Ghoffarollohu ‘anhaa wa waalidaihaa
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله
والصلاةوالسلام على رسول الله وعلى آله ومن
والاه أما بعد:
PENGANTAR MUHIBBATUL ‘ILMI
Para pembaca _Rohimaniy wa
Rohimakumulloh_,
Pada kesempatan yang mulia
ini Muhibbatul ‘Ilmi ingin mengetengahkan kepada para pembaca sekalian salah satu topik dari topik-topik yang sangat
urgent untuk diketahui oleh segenap kaum muslimin. Sebuah pembahasan mengenai
salah satu penyakit hati yang sangat kronis, dimana sedikit sekali dari
hamba-hamba Alloh yang bisa selamat darinya, kecuali yang diberi rahmat oleh
Alloh. Itulah yang dinamakan dengan peyakit hasad.Penyakit inilah yang telah
menjadikan iblis dikeluarkan dari surga karena hasad kepada bapak moyang kita
Adam _‘Alaihi wasalam_. Dan peyakit ini pula yang diidap oleh bangsa Yahudi dan
Nashroni hingga merekapun enggan untuk menerima ajaran yang dibawa oleh Rosululloh_Sholallohu
‘alaihi wa salam_, tidak lain karena mereka hasad kepada beliau. Demikian pula
penyakit ini telah menjalar dan menjangkiti sebagian besar kaum muslimin, baik
dari kalangan awwamun naas maupun orang yang telah ber’ilmu kecuali yang diberi
rahmat oleh Alloh. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah _Rohimahullohu Ta’ala:
ما خلي الجسد من الحسد,
ألاءم ينظره والكريم يخفيه, فمن وجد في نفسه حسدا أنيستعمل بالتقوي
و الصبر فيكره حسدا
“Tidak
ada jasad yang kosong dari hasad, orang yang jelek akan menampakkan hasadnya
dan orang yang mulia akan menyembunyikannya. Maka barang siapa yang mendapati
pada dirinya sifat hasad, maka hendakknya dia membawa dirinya kepada ketaqwaan
dan kesabaran dan hendaknya dia membenci apabila hasad itu ada pada dirinya.”
Maka berilmu tentangnya adalah
sebuah keniscayaan agar kita dapat terhindar atau berusaha menghindarkan diri
dari penyakit ini. Besar harapan kami, kiranya tulisan ini dapat memberi
manfaat terutama bagi penyusun dan para pembaca sekalian. Hanya kepada Alloh
semata kita meminta perlindungan dari penyakit hasad.
HAKIKAT HASAD
Termasuk
adab seorang muslim adalah hendaknya ia
tidak hasad terhadap teman atau saudaranya atas apa yang yang dia lihat dari
mereka dari kenikmatan yang Alloh berikan kepada mereka. Bahkan seharusnya dia
senang dengan kenikmatan Alloh yang diberikan kepada mereka dan hendaknya dia
memuji Alloh atas nikmat yang telah Alloh berikan kepada saudaranya tersebut,
sebagaimana ia memuji Alloh ketika nikmat itu ada padanya. Karena sesungguhya
Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- mencela
orang-orang yang hasad sebagaimana firmannya :
أم يحسدون
الناس على ما آتاهم الله من فضله فقد آتينا آل إبراهيم الكتاب والحكمة وآتيناهم ملكا
عظيما
“Ataukah
mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah
berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada
keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar”.(QS.
An Nisaa : 54)
Dan
hasad ini termasuk sifatnya bangsa Yahudi dan merupakan akhlak mereka.
Dan
Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- berfirman :
ود كثير
من أهل الكتاب لو يردونكم من بعد إيمانكم كفارا حسدا من عند أنفسهم من بعد ما تبين
لهم الحق فاعفوا واصفحوا حتى يأتي الله بأمره إن الله على كل شيء قدير
“Sebahagian
besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada
kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah
mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu”.(QS. Al Baqoroh : 109)
Orang-orang
Yahudi dan Nashroni tidak menghendaki sampainya kebaikan kepada salah seorang dari
kaum muslimin, sehingga mereka menginginkan kita murtad dari agama kita, karena
mereka tahu bahwa apa yang kita pegangi akan menyampaikan kita pada kebahagian
yang abadi. Dan kita telah dilarang untuk bertasyabuh (menyerupai) mereka.
