Kamis, 31 Mei 2012

Memupuk Cinta Menggapai Pahala

Oleh : Ummu Abdirrohman Najiyah Ibnat Kaswita
Ghoffarollohu ‘anhaa wa waalidaihaa

 بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاةوالسلام على رسول الله وعلى آله ومن والاه أما بعد:
PENGANTAR

Secara tobiat, manusia akan mencintai sesuatu yang baik, yang indah, yang mulia dan lain sebagainya dari kelebihan-kelebihan yang Alloh tetapkan bagi manusia. Baik kebaikan itu tampak secara dzohir maupun batin. Lalu bagaimanakah kiranya, jika terkumpul pada sosok seorang manusia kesempurnaan penciptaan, baik dari keindahan fisiknya maupun kemulyaan akhlaqnya. Tentu jiwa manusia akan cenderung kepadanya, mencintainya dan memulyakannya. Barang siapa yang berjumpa dan berbincang dengannya pasti akan mencintainya, barangsiapa yang membaca siroh perjalanan hidupnya pasti akan kagum kepadanya, kecuali orang-orang yang memang di dalam hatinya ada penyakit, maka tak ayal lagi kecintaan yang seharusnya dipersembahkan menjadi kebencian yang dikedepankan.


Para pembaca _Rohimakumulloh_, tahukah anda siapakah gerangan orang yang dimaksud? Beliau adalah orang yang memiliki kemulyaan pada nasabnya, memiliki keelokan pada rupa dan parasnya, memiliki keluhuran pada akhlaq dan perangainya. Beliaulah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muththolib (yag namanya syaibah) bin Hasyim (yang namanya Amru) bin Abdil Manaf (yang namanya Al Mughiroh) bin Qushoiy (yang namanya Zaid) bin Killab bin Murroh bin Ka’ab bin Lu’ay bin Gholib bin Fihr (yang berjuluk Quroisy yang menjadi cikal bakal nama qobilah) bin Malik bin An Nadzr (yang namanya Qois) bin Qinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah binIlyas bin Mudhor bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.

Dan sungguh, umat Islam telah diwajibkan untuk mencintai beliau lebih dari kecintaan mereka terhadap ibu bapak, anak-anak mereka, dan manusia seluruhnya. Nabi _Sholallohu Alaihi wa Salam bersabda:

عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
(فوالذي نفسي بيده، لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده).

“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya  daripada orang tuanya dan anaknya".(HR. Bukhori)

Dan juga sabdanya yang lain:

عن أنس، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار).

“Dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka."(HR. Bukhori)

Nabi _Sholallohu Alaihi wa Salam_adalah manusia yang lain dari pada yang lain karena kesempurnaan penciptaan fisik dan akhlak beliau, yang tidak cukup digambarkan lewat kata-kata. Akibatnya, semua hati pasti akan mengagungkan dan menyanjung beliau, yang tidak pernah diberikan kepada selain beliau. Orang-orang yang hidup berkata dengan beliau, pasti akan mencintai beliau, tak perduli apapun yang bakal menimpa mereka. Hal ini terjadi karena memang kesempurnaan diri beliau, yang tidak pernah dimiliki siapapun. Berikut ini akan kami paparkan ringkasan beberapa riwayat yang menjelaskan keindahan dan kesempurnaan fisik beliau, yang tentunya ini masih sangat terbatas.

Berikut ini akan kami paparkan sedikit gambaran keelokkan fisik dan kemulyaan akhlak beliau, kami katakana “sedikit gambaran” karena apa yang ada pada beliau jauh lebih baik dan lebih mulya dari sekedar apa yang kami deskripsikan. Semoga dengan mengenalnya lebih jauh akan semakin memupuk kecintaan kita kepada beliau dan merealisasikan nilai-nilai kecintaan tersebut dalam kehidupan kita dalam bentuk ittiba-ur rosul.

