telah mengetahui bahwa dirinya hamba Alloh dan hanya kepada-Nyalah dia
kembali, maka hendaknya dia juga mengetahui bahwa dia akan berdiri
dihadapannya. Barang siapa mengetahui dirinya akan berdiri di hadapan-Nya,
ketahuilah bahwa dia akan ditanya.
Jika
dia telah tahu akan ditanya, maka persiapkanlah jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan tersebut!”
Lelaki
itu bertanya: “Lalu bagaimana jalan keluarnya?” Fudhoil menjawab: “Mudah.”
Dia
bertanya lagi: “Apa itu?”
Fudhoil
menjawab: “Perbaikilah kehidupanmu yang masih tersisa, semoga Alloh
mengampuni apa-apa yang telah lewat. Sebab, sesungguhnya apabila engkau berbuat
jelek pada masa-masa yang tersisa ini maka engkau akan dibalas dengan
perbuatan-perbuatanmu yang kamu lakukan dulu dan pada masa-masa yang tersisa
ini.” [Jami’ Ululmul Hikam (hal.519)]
Rosululloh
Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
لا
تزول قدم ابن آدم يوم القيامة من عند ربه حتى يسئل عن خمس عن عمره فيم أفناه وعن
شبابه فيم أبلاه وماله من أين اكتسبه وفيم أنفقه وماذا عمل فيما علم.
“Tidaklah
akan bergeser kaki anak adam pada hari kiamat dari hadapan Robbnya sampai
ditanya tentang lima perkara; dari umurnya untuk apa dia habiskan, tentang masa
mudanya untuk apa dia pergunakan, tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan
kemana dia menginfakkannya dan tentang ‘ilmunya: apakah apa yang telah kau
amalkan dari ‘ilmu-‘ilmu yang kau dapatkan.” [HR. At-Tirmidzi (no.2416) dari
Ibnu Mas’ud dan hadits dishohikan oleh Al-Albani dalam Shohihah (no.946)]
Sekian
tulisan singkat ini, semoga bisa memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan
para pembaca sekalian.
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ
إِلَيْكَ.