Dan
hasad juga termasuk sifatnya orang munafiq. Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- berfirman :
إن تمسسكم
حسنة تسؤهم وإن تصبكم سيئة يفرحوا بها وإن تصبروا وتتقوا لا يضركم كيدهم شيئا إن الله
بما يعملون محيط
“Jika
kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”.(QS. Ali Imron :
120)
Perilaku
hasad akan memisahkan pertalian yang sangat kuat, seperti anak-anak nabi Ya’qub
_’Alaihissalam_, mereka hasad kepada saudara mereka yakni Yusuf karena ayahnya
yakni nabi Ya’qub mencintainya melebihi mereka sebagaimana yang telah Alloh
kisahkan dalam Al Qur’an. Dan Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- berfirman :
إذ قالوا
ليوسف وأخوه أحب إلى أبينا منا ونحن عصبة إن أبانا لفي ضلال مبين** اقتلوا يوسف أو
اطرحوه أرضا يخل لكم وجه أبيكم وتكونوا من بعده قوما صالحين
“(Yaitu)
ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya
(Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita
(ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam
kekeliruan yang nyata(8). Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah
(yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah
itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik(9)."(QS. Yusuf : 8-9)
Lalu
mereka berkeinginan untuk membunuhnya disebabkan oleh perilaku hasad mereka
terhadap Yusuf, karena ayahnya lebih mencintai Yusuf daripada mereka. Dan
demikian juga dengan syaithon, telah terjerumus ke dalam perbuatan hasad kepada ayah kita Adam _’Alaihissalam_ ketika
Alloh memberinya kenikmatan dan syaithon menyombongkan diri kepada Adam
_’Alaihissalam_.
Sebagaimana Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- berfirman :
وإذ قال ربك للملائكة إني خالق
بشرا من صلصال من حمإ مسنون** فإذا سويته ونفخت فيه من روحي فقعوا له ساجدين** فسجد
الملآئكة كلهم أجمعون** إلا إبليس أبى أن يكون مع الساجدين** قال يا إبليس ما لك ألا
تكون مع الساجدين** قال لم أكن لأسجد لبشر خلقته من صلصال من حمإ مسنون** قال فاخرج منها فإنك رجيم** وإن عليك اللعنة
إلى يوم الدين
“Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya
Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk.(28) Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud.(29) Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya
bersama-sama,(30) kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang
sujud itu.(31) Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut
sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?"(32) Berkata Iblis: "Aku
sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya
dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk".(33) Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena
sesungguhnya kamu terkutuk,(34) dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu
sampai hari kiamat".(35)”(QS. Al Hijr : 28-35)
Demikian
juga dengan kisah dua anak nabi Adam, dimana salah satunya iri kepada
saudaranya disebabkan Alloh telah menerima qurban dari saudaranya, sedang ia
tidak diterima qurbannya. Maka kedengkian yang telah bercokol dilubuk hatinya
membawanya kepada perbuatan pembunuhan saudaranya sendiri.
Alloh
–Subhanahu wa Ta’ala- berfirman :
“واتل
عليهم نبأ ابني آدم بالحق إذ قربا قربانا فتقبل من أحدهما ولم يتقبل من الآخر قال لأقتلنك
قال إنما يتقبل الله من المتقين** لئن بسطت إلي يدك لتقتلني ما أنا بباسط يدي إليك
لأقتلك إني أخاف الله رب العالمين** إني أريد أن تبوء بإثمي وإثمك فتكون من أصحاب النار
وذلك جزاء الظالمين** فطوعت له نفسه قتل أخيه فقتله فأصبح من الخاسرين** فبعث الله
غرابا يبحث في الأرض ليريه كيف يواري سوءة أخيه قال يا ويلتا أعجزت أن أكون مثل هذا
الغراب فأواري سوءة أخي فأصبح من النادمين
Ceriterakanlah
kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya,
ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari
mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil):
"Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya
menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".(27) "Sungguh kalau
kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak
akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut
kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."(28) "Sesungguhnya aku ingin
agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka
kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi
orang-orang yang dzalim."(29) Maka hawa nafsu Kabil menjadikannya
menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia
seorang di antara orang-orang yang merugi.(30) Kemudian Allah menyuruh seekor
burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil)
bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil:
"Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak
ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?" Karena itu jadilah
dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.(31)”(QS. Al Maidah : 27-31)
Perbuatan
hasad itu akan membawa akibat yang tidak baik, yakni akan memisahkan antara dua
teman dan antara seorang dengan saudaranya.
