Minggu, 26 Februari 2012

Imam Bonjol "Pahlawan Sunnah dari Negeri Bonjol"

 Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Indonesia Allimbory
-Semoga Alloh menjaganya dan melindunginya-
Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Segala puji hanya bagi Alloh yang mengutus utusannya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk dinampakkannya atas agama seluruhnya dan cukuplah Alloh sebagai saksi, dan aku bersaksi bahwa sungguh tiada yang berhak disembah selain Alloh satu-satunya tiada tandingan baginya, dan aku bersaksi bahwa sungguh Muhammad hamba dan utusan-Nya.

Adapun sesudah itu,
Sesungguhnya sebaik-baik perkataan kitab Alloh, dan sebaik-baik petunjuk petunjuk Muhammad -semoga sholawat Alloh atasnya dan keselamatan-, dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, dan (sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya (Al-an’aam: 134)).

Maka sesungguhnya ketika aku mendengar sebagian orang-orang sufi di Indonesia berbicara tentang Imam Bonjol Al-Indonesia –semoga Alloh merahmatinya- bahwa dia itu Wahhaby maka aku tertarik untuk menulis ringkasan yang kusebutkan didalamnya kisahnya.


Dan murid-murid Syaikhul Islam Al-Imam Muhammad bin ‘Abdul wahhab –semoga Alloh merahmatinya- sangatlah banyak tidak ada yang mengetahuinya kecuali Alloh, dan dikatakan: dan diantara muridnya adalah Syaikh mulia Ibnu bayanuddin Al-Banjuly Al-Indunisia –semoga Alloh merahmati keduanya-, lahir pada tahun 1772 M di kota Bonjol Sumatra Indonesia.

Dan gelarnya Imam Bonjol sebab dia pendiri pusat dakwah Tauhid di kota Bonjol, dan belajar kepada ayahnya dan sebagian ulama dari murid-murid Syaikhul Islam Al-Imam Muhammad bin ‘Abdul wahhab di kota bonjol dan dia (Bonjol) kota yang dikenal di negeri Sumatra Indonesia, kemudian dia (Imam Bonjol) berkunjung ke rumah Alloh di Makkah untuk berhaji, dan belajar kepada para ulama di Masjidil Harom di Makkah, kemudian kembali ke Bonjol untuk berdakwah (mengajak) kepada (agama) Alloh.

Dan sungguh Alloh -Maha Suci Dia- telah memerintahkan bagi siapa yang mempunyai ilmu untuk menyeru kepada jalan-Nya, Berkata -Maha Suci Dia-:
 قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ [يوسف: 108].
“Katakanlah inilah jalanku aku menyeru kepada Alloh diatas bashiroh, saya dan siapa yang mengikutiku dan Maha Suci Alloh dan tidaklah aku termasuk orang-orang yang mempersekutukan” (Yusuf: 108)
Dan dari Abdillah bin ‘amr bin Al-‘Ash –semoga Alloh meridhoinya-: bahwasanya Nabi –Shollallohu ‘alaihi wa sallam- berkata: “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat” (Diriwayatkan Bukhary dan Ahmad)
Maka tersibukanlah Imam Bonjol rohimahulloh dengan ta’lim dan pembinaan dan dakwah kepada Alloh dan mengajak manusia kepada kebaikan dan kecintaan karena Alloh, dan tersiarlah perihalnya di kota Bonjol sampai berdatanganlah kepadanya manusia dari daerah tetangga.

Adalah warga Bonjol sebelum dakwah Imam Bonjol -rohimahulloh- dalam suatu keadaan yang tidak akan diridhoi oleh orang-orang yang beriman, dan adalah kesyirikan dan bid’ah dan maksiat telah tumbuh di Bonjol dan merebak sampai menyembah selain Alloh, manusia-manusia berdo’a kepada wali-wali, dan mereka meminum khamr dan melakukan perbuatan-perbuatan keji, dan merebak di Bonjol sihir dan perdukunan, maka ketika Imam Bonjol melihat kemunkaran ini terus-meneruslah Imam Bonjol rohimahulloh dalam dakwah kepada Alloh dan dengan ta’lim dan pembinaan, kemudian para pelaku kemunkaran marah terhadap dakwahnya rohimahulloh, sampai terjadi peperangan antara mereka dan antara Ahli tauhid sahabat-sahabat Imam Bonjol rohimahulloh, dan mereka menamakan dirinya dengan kaum Adat dan Ahli tauhid (mereka namakan) dengan kaum Padri (bagi penduduk Bonjol: Padri bermakna penuntut ilmu), maka dengan sebab peperangan ini terbunuh banyak dari kaum Adat dan dari yang tersisa diantara mereka pergi ke orang-orang kafir dari Belanda dan meminta dari mereka tentara sekutu maka dipenuhilah permintaan mereka, sampai berkumpullah kaum Adat dan orang-orang kafir dari Belanda dalam memerangi Ahli Tauhid, dan berlangsunglah peperangan dari tahun 1821 M sampai 1837 M.

Dan sungguh Alloh telah menerangkan akan keadaan orang-orang kafir dan orang-orang musyrik sebagaimana di dalam Al-Qur’an:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ (١١٢)
Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (Al-An’am: 112)

Dan berkata Alloh ta’ala:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (١٢٠)
orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Al-Baqoroh: 120)

dan pada akhir tahun 1837 M berkumpullah Kafir Belanda dan Musyrikin Adat pada akhirnya sekali lagi, dan memukul kota Bonjol, dan membunuh banyak dari penduduk kota, dan merampas harta dan anak laki-laki dan anak perempuan dan para wanita, dan menyiksa dan memenjara Imam Bonjol rohimahulloh dari tahun 1837 M sampai wafat Imam Bonjol rohimahulloh di tahun 1864 M. Dan sejak itu terputus dakwah Tauhid di kota Bonjol secara khusus dan di Indonesia secara umum.

Maka kisah ini memberikan pelajaran kepada Ahli Tauhid, jika terjadi peperangan maka tidak mengapa sebagian mereka untuk keluar kepada jihad di jalan Alloh dan sebagian yang lain keluar ke tempat ulama untuk memperdalam ilmu agama, berkata Alloh ta’ala:

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (١٢٢)
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Attaubah: 122).

Dan kami memohon hanya kepada Alloh ta’ala untuk memperbaiki penerus yang tersisa dari keluarga Imam Bonjol rohimahulloh dan dari Muslimin seluruhnya di kota Bonjol dan selainnya dan menfaqihkan mereka semua kepada apa-apa yang diridhoi-Nya dan menunjuki kami dan mereka jalan-Nya yang lurus.