KEINDAHAN FISIK

Ummu Ma’bad Al Khuza’iyyah pernah berkata tentang diri Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam_. Dia menggambarkan beberapa sifat beliau di hadapan  suaminya, saat beliau lewat di kemah dalam perjalanan hijroh beliau ke Madinah. “Dia sangat bersih, wajahnya berseri-seri, bagus perawakannya, tidak merasa berat karena gemuk tidak bisa dicela karena kepalanya kecil, elok dan tampan, di matanya ada warna hitam, bulu matanya panjang, tidak mengobral bicara, lehernya jenjang, matanya jelita, memakai celak mata, alisnya tipis, memanjang dan bersambung, rambutnya hitam, jika diam dia tampak berwibawa, jika berbicara dia tampak menarik, dia adalah orang yang paling elok dan menawan diliht dari kejauhan, bagus dan manis setelah mendekat, bicaranya manis dan rinci, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak, bicaranya seakan-akan marjan yang tertata rapih dan landai, perawakannya sedang, mata yang memandangnya tidak lolos karena perawakannya yang  pendek dan tidak sebal karena perawakannya yang tinggi, seakan satu dahan diantara dua dahan, dia adalah salah seorang dari tiga orang ynag menarik perhatian, paling bagus tampilannya, mempunyai rekan-rekan yang menghormatinya, jika dia berbicara mereka menyimak perkataannya, jika dia memberikan perintah mereka bersegera melaksanakan perintahnya, dia orang yang diataati, disegani, dikerumuni orang-orang, wajahnya tidak memberengut dan tidak pula orang yang diremehkan.

Ali bin Abi Tholib juga berkata mensifati diri Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam_. “Beliau bukan orang yang terlalu tinggi dan bukan pula orang yang terlalu pendek, orang yang perawakannya sedang-sedang, rambutnya tidak kaku dan tidak pula keriting, rambutnya lebat, tidak gemuk dan tidak kurus, wajahnya sedikit bulat, kedua matanya sangat hitam,  bulu matanya panjang, persendian-persendiannya yang pokok besar, bahunya bidang, bulu dadanya lembut, tidak ada bulu-bulu di badan, telapak tangan dan kakinya tebal, jika berjalan seakan-akan sedang berjalan di jalanan yang menurun, jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh, di antara kedua bahunya ada cincin nubuwah, yaitu cicin para nabi, telapak tangannya yang terbagus, dadanya yang paling bidang, yang paling jujur bicaranya, yang paling memenuhi perlindungan, yang paling lembut perangainya, yang paling mulia pergaulannya, siapapun yang tiba-tiba memandangnya tentu segan kepadanya, siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya.” Kemudian dia berbicara lagi, “Aku tidak pernah melihat orang  yang seperti beliau, sebelum maupun sesudahnya.”

Jabir bin Samuroh berkata, “Mulutnya besar dan matanya lebar dan tidak banyak tumpukan dagingnya”

Abuth Thufail berkata, “Kulitnya putih, wajahnya berseri-seri, dan perawakannya sedang-sedang (tidak terlalua gemuk dan tidak terlalu kurus, tidak tinggi dan tidak pendek).”

Anas bin Malik berkata, “Kedua telapak tangannya lebar, warna kulitnay elok, tidak putih sopak dan tidak terlalu coklat, kuat kepalanya, di kepala atau di jenggotnya hanya ada dua puluh lembar uban.”

Dia juga berkata “Ada beberapa lembar uban di kedua pelipisnya.”

Abu Juhaifah berkata, “Kulihat uban di bawah bibirnya yang bawah, yang disebut al anfaqoh.”

Abdulloh bin Bisyr berkata, “Di bawah bibirnya yang bawah ada beberapa lembar uban.”

Al Barro’ berkata, “Perawakannya sedang, dua bahunya bidang, memiliki rambut mencapai daun telinga. Ku lihat beliau mengenakan jubah berwarna merah, tidak pernah ku lihat yang sebagus itu. Beliau adalah orang yang paling tampan wajahnya  dan paling bagus akhlaknya.” Al Barro’ pernah ditanya, “Apakah wajahnya seperti pedang?” Dia menjawab, “Tidak, tapi wajah beliau seperti rembulan.” Dalam suatu riwayat disebutkan “Wajahnya bulat.”

