Rabu, 09 Mei 2012

Meninggalkan Sifat Hasad


Oleh : Ummu Abdirrohman Najiyah Ibnat Kaswita
Ghoffarollohu ‘anhaa wa waalidaihaa

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاةوالسلام على رسول الله وعلى آله ومن والاه أما بعد:

PENGANTAR MUHIBBATUL ‘ILMI

Para pembaca _Rohimaniy wa Rohimakumulloh_,
Pada kesempatan yang mulia ini Muhibbatul ‘Ilmi ingin mengetengahkan kepada para pembaca sekalian  salah satu topik dari topik-topik yang sangat urgent untuk diketahui oleh segenap kaum muslimin. Sebuah pembahasan mengenai salah satu penyakit hati yang sangat kronis, dimana sedikit sekali dari hamba-hamba Alloh yang bisa selamat darinya, kecuali yang diberi rahmat oleh Alloh. Itulah yang dinamakan dengan peyakit hasad.Penyakit inilah yang telah menjadikan iblis dikeluarkan dari surga karena hasad kepada bapak moyang kita Adam _‘Alaihi wasalam_. Dan peyakit ini pula yang diidap oleh bangsa Yahudi dan Nashroni hingga merekapun enggan untuk menerima ajaran yang dibawa oleh Rosululloh_Sholallohu ‘alaihi wa salam_, tidak lain karena mereka hasad kepada beliau. Demikian pula penyakit ini telah menjalar dan menjangkiti sebagian besar kaum muslimin, baik dari kalangan awwamun naas maupun orang yang telah ber’ilmu kecuali yang diberi rahmat oleh Alloh. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah _Rohimahullohu Ta’ala:

ما خلي الجسد من الحسد, ألاءم ينظره والكريم يخفيه, فمن وجد في نفسه حسدا أنيستعمل بالتقوي و الصبر فيكره حسدا

“Tidak ada jasad yang kosong dari hasad, orang yang jelek akan menampakkan hasadnya dan orang yang mulia akan menyembunyikannya. Maka barang siapa yang mendapati pada dirinya sifat hasad, maka hendakknya dia membawa dirinya kepada ketaqwaan dan kesabaran dan hendaknya dia membenci apabila hasad itu ada pada dirinya.”
Maka berilmu tentangnya adalah sebuah keniscayaan agar kita dapat terhindar atau berusaha menghindarkan diri dari penyakit ini. Besar harapan kami, kiranya tulisan ini dapat memberi manfaat terutama bagi penyusun dan para pembaca sekalian. Hanya kepada Alloh semata kita meminta perlindungan dari penyakit hasad.
Selamat menelaah!

HAKIKAT HASAD

Termasuk adab seorang muslim  adalah hendaknya ia tidak hasad terhadap teman atau saudaranya atas apa yang yang dia lihat dari mereka dari kenikmatan yang Alloh berikan kepada mereka. Bahkan seharusnya dia senang dengan kenikmatan Alloh yang diberikan kepada mereka dan hendaknya dia memuji Alloh atas nikmat yang telah Alloh berikan kepada saudaranya tersebut, sebagaimana ia memuji Alloh ketika nikmat itu ada padanya. Karena sesungguhya Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  mencela orang-orang yang hasad sebagaimana firmannya :

أم يحسدون الناس على ما آتاهم الله من فضله فقد آتينا آل إبراهيم الكتاب والحكمة وآتيناهم ملكا عظيما

“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar”.(QS. An Nisaa : 54)

Dan hasad ini termasuk sifatnya bangsa Yahudi dan merupakan akhlak mereka.
Dan Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  berfirman :

ود كثير من أهل الكتاب لو يردونكم من بعد إيمانكم كفارا حسدا من عند أنفسهم من بعد ما تبين لهم الحق فاعفوا واصفحوا حتى يأتي الله بأمره إن الله على كل شيء قدير

“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(QS. Al Baqoroh : 109)

Orang-orang Yahudi dan Nashroni tidak menghendaki sampainya kebaikan kepada salah seorang dari kaum muslimin, sehingga mereka menginginkan kita murtad dari agama kita, karena mereka tahu bahwa apa yang kita pegangi akan menyampaikan kita pada kebahagian yang abadi. Dan kita telah dilarang untuk bertasyabuh (menyerupai)  mereka.