Dan
mayoritas dari manusia terjerumus ke dalam penyakit hasad kecuali yang Alloh
beri rohmat, sebagaiman dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah :
ما خلي الجسد من الحسد,
ألاءم ينظره والكريم يخفيه, فمن وجد في نفسه حسدا أنيستعمل بالتقوي
و الصبر فيكره حسدا
“Tidak
ada jasad yang kosong dari hasad, orang yang jelek akan menampakkan hasadnya
dan orang yang mulia akan menyembunyikannya. Maka barang siapa yang mendapati
pada dirinya sifat hasad, maka hendakknya dia membawa dirinya kepada ketaqwaan
dan kesabaran dan hendaknya dia membenci apabila hasad itu ada pada dirinya.”
TINGKATAN HASAD
1. Diantara
mereka ada yang berusaha untuk menghilangkan kenikmatan orang yang dihasadi
dengan berbuat aniyaya terhadapnya, baik dengan perkataan atau perbuatan serta
ada yang berusaha memindahkan kenikmatan itu kepada dirinya.
2. Dan
ada juga yang berusaha melenyapkan kenikmatan itu dari orang yang dihasadi
tanpa ada keinginan untuk nikmat itu berpindah kepada dirinya. Hasad yang
demikian ini adalah hasad yang paling jelek dan keji dan merupakan hasad yang
tercela dan terlarang.
3. Macam
yang lain adalah apabila seseorang mendengki kepada orang lain, ia tidak
melakukan perbuatan yang dituntut oleh sifat hasad serta tidak berbuat aniyaya
terhadap yang dihasadi, baik dengan perkataan maupun perbuatan.
4. Adapula
diantara mereka yang mendapati perangai hasad pada dirinya, dia justru berusaha
menghilangkan dan berusaha melakukan perbuatan baik kepada orang yang sedang
didengki serta mendoakan kebaikan untuknya dan juga menyebarkan keutamaan-
keutamaannya serta memulai menghilangkan perangai hasad atau iri dengki yang
ada pada dirinya sampai berubah menjadi perasaan cinta kepadanya dengan penuh
harapan : “Muslim yang lain lebih baik daripada dirinya”.
Tingkatan
yang disebutkan terakhir ini merupakan setinggi-tinggi derajat keimanan dan
pelakunya adalah seorang mu’min yang sempurna yang mencintai untuk saudaranya
apa yang ia sukai untuk dirinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Anas
bin Malik _Rodhiyallohu ‘anhu_, dari Nabi _Sholallohu ‘Alaihi Wasalam_ beliau
bersabda :
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسْ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ،
خَادِمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ
لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه
[رواه البخاري ومسلم]
“Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dari Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia
mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”(Riwayat
Bukhori dan Muslim)
Maksudnya,
bahwa orang yang tidak menyukai suatu kebaikan pada saudaranya sesama muslim,
sebagaimana ia menyukai kebaikan yang menimpa dirinya, berarti ia kurang
keimanannya.
Sedang
kebaikan ialah kata yang mencakup semua perkara ketaatan dan perkara-perkara
mubah, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrowi .
Dan
hadits ini juga menunjukkan, bahwa seorang muslim tidak menyukai suatu kejelekan
yang menimpa saudaranya, sebagaimana ia tidak menyukai jika kejelekkan itu
menimpa dirinya.
Mencintai
kebaikan bagi kaum muslimin adalah termasuk sebab-sebab dijauhkannya seseorang
dari adzab neraka, sebagaiman disebutkan dalam shohih Muslim dari Abdillah bin
‘Amr bin ‘Ash_ Rodhiyallohu ‘anhu_, dari Nabi _Sholallohu ‘Alaihi Wasalam_
beliau bersabda :
“Barang
siapa yang ingin diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
maka hendaknya ketika kematian mendatanginya, ia dalam keadaan beriman kepada
Alloh dan hari akhir serta memberikan kepada manusia apa yang ia suka jika
sesuatu itu diberikan kepadanya”.