Pada awal mulanya beliau biasa menggeraikan rambutnya karena kecintaan beliau mengikuti ahli kitab, tapi di kemudian hari beliau membelah rambutnya.

Ar Rubayyi’ binti Muawwidz berkata, saat melihat beliau seakan-akan aku sedang melihat matahari yang sedang terbit.”

Jabir bin Samuroh berkata, “Aku pernah melihat beliaupada suatu malam yang cerah tanpa ada mendung, ku pandangi wajah Rosululloh_Sholallohu Alaihi wa Salam_lalu ganti ku pandangi rembulan, ternyata menurut penglihatanku beliau lebih indah dari pada rembulan.”
Abu Hurairoh berkata, “Tidak pernah ku lihat sesuatu yang lebih bagus dari pada diri Rosululloh_Sholallohu Alaihi wa Salam_. Seakan-akan matahari berjalan di wajahnya dan tidak pernah ku lihat seseorang yang jalannya lebih cepat dari pada beliau, seakan-akan tanah menjadi landai bagi beliau. Kami sudah berusaha mencurahkan kekuatan, tetapi seakan-akan beliau tidak perduli.”

Ka’ab bin Mlik berkata, “Jika sedang gembira, wajah beliau berkilau, seakan-akan wajah beliau adalah sepotong rembulan.”

Saat sedang berada di dekat ‘Aisyah beliau berkeringat, hingga membuat raut muka beliau berkilau. Kemudian hal ini digambarkan oleh Abu Hudzaly dalam sya’irnya:

“Jika ku lihat raut mukanya
Ada kilau yang memancar di sana”

Setiap kali Abu Bakar melihat beliau, maka dia berkata, “Yang terpercaya dan pilihan, kepada kebaikan dia menyeru. Seperti bulan purnama yang mengeyahkan kegelapan.”

Jika sedang marah muka beliau memerah, seakan-akan di kedua tulang pipinya terbelah buah delima

Jabir bin Samuroh berkata, “Kedua lengannya halus dan lembut, jika tertawa hanya tersenyum, dan tiap kali aku memandangnya maka aku katakan, ‘Dua mata yang bercelak tapi tidak layaknya celak’”

Ibnu Abbas berkata, “Ada celah diantara gigi-gigi serinya, jika sedang berbicara terlihat ada semacam cahaya yang memancar dari gigi-gigi seri itu.

Leher beliau seperti leher boneka yang terbuat dari perak yang mengkilat, mulutnya indah dan lebar, jenggotnya lebat, keningnya lebar, hidungnya indah, kedua pipinya lembut dan empuk, dari leher depan sampai ke pusarnya melajur seperti tongkat, hanya di dada dan perutnya yang ada bulu, lengan dan betisnya juga  ada rambutnya, perut dan dada sama-sama bidang, pergelangan tangannya panjang, telapak tangannya lebar,           bentuk tulang lengan dan betisnya bagus, telapak kakinya yang tengah melengkung, anggota-anggota badannya panjang, jika badannya itu condong maka condongnya kuat, langkah-langkah kakinya lebar dan berjalan dengan tenang.

Anas berkata, “Aku tidak pernah menyentuh kain sutra yang lebih halus daripada telapak tangan Nabi_Sholallohu Alaihi wa Salam_. Aku tidak pernah mencium suatu aroma, minyak kesturi atau bau apapun yang lebih harum daripada bau dan aroma Rosululloh_Sholallohu Alaihi wa Salam_.

Abu Juhaifah berkata, “Aku pernah memegang tangan beliau lalu ku tempelkan di wajahku. Ternyata tangan beliau lebih dingin daripada es dan lebih harum daripada aroma minyak kesturi.

Jabir bin Smuroh berkata, “Selagi beliau masih kecil beliau pernah mengusap pipiku. Ku rasakan tangannya benar-benar dingin dan harum, seakan-akan beliau baru mengeluarkannya dari tempat penyimpanan minyak wangi.