Dan hasad juga termasuk sifatnya orang munafiq. Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  berfirman :

إن تمسسكم حسنة تسؤهم وإن تصبكم سيئة يفرحوا بها وإن تصبروا وتتقوا لا يضركم كيدهم شيئا إن الله بما يعملون محيط

“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”.(QS. Ali Imron : 120)

Perilaku hasad akan memisahkan pertalian yang sangat kuat, seperti anak-anak nabi Ya’qub _’Alaihissalam_, mereka hasad kepada saudara mereka yakni Yusuf karena ayahnya yakni nabi Ya’qub mencintainya melebihi mereka sebagaimana yang telah Alloh kisahkan dalam Al Qur’an. Dan Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  berfirman :

إذ قالوا ليوسف وأخوه أحب إلى أبينا منا ونحن عصبة إن أبانا لفي ضلال مبين** اقتلوا يوسف أو اطرحوه أرضا يخل لكم وجه أبيكم وتكونوا من بعده قوما صالحين

“(Yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata(8). Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik(9)."(QS. Yusuf : 8-9)

Lalu mereka berkeinginan untuk membunuhnya disebabkan oleh perilaku hasad mereka terhadap Yusuf, karena ayahnya lebih mencintai Yusuf daripada mereka. Dan demikian juga dengan syaithon, telah terjerumus ke dalam perbuatan hasad  kepada ayah kita Adam _’Alaihissalam_ ketika Alloh memberinya kenikmatan dan syaithon menyombongkan diri kepada Adam _’Alaihissalam_.

Sebagaimana  Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  berfirman :

وإذ قال ربك للملائكة إني خالق بشرا من صلصال من حمإ مسنون** فإذا سويته ونفخت فيه من روحي فقعوا له ساجدين** فسجد الملآئكة كلهم أجمعون** إلا إبليس أبى أن يكون مع الساجدين** قال يا إبليس ما لك ألا تكون مع الساجدين** قال لم أكن لأسجد لبشر خلقته من صلصال من حمإ مسنون** قال فاخرج منها فإنك رجيم** وإن عليك اللعنة إلى يوم الدين

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.(28) Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.(29) Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama,(30) kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu.(31) Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?"(32) Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".(33) Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk,(34) dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat".(35)”(QS. Al Hijr : 28-35)

Demikian juga dengan kisah dua anak nabi Adam, dimana salah satunya iri kepada saudaranya disebabkan Alloh telah menerima qurban dari saudaranya, sedang ia tidak diterima qurbannya. Maka kedengkian yang telah bercokol dilubuk hatinya membawanya kepada perbuatan pembunuhan saudaranya sendiri.

Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  berfirman :

“واتل عليهم نبأ ابني آدم بالحق إذ قربا قربانا فتقبل من أحدهما ولم يتقبل من الآخر قال لأقتلنك قال إنما يتقبل الله من المتقين** لئن بسطت إلي يدك لتقتلني ما أنا بباسط يدي إليك لأقتلك إني أخاف الله رب العالمين** إني أريد أن تبوء بإثمي وإثمك فتكون من أصحاب النار وذلك جزاء الظالمين** فطوعت له نفسه قتل أخيه فقتله فأصبح من الخاسرين** فبعث الله غرابا يبحث في الأرض ليريه كيف يواري سوءة أخيه قال يا ويلتا أعجزت أن أكون مثل هذا الغراب فأواري سوءة أخي فأصبح من النادمين

Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".(27) "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."(28) "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang dzalim."(29) Maka hawa nafsu Kabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.(30) Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.(31)”(QS. Al Maidah : 27-31)

Perbuatan hasad itu akan membawa akibat yang tidak baik, yakni akan memisahkan antara dua teman dan antara seorang dengan saudaranya.