Perasaan
senang jika kebaikan menimpa kaum muslimin tidaklah akan muncul kecuali dari
seorang yang hatinya selamat atau terhindar dari kotoran-kotoran hati, seperti
hasad, dengki dan sombong. Oleh karena itu perasaan senang ketika kebaikan
menimpa kaum muslimin sudah melemah di zaman sekarang ini , disebabkan tidak
adanya hati yang bersih pada kebanyakan manusia kecuali yang diberi rahmat oleh
Alloh.
SEBAB-SEBAB MARAKNYA
KEDENGKIAN / HASAD
Ada
beberapa sebab yang menimbulkan sifat hasad / dengki, yaitu : permusuhan, sifat
takabbur, ujub, cinta kedudukan, jiwa yang kotor dan kikir. Yang paling
menonjol adalah kebencian dan permusuhan. Siapa yang disakiti orang lain karena
sebab tertentu dan menghalangi tujuannya , tentu akan membuat hatinya kesal, lalu
tumbuh rasa dengki.
Dengki
memerlukan pelampiasan dendam. Andaikan musuhnya ditimpa musibah, maka ia
merasa senang dan mengira bahwa itu sebagai hadiah dari Alloh bagi dirinya.
Begitupun sebaliknya, dengki pasti melahirkan kebencian dan permusuhan. Dua hal
yang tidak akan lepas dari dirinya. Akan tetapi orang yang bertaqwa tentu tidak
akan berbuat aniyaya dan tidak menginginkan hal itu terjadi pada dirinya.
Adapun
tentang sifat takabbur terjadi karena rivalnya mendapatkan harta atau
kedudukan, lalu dia merasa khawatir andaikan mereka takabbur dihadapannya
sedang dia tidak mampu menandingi atau mengunggulinya. Kedengkian orang kafir terhadap
nabi _Sholallohu ‘Alaihi Wasalam_tak jauh berbeda dengan gambaran ini. Alloh
berfirman:
وقالوا
لولا نزل هذا القرآن على رجل من القريتين عظيم
“Dan mereka berkata:
"Mengapa Al Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah
satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini?”.(QS. Az Zukhruf : 31)
Dan
Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- berfirman :
وكذلك
فتنا بعضهم ببعض ليقولوا أهؤلاء من الله عليهم من بيننا أليس الله بأعلم بالشاكرين
“Dan demikianlah telah Kami
uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebahagian mereka
(orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata:
"Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah
kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui
tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?".(QS. Al An’am : 53)
Alloh
–Subhanahu wa Ta’ala- juga berfirman :
ولئن
أطعتم بشرا مثلكم إنكم إذا لخاسرون
“Dan sesungguhnya jika kamu
sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu
benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi.”(QS. Al Mu’minuun : 34)
Mereka
heran dan tak habis fikir, mengapa yang menerima kerosulan bukan orang-orang
seperti mereka? Karena itu merekapun iri dan dengki.
Adapun
tentang cinta kedudukan dan kehormatan, sebagai contohnya : ada seseorang yang
tidak mempunyai tandingan dalam salah satu disiplin ilmu, sehingga dia mendapat
limpahan sanjungan dan pujian serta dialah satu-satunya orang yang menguasai
ilmu tersebut. Jika ia mendengar ada orang lain di salah satu pojok dunia yang
menjadi saingannya, maka hal ini membuatnya risau, lalu ingin agar saingannya
ini mati atau tidak mendapatkan kenikmatan karena ilmunya. Tidak lain hal ini
didorong karena kecintaan kepada kedudukan.
Orang-orang
yang berilmu dari kalangan Yahudi meyakini bahwa sebenarnya mereka sudah
mengetahui nama Muhammad _Sholallohu ‘Alaihi Wasalam_ namun mereka juga tidak
mau beriman kepada beliau, karena mereka takut tidak akan memegang kekuasaan
lagi.
Tentang
jiwa yang kotor dan kekikirannya terhadap hamba Alloh yang lain, boleh jadi
engkau melihat seseorang yang tidak mau tahu dengan urusan kedudukan dan sikap
takabbur, tetapi jika ia dikabari tentang kebaikan keadaan seseorang dari hamba
Alloh, karena dia mendapat nikmat yang banyak, maka hal itu membuatnya resah.