Anas berkata, “Butir-butir keringatnya seperti mutiara.” Ummu Sulaim juga berkata, “Keringatnya lebih harum daripada minyak wangi.”

Jabir berkata, “Beliau tidak melewati suatu jalan, lalu seorang membuntutinya, melainkan dia  bisa mengetahui bahwa beliau telah lewat, dari keharuman keringatnya.”

Diantara kedua bahunya ada cincin nubuwah seperti telur burung merpati.

KESEMPURNAAN JIWA DAN KEMULIAAN AKHLAK

           Nabi _Sholallohu Alaihi wa Salam_adalah manusia yang lain dari pada yang lain karena kefasihan bicaranya, kejelasan ucapannya, yang selalu disampaikan pada kesempatan yang tepat dan di tempat yang tidak sulit diketahui, lancar, jernih kata-katanya, jelas pengucapan dan maknanya, mengkhususkan pada penekanan-penekanan hukum, mengetahui logat-logat bahasa Arob, berbicara dengan setiap qobilah Arob sesuai dengan logat masing-masing, berdialog dengan mereka menurut bahasa masing-masing, ada kekuatan pola bahasa badui yang cadas berhimpun pada dirinya, demikian juga dengan kejelasan dan kejernihan cara bicara orang yang sudah beradab, berkat kekuatan yang datang dari illahi dan dilantarkan lewat wahyu.

Beliau adalah orang yang lembut, murah hati, mampu menguasai diri, suka memaafkan saat memegang kekuasaan dan sabar saat ditekan. Ini semua merupakan sifat-sifat yang diajarkan oleh Alloh.

Orang yang murah hati  bisa saja tergelincir dan terperosok. Tapi sekian banyak gangguan yang tertuju kepada beliau justru menambah kesabaran beliau. Tingkah polah orang-orang yang bodoh yang berlebih-lebihan justru menambah kemurahan hati beliau. Aisyah berkata: “Jika Rosululoh_Sholallohu Alaihi wa Salam_ harus memilih diantara dua perkara, tentu beliau memilih yang paling mudah diantara keduanya, selagi itu bukan suatu dosa. Jika itu suatu dosa maka beliau orang yang paling menjauh darinya. Beliau tidak membalas untuk dirinya sendiri kecuali jika ada pelanggaran terhadap kehormatan Alloh, lalu beliau membalas karena Alloh. Beliau adalah orang yang paling tidak mudah marah dan paling cepat ridho.”

Diantara sifat murah hati dan kedermawanan beliau yang sulit digambarkan, bahwa beliau memberikan apapun dan tidak takut miskin. Ibnu Abbas berkata:” Nabi _Sholallohu Alaihi wa Salam_adalah orang yang paling murah hati. Kemurahan hati beliau yang paling menonjol ialah pada bulan Romadhon saat dihampiri Jibril. Jibril menghampiri beliau setiap malam pada bulan Romadhon, untuk mengajarkan Al Qur’an kepada beliau. Beliau benar-benar orang yang lebih murah hati untuk hal-hal yang baik daripada angin yang berhembus”.

Jabir berkata, “Tidak pernah beliau dimintai sesuatu, lalu menjawab ‘Tidak’”.

Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam-memiliki keberanian, patriotisme dan kekuatan yang sulit diukur dan tidak terlalu sulit untuk diketahui di mana keberadaannya. Beliau adalah orang yang paling pemberani, mendatangi tempat-tempat yang sulit. Berapa banyak para pemberani dan patriot yang justru lari dari hadapan beliau. Beliau adalah orang yang tegar dan tidak bisa diusik, terus maju dan tidak mundur serta tidak gentar. Siapapun orang pemberani tentu akan lari menghindar dari hadapan beliau. Ali berkata, “Jika kami sedang dikepung ketakutan dan bahaya, maka kami berlindung kepada Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam-. Tak seorangpun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh daripada beliau.”