Dan mayoritas dari manusia terjerumus ke dalam penyakit hasad kecuali yang Alloh beri rohmat, sebagaiman dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah :

ما خلي الجسد من الحسد, ألاءم ينظره والكريم يخفيه, فمن وجد في نفسه حسدا أنيستعمل بالتقوي و الصبر فيكره حسدا
“Tidak ada jasad yang kosong dari hasad, orang yang jelek akan menampakkan hasadnya dan orang yang mulia akan menyembunyikannya. Maka barang siapa yang mendapati pada dirinya sifat hasad, maka hendakknya dia membawa dirinya kepada ketaqwaan dan kesabaran dan hendaknya dia membenci apabila hasad itu ada pada dirinya.”

TINGKATAN HASAD

1.  Diantara mereka ada yang berusaha untuk menghilangkan kenikmatan orang yang dihasadi dengan berbuat aniyaya terhadapnya, baik dengan perkataan atau perbuatan serta ada yang berusaha memindahkan kenikmatan itu kepada dirinya.
2.  Dan ada juga yang berusaha melenyapkan kenikmatan itu dari orang yang dihasadi tanpa ada keinginan untuk nikmat itu berpindah kepada dirinya. Hasad yang demikian ini adalah hasad yang paling jelek dan keji dan merupakan hasad yang tercela dan terlarang.
3. Macam yang lain adalah apabila seseorang mendengki kepada orang lain, ia tidak melakukan perbuatan yang dituntut oleh sifat hasad serta tidak berbuat aniyaya terhadap yang dihasadi, baik dengan perkataan maupun perbuatan.
4.  Adapula diantara mereka yang mendapati perangai hasad pada dirinya, dia justru berusaha menghilangkan dan berusaha melakukan perbuatan baik kepada orang yang sedang didengki serta mendoakan kebaikan untuknya dan juga menyebarkan keutamaan- keutamaannya serta memulai menghilangkan perangai hasad atau iri dengki yang ada pada dirinya sampai berubah menjadi perasaan cinta kepadanya dengan penuh harapan : “Muslim yang lain lebih baik daripada dirinya”.

Tingkatan yang disebutkan terakhir ini merupakan setinggi-tinggi derajat keimanan dan pelakunya adalah seorang mu’min yang sempurna yang mencintai untuk saudaranya apa yang ia sukai untuk dirinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Anas bin Malik _Rodhiyallohu ‘anhu_, dari Nabi _Sholallohu ‘Alaihi Wasalam_ beliau bersabda :

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسْ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى  اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه
[رواه البخاري ومسلم]
“Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”(Riwayat Bukhori dan Muslim)

Maksudnya, bahwa orang yang tidak menyukai suatu kebaikan pada saudaranya sesama muslim, sebagaimana ia menyukai kebaikan yang menimpa dirinya, berarti ia kurang keimanannya.

Sedang kebaikan ialah kata yang mencakup semua perkara ketaatan dan perkara-perkara mubah, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrowi .

Dan hadits ini juga menunjukkan, bahwa seorang muslim tidak menyukai suatu kejelekan yang menimpa saudaranya, sebagaimana ia tidak menyukai jika kejelekkan itu menimpa dirinya.

Mencintai kebaikan bagi kaum muslimin adalah termasuk sebab-sebab dijauhkannya seseorang dari adzab neraka, sebagaiman disebutkan dalam shohih Muslim dari Abdillah bin ‘Amr bin ‘Ash_ Rodhiyallohu ‘anhu_, dari Nabi _Sholallohu ‘Alaihi Wasalam_ beliau bersabda :
“Barang siapa yang ingin diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka hendaknya ketika kematian mendatanginya, ia dalam keadaan beriman kepada Alloh dan hari akhir serta memberikan kepada manusia apa yang ia suka jika sesuatu itu diberikan kepadanya”.

Perasaan senang jika kebaikan menimpa kaum muslimin tidaklah akan muncul kecuali dari seorang yang hatinya selamat atau terhindar dari kotoran-kotoran hati, seperti hasad, dengki dan sombong. Oleh karena itu perasaan senang ketika kebaikan menimpa kaum muslimin sudah melemah di zaman sekarang ini , disebabkan tidak adanya hati yang bersih pada kebanyakan manusia kecuali yang diberi rahmat oleh Alloh. 