Tapi jika ia dikabari tentang kekacauan urusan manusia dan kemalangan hidup
mereka, maka diapun merasa gembira. Dia selalu ingin tahu keadaan orang lain dan
kikir terhadap nikmat Alloh terhadap hambanya. Seakan-akan mereka mengambil
nikmat itu dari kerajaan dan simpanannya.
Sebagian
ulama berkata, yang dimaksud sifat bakhil adalah tidak mau mengeluarkan
hartanya, sedangkan yang disebut orang kikir adalah yang tidak menghendaki jika
harta jatuh ke tangan hamba Alloh yang lain, sekalipun antara dirinya dan
mereka tidak ada permusuhan dan ikatan macam apapun. Ini semua hanya disebabkan
oleh keketoran jiwa dan kejelekkan tabi’at. Pengobatannya cukup sulit, karena
sebabnya tidak tampak jelas, sehingga sulit untuk dienyahkan.
MADHOROT HASAD
Hasad
ini madhorotnya sangat besar sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Utsaimin
tentang madhorot hasad ;
1. Orang yang hasad berarti ia telah membenci
atau memprotes terhadap taqdir / ketetapan Alloh.
Bahwasanya,
andai ia mampu mencbut kenikmatan dari orang yang diberi nikmat, niscaya ia
akan melakukannya. Mungkin dengan menjadikannya fakir setelah sebelumnya kaya,
atau menjadikannya tertindas setelah sebelumnya mulia, atau menjadikannya bodoh
setelah sebelumnya berilmu, atau menjadikannya mati anak-anaknya setelah
sebelumnya punya anak-anak, atau menjadikannya buruk rupa setelah sebelumnya
cantik, atau menjadikannya sakit setelah sebelumnya sehat dan lain sebagainya.
Dan
Alloh –Subhanahu wa Ta’ala- mengingkari
orang yang menentang taqdir dan hikmah-Nya;
Alloh
–Subhanahu wa Ta’ala- juga berfirman :
أهم يقسمون
رحمة ربك نحن قسمنا بينهم معيشتهم في الحياة الدنيا ورفعنا بعضهم فوق بعض درجات ليتخذ
بعضهم بعضا سخريا ورحمت ربك خير مما يجمعون
“Apakah
mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian
mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat
mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.”(QS. Az Zukhruf : 32)
2.
Orang yang hasad berarti telah membuat
permusuhan dengan saudaranya.
3. Hasad akan menjadikan hati orang yang hasad
selalu sedih dan susah. Ketika bertambah kenikmatan yang ada pada saudaranya,
maka bertambahlah kesedihan dan kegundahannya sampai akhirnya seluruh hidupnya
akan dipenuhi dengan kesusahan dan kesedihan.
THERAPY HASAD
Hasad
/ iri dengki itu merupakan penyakit hati yang parah. Penyakit-penyakit hati
tidak bisa disembuhkan kecuali dengan ilmu dan amal. Ilmu yang bermanfaat untuk
penyakit hasad adalah, engkau harus mengetahui sebuah hakikat bahwa hasad itu
sangat berbahaya terhadap dunia dan agamamu. Sementara orang yang dihasadi
tidak mendapat bahaya apapun dalam keduniaannya ataupun agamanya, bahkan dia
bisa mengambil manfaat, sebab kenikmatan tidak akan hilang dari dirinya karena
hasadmu itu. Jika engkau orang yang berakal maka hindarilah hasad / dengki,
karena dengki itu akan menyiksa hatimu tanpa membawa manfaat apapun terlebih-lebih
jika engkau mengetahui terhadap adzab akhirat.
Ringkasnya,
orang yang dihasadi tidak akan mendapat bahaya apapun dalam keduniaan dan
agamanya, bahkan dia bisa mengambil manfaat dari kedengkianmu dalam urusan
dunia dan agama. Sebab kenikmatan yang telah ditetapkan Alloh bagi dirinya
tetap menjadi miliknya hingga waktu yang ditetapkan-Nya, sementara tidak ada
yang berbahaya bagi dirinya untuk urusan akhirat, karena dia sama sekali tidak
berdosa karena didengki dan bahkan dia beroleh manfaat, karena dia bisa
dikatakan sebagai orang yang didzolimi karena ulahmu, terlebih lagi jika
kedengkianmu tercetus lewat perkataan atau perbuatan.