Nabi _Sholallohu Alaihi wa Salam_ adalah orang yang paling malu dan suka menundukan mata. Abu Sa’id Al Khudriy mengatakan, “Beliau adalah orang yang paling pemalu daripada gadis di tempat pingitannya. Jika tidak menyukai sesuatu, maka bisa diketahui dari raut mukanya.”

Beliau tidak pernah memandang lama ke wajah seseorang, menundukkan pandangan, lebih banyak memandang ke arah tanah daripada memandang ke arah langit, pandangannya jeli, tidak berbicara langsung di hadapan seseorang yang membuat malu, tidak menyebut nama seseorang secara jelas jika beliau mendengar sesuatu yang kurang disenanginya, tetapi beliau bertanya, “Mengapa orang–orang  itu berbuat begitu?”.

Nabi _Sholallohu Alaihi wa Salam_ adalah orang yang paling adil, paling mampu menahan diri, paling jujur perkataannya dan paling besar amanatnya. Orang yang mendebat dan bahkan musuh beliupun mengakui hal ini. Sebelum nubuwah beliau sudah dijuluki al amin (orang yang terpercaya). Sebelum Islam dan pada masa jahiliyah beliau juga ditunjuk sebagai pengadil. At Tirmidzi meriwayatkan dari Ali, bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada beliau, “Kami tidak mendustakan dirimu, tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa.” Karena itu Alloh menurunkan ayat tentang orang yang mendustakan itu.

قد نعلم إنه ليحزنك الذي يقولون فإنهم لا يكذبونك ولكن الظالمين بآيات الله يجحدون

“Sesungguhnya, Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.”(Al An’am:33)

Heraklius mengajukan pertanyaan kepada Abu Sufyan, “Apakah kalian menuduh dusta sebelum dia mengatakan apa yang dia katakan?”. Abu Sufyan berkata, ‘Tidak’”.

Nabi _Sholallohu Alaihi wa Salam_ adalah orang yang paling tawadhu’ dan paling jauh dari sifat sombong. Beliau tidak menginginkan orang-orang berdiri saat menyambut kedatangannya seperti yang dilakukan terhadap para raja. Beliau biasa menjenguk orang sakit dan biasa duduk-duduk bersama orang-orang miskin, memenuhi undangan hamba sahaya, duduk di tengah para shohabat sama seperti keadaan mereka. Aisyah berkata, “Beliau biasa menambal terompahnya, menjahit bajunya, mengerjakan pekerjaannya sendiri, seperti yang dilakukan salah seorang diantara kalian di rumahnya. Beliau sama dengan orang lain, mencuci pakaiannya, memerah air susu dombanya dan membereskan urusannya sendiri.”

Beliau adalah orang yang paling aktif memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap orang lain., paling bagus pergaulannya, paling lurus akhlaqnya, paling jauh dari akhlaq yang buruk, tidak pernah berbuat kekejian dan menganjurkan kepada kekejian, bukan termasuk orang yang suka mengumpat dan mengutuk, bukan termasuk orang yang suka membuat hiruk pikuk di pasar, tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa, tetapi memaafkan dan lapang dada. Tidak membiarkan seseorang berjalan di belakangnya, tidak mengungguli hamba sahaya dan pembantunya dalam masalah makanan dan pakaian, membantu orang yang seharusnya membantu beliau, tidak pernah membentak pembantunya, tidak menegurnya karena perbuatan yang tidak beres atau tidak melaksanakan perintahnya, mencintai orang-orang miskin dan suka duduk-duduk bersama mereka, menghadiri jenazah mereka, tidak mencela orang miskin karena kemiskinannya.