SEBAB-SEBAB MARAKNYA KEDENGKIAN / HASAD

Ada beberapa sebab yang menimbulkan sifat hasad / dengki, yaitu : permusuhan, sifat takabbur, ujub, cinta kedudukan, jiwa yang kotor dan kikir. Yang paling menonjol adalah kebencian dan permusuhan. Siapa yang disakiti orang lain karena sebab tertentu dan menghalangi tujuannya , tentu akan membuat hatinya kesal, lalu tumbuh rasa dengki.

Dengki memerlukan pelampiasan dendam. Andaikan musuhnya ditimpa musibah, maka ia merasa senang dan mengira bahwa itu sebagai hadiah dari Alloh bagi dirinya. Begitupun sebaliknya, dengki pasti melahirkan kebencian dan permusuhan. Dua hal yang tidak akan lepas dari dirinya. Akan tetapi orang yang bertaqwa tentu tidak akan berbuat aniyaya dan tidak menginginkan hal itu terjadi pada dirinya.

Adapun tentang sifat takabbur terjadi karena rivalnya mendapatkan harta atau kedudukan, lalu dia merasa khawatir andaikan mereka takabbur dihadapannya sedang dia tidak mampu menandingi atau mengunggulinya. Kedengkian orang kafir terhadap nabi _Sholallohu ‘Alaihi Wasalam_tak jauh berbeda dengan gambaran ini. Alloh berfirman:

وقالوا لولا نزل هذا القرآن على رجل من القريتين عظيم

“Dan mereka berkata: "Mengapa Al Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini?”.(QS. Az Zukhruf : 31)

Dan Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  berfirman :

وكذلك فتنا بعضهم ببعض ليقولوا أهؤلاء من الله عليهم من بيننا أليس الله بأعلم بالشاكرين

“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?".(QS. Al An’am : 53)

Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  juga berfirman :

ولئن أطعتم بشرا مثلكم إنكم إذا لخاسرون

“Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi.”(QS. Al Mu’minuun : 34)

Mereka heran dan tak habis fikir, mengapa yang menerima kerosulan bukan orang-orang seperti mereka? Karena itu merekapun iri dan dengki.

Adapun tentang cinta kedudukan dan kehormatan, sebagai contohnya : ada seseorang yang tidak mempunyai tandingan dalam salah satu disiplin ilmu, sehingga dia mendapat limpahan sanjungan dan pujian serta dialah satu-satunya orang yang menguasai ilmu tersebut. Jika ia mendengar ada orang lain di salah satu pojok dunia yang menjadi saingannya, maka hal ini membuatnya risau, lalu ingin agar saingannya ini mati atau tidak mendapatkan kenikmatan karena ilmunya. Tidak lain hal ini didorong karena kecintaan kepada kedudukan.

Orang-orang yang berilmu dari kalangan Yahudi meyakini bahwa sebenarnya mereka sudah mengetahui nama Muhammad _Sholallohu ‘Alaihi Wasalam_ namun mereka juga tidak mau beriman kepada beliau, karena mereka takut tidak akan memegang kekuasaan lagi.

Tentang jiwa yang kotor dan kekikirannya terhadap hamba Alloh yang lain, boleh jadi engkau melihat seseorang yang tidak mau tahu dengan urusan kedudukan dan sikap takabbur, tetapi jika ia dikabari tentang kebaikan keadaan seseorang dari hamba Alloh, karena dia mendapat nikmat yang banyak, maka hal itu membuatnya resah. Tapi jika ia dikabari tentang kekacauan urusan manusia dan kemalangan hidup mereka, maka diapun merasa gembira. Dia selalu ingin tahu keadaan orang lain dan kikir terhadap nikmat Alloh terhadap hambanya. Seakan-akan mereka mengambil nikmat itu dari kerajaan dan simpanannya.