Jika
engkau memperhatikan apa yang kami uraikan ini, tentu engkau akan mengetahui
bahwa dirimu adalah musuh bagi nafsumu, dan nafsu merupakan rekan bagi musuhmu.
Inilah
pengobatan secara ilmiyah, jika seseorang mau memikirkan masalah ini, tentu ia
lebih suka menyingkirkan bara kedengkian dari dalam hatinya.
Pengobatan
dengan amal yang bermanfaat adalah dengan memaksakan diri mengerjakan kebalikan
dari apa yang diperintahkan oleh rasa dengki. Jika rasa dengki ini
memerintahkan untuk melakukan pembalasan dan memdendam orang yang didengki, maka
jiwanya harus dipaksa untuk memuji orang yang didengki dan menyanjungnya. Jika
rasa dengki memerintahkan untuk takabbur, maka dia harus mamaksa jiwanya untuk
tawadhu’ kepada orang yang didengki. Jika rasa dengkimu itu memerintahkan untuk
menghentikan pemberian santunan kepadanya, maka dia harus memaksa dirinya untuk
memberikan santunan kepadanya.
Dan
hendaknya seorang muslim untuk melihat orang yang berada dibawahnya, karena itu
akan lebih menyadarkan akan kenikmatan yang Alloh anugerahkan kepada dirinya
dan dia lebih bisa mensyukuri kenikmatan tersebut. Sedangkan melihat orang yang
berada di atasnya akan membawa kesedihan dan kemurungan serta rasa rendah diri
dihadapan sesamanya. Sebagaimana hadits dari Abi Hurairoh, ia berkata;
Rosululloh _Sholallohu ‘Alaihi Wasalam_ bersabda:
أنظروا الي من هو اسفل منكم ولا تنظروا الي من هوفوقكم, فهو اجدر
ألا تزد روا نعمة الله
“Lihatlah
kepada orang yang ada dibawah kalian, dan janganlah kalian melihat orang yang
berda di atas kalian, karena yang demikian itu lebih pantas supaya kalian tidak
mengabaikan nikmat Alloh”
HASAD YANG DIPERBOLEHKAN
Adapun
hasad yang diperbolehkan adalah, engkau tidak membenci keberadaan nikmat itu
pada saudaramu, dan engkaupun tidak menginginkan nikmat itu lenyap dari
saudaramu, tetapi di dalam hatimu ada keinginan untuk mendapatkan kenikmatan
yang serupa. Inilah yang dinamakan dengan ghifthoh (ingin mendapatkan apa yang
didapatkan orang lain). Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Ibnu umar berkata, telah bersabda
Rosulullah r:
لاحسد إلا في ا ثنتين
: رجل اتاه الله القران وهويقوم به اناء الليل واناء النهار, ورجل اتاه الله مالا فهو ينفقه في ا لحق اناء الليل واناء النهار
“Tidak
boleh iri dengki kecuali dalam dua perkara, seseorang yang Allah berikan Al
Qur’an kepadanya, lalu dia membacanya baik malam maupun siang dan seseorang
yang Allah berikan kepadanya harta benda
lalu ia shodaqohkannya dalam kebenaran baik malam maupun siang”.(HR.
Bukhori&Muslim)
Barang siapa yang ingin
unggul dari selainnya untuk mendapatkan kedudukan disisi Alloh, maka ini tidak
mengapa, sebab ia tidak menghendaki apa yang ada pada saudaranya menjadi
lenyap. Dan Alloh _Subhanahu wa Ta’ala_ telah berfirman:
وفي ذلك فليتنافس المتنافسون
…dan
untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.”(QS. Al Muthoffifiin : 26)
Selesai disusun di Walahar, Selasa
10 Jumadits Tsani 1433H Ba’da Dzuhur.
Oleh : Ummu Abdirrohman Najiyah Ibnat Kaswita
Ghoffarollohu ‘anhaa wa waalidaihaa
Majoji’
:
1. Aadabul
Isyroh, Abul Barkaat Badruddiin Muhammad Al Ghozzi rohimahullohu ta’ala.
2. Turjumah
Minhajul Qoshidin, Asy Syaikh Ahmad bin Abdurrohman bin Qudamah al Maqdisi.
3. Terjemah
Nashiihaty Lin Nisaa’. Ummu Abdillah Al Wadi’iyyah.