Sebagian ulama berkata, yang dimaksud sifat bakhil adalah tidak mau mengeluarkan hartanya, sedangkan yang disebut orang kikir adalah yang tidak menghendaki jika harta jatuh ke tangan hamba Alloh yang lain, sekalipun antara dirinya dan mereka tidak ada permusuhan dan ikatan macam apapun. Ini semua hanya disebabkan oleh keketoran jiwa dan kejelekkan tabi’at. Pengobatannya cukup sulit, karena sebabnya tidak tampak jelas, sehingga sulit untuk dienyahkan.

MADHOROT HASAD

Hasad ini madhorotnya sangat besar sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Utsaimin tentang madhorot hasad ;

1.   Orang yang hasad berarti ia telah membenci atau memprotes terhadap taqdir / ketetapan Alloh.

Bahwasanya, andai ia mampu mencbut kenikmatan dari orang yang diberi nikmat, niscaya ia akan melakukannya. Mungkin dengan menjadikannya fakir setelah sebelumnya kaya, atau menjadikannya tertindas setelah sebelumnya mulia, atau menjadikannya bodoh setelah sebelumnya berilmu, atau menjadikannya mati anak-anaknya setelah sebelumnya punya anak-anak, atau menjadikannya buruk rupa setelah sebelumnya cantik, atau menjadikannya sakit setelah sebelumnya sehat dan lain sebagainya.

Dan Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  mengingkari orang yang menentang taqdir dan hikmah-Nya;

Alloh –Subhanahu wa Ta’ala-  juga berfirman :
أهم يقسمون رحمة ربك نحن قسمنا بينهم معيشتهم في الحياة الدنيا ورفعنا بعضهم فوق بعض درجات ليتخذ بعضهم بعضا سخريا ورحمت ربك خير مما يجمعون

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”(QS. Az Zukhruf : 32)

2.      Orang yang hasad berarti telah membuat permusuhan dengan saudaranya.

3.     Hasad akan menjadikan hati orang yang hasad selalu sedih dan susah. Ketika bertambah kenikmatan yang ada pada saudaranya, maka bertambahlah kesedihan dan kegundahannya sampai akhirnya seluruh hidupnya akan dipenuhi dengan kesusahan dan kesedihan.

 THERAPY HASAD

Hasad / iri dengki itu merupakan penyakit hati yang parah. Penyakit-penyakit hati tidak bisa disembuhkan kecuali dengan ilmu dan amal. Ilmu yang bermanfaat untuk penyakit hasad adalah, engkau harus mengetahui sebuah hakikat bahwa hasad itu sangat berbahaya terhadap dunia dan agamamu. Sementara orang yang dihasadi tidak mendapat bahaya apapun dalam keduniaannya ataupun agamanya, bahkan dia bisa mengambil manfaat, sebab kenikmatan tidak akan hilang dari dirinya karena hasadmu itu. Jika engkau orang yang berakal maka hindarilah hasad / dengki, karena dengki itu akan menyiksa hatimu tanpa membawa manfaat apapun terlebih-lebih jika engkau mengetahui terhadap adzab akhirat.

Ringkasnya, orang yang dihasadi tidak akan mendapat bahaya apapun dalam keduniaan dan agamanya, bahkan dia bisa mengambil manfaat dari kedengkianmu dalam urusan dunia dan agama. Sebab kenikmatan yang telah ditetapkan Alloh bagi dirinya tetap menjadi miliknya hingga waktu yang ditetapkan-Nya, sementara tidak ada yang berbahaya bagi dirinya untuk urusan akhirat, karena dia sama sekali tidak berdosa karena didengki dan bahkan dia beroleh manfaat, karena dia bisa dikatakan sebagai orang yang didzolimi karena ulahmu, terlebih lagi jika kedengkianmu tercetus lewat perkataan atau perbuatan.

Jika engkau memperhatikan apa yang kami uraikan ini, tentu engkau akan mengetahui bahwa dirimu adalah musuh bagi nafsumu, dan nafsu merupakan rekan bagi musuhmu.

Inilah pengobatan secara ilmiyah, jika seseorang mau memikirkan masalah ini, tentu ia lebih suka menyingkirkan bara kedengkian dari dalam hatinya.

Pengobatan dengan amal yang bermanfaat adalah dengan memaksakan diri mengerjakan kebalikan dari apa yang diperintahkan oleh rasa dengki. Jika rasa dengki ini memerintahkan untuk melakukan pembalasan dan memdendam orang yang didengki, maka jiwanya harus dipaksa untuk memuji orang yang didengki dan menyanjungnya. Jika rasa dengki memerintahkan untuk takabbur, maka dia harus mamaksa jiwanya untuk tawadhu’ kepada orang yang didengki. Jika rasa dengkimu itu memerintahkan untuk menghentikan pemberian santunan kepadanya, maka dia harus memaksa dirinya untuk memberikan santunan kepadanya.

Dan hendaknya seorang muslim untuk melihat orang yang berada dibawahnya, karena itu akan lebih menyadarkan akan kenikmatan yang Alloh anugerahkan kepada dirinya dan dia lebih bisa mensyukuri kenikmatan tersebut. Sedangkan melihat orang yang berada di atasnya akan membawa kesedihan dan kemurungan serta rasa rendah diri dihadapan sesamanya. Sebagaimana hadits dari Abi Hurairoh, ia berkata; Rosululloh _Sholallohu ‘Alaihi Wasalam_ bersabda:

أنظروا الي من هو اسفل منكم ولا تنظروا الي من هوفوقكم, فهو اجدر
ألا تزد روا نعمة الله

“Lihatlah kepada orang yang ada dibawah kalian, dan janganlah kalian melihat orang yang berda di atas kalian, karena yang demikian itu lebih pantas supaya kalian tidak mengabaikan nikmat Alloh”

HASAD YANG DIPERBOLEHKAN

Adapun hasad yang diperbolehkan adalah, engkau tidak membenci keberadaan nikmat itu pada saudaramu, dan engkaupun tidak menginginkan nikmat itu lenyap dari saudaramu, tetapi di dalam hatimu ada keinginan untuk mendapatkan kenikmatan yang serupa. Inilah yang dinamakan dengan ghifthoh (ingin mendapatkan apa yang didapatkan orang lain). Sebagaimana disebutkan dalam hadits  dari Ibnu umar berkata, telah bersabda Rosulullah r:

لاحسد إلا في ا ثنتين : رجل اتاه الله القران وهويقوم به اناء الليل واناء النهار, ورجل اتاه الله مالا فهو ينفقه في ا لحق اناء الليل واناء النهار

“Tidak boleh iri dengki kecuali dalam dua perkara, seseorang yang Allah berikan Al Qur’an kepadanya, lalu dia membacanya baik malam maupun siang dan seseorang yang Allah berikan kepadanya harta  benda lalu ia shodaqohkannya dalam kebenaran baik malam maupun siang”.(HR. Bukhori&Muslim)

Barang siapa yang ingin unggul dari selainnya untuk mendapatkan kedudukan disisi Alloh, maka ini tidak mengapa, sebab ia tidak menghendaki apa yang ada pada saudaranya menjadi lenyap. Dan Alloh _Subhanahu wa Ta’ala_ telah berfirman:

وفي ذلك فليتنافس المتنافسون

…dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.”(QS. Al Muthoffifiin : 26)




Selesai disusun di Walahar, Selasa 10 Jumadits Tsani 1433H Ba’da Dzuhur.
Oleh : Ummu Abdirrohman Najiyah Ibnat Kaswita
Ghoffarollohu ‘anhaa wa waalidaihaa


Majoji’ :
1.    Aadabul Isyroh, Abul Barkaat Badruddiin Muhammad Al Ghozzi rohimahullohu ta’ala.
2.   Turjumah Minhajul Qoshidin, Asy Syaikh Ahmad bin Abdurrohman bin Qudamah al Maqdisi.
3.    Terjemah Nashiihaty Lin Nisaa’. Ummu Abdillah Al Wadi’iyyah.