Hindun binti Abi Halah berkata ketika menggambarkan sifat-sifat beliau, “Nabi _Sholallohu Alaihi wa Salam_ seperti tampak berduka, terus menerus berfikir, tidak punya waktu untuk istirahat, tidak bicara jika tidak perlu, lebih banyak diam, memulai dan mengakhiri perkataan dengan seluruh bagian mulutnya dan tidak dengan ujung-ujungnya saja, berbicara dengan menggunakan kata-kata yang luas maknanya, terinci, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, dengan nada yang sedang-sedang, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan, mengagungkan nikmat sekalipun kecil, tidak mencela sesuatu, tidak mencela rasa makanan dan tidak terlalu memujinya, tidak terpancing untuk cepat-cepat marah jika ada sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran, tidak marah untu kepentingan dirinya, lapang dada, jika sedang marah beliau berpaling dan tampak semakin tua, jika sedanng gembira beliau menundukan pandangan matanya.Tawanya cukup dengan senyuman.

Beliau selalu menahan lidahnya kecuali untuk hal-hal yang dibutuhkan, mempersatukan para shohabatnya dan tidak memecah belah mereka, menghormati orang yang memang dihormati pada setiap kaum dan memberikan kekuasaan kepadanya atas kaumnya, memperingatkan manusia dan waspada terhadap mereka, tanpa menyembunyikan kabar gembira yang memang harus diberitahukan kepada mereka.

Beliau mengawasi para shohabat dan menanyakan apa yang terjadi diantara manusia, membaguskan yang bagus dan membenarkannya, memburukan yang buruk dan melemahkannya, sederhana, tidak bertindak macam-macam, tidak lalai karena takut jika mereka lalai atau bosan, setiap keadaan bagi beliau adalah normal, tidak kikir terhadap kebenaran, tidak berlebih-lebihan kepada orang lain, berbuat lemah lembut kepada orang yang paling baik, orang yang paling baik di mata beliau adalah orang yang paling banyak nashihatnya, dan orang yang paling besar kedudukannya di mata beliau adalah orang yang paling baik perhatian dan pertolongannya.

Beliau tidak duduk dan tidak bangkit kecuali dengan dzikir, tidak membatasi berbagai tempat dan memilih tempat khusus bagi beliau, jika tiba disuatu pertemuan beberapa orang, beliau duduk di tempat yang paling akhir dalam pertemuan itu dan beliau memerintahkan yang demikian itu, memberikan tempat kepada setiap orang yang hadir pada pertemuan beliau, sehingga tidak ada orang yang hadir di situ bahwa seorang merasa lebih terhormat dari beliau. Siapapun yang duduk-duduk bersama beliau dan mengajaknya bangkit untuk suatu keperluan, maka beliau tidak pernah menolaknya. Beliau selalu membuka diri kepada manusia, sehingga beliau layaknya seorang bapak bagi mereka. Mereka selalu berdekatan dengan beliau dalam masalah kebenaran, menjadi utama disisinya karena taqwa. Majlisnya adalah majlis yang diwarnai kemurahan hati, malu, sabar, dan amanah, tidak ada suara yang melengking, tidak dikhawatirkan ada pelanggaran terhadap kehormatan, mereka saling bersimpati dalam masalah kataqwaan, menghormati yang lebih tua,  menyayangi yang lebih muda,  menolong orang yang membutuhkan dan mengasihi orang asing.

Beliau senantiasa gembira, murah hati, lemah lembut, tidak kaku dan keras, tidak suka mengutuk, tidak berkata keji, tidak suka mencela, tidak suka memuji, pura-pura lalai terhadap sesuatu yang tidak menarik dan tidak tunduk kepadanya, meninggalkan tiga perkara dari dirinya: riya’, banyak bicara dan membicarakan sesuatu yang tidak perlu. Beliau meninggalkan manusia dari tiga perkara: tidak mencela seseorang, tidak menghinanya, dan tidak mencari-cari kesalahan. Beliau tidak bicara kecuali pada hal-hal yang beliau mengharap pahalanya. Jika beliau berbicara orang yang hadir di majelisnya diam, seakan-akan diatas mereka ada burung, jika beliau diam maka mereka baru berbicara. Mereka tidak berdebat di hadapan beliau. Jika ada seseorang yang berbicara saat beliau berbicara, mereka menyuruhnya diam hingga beliau selesai bicara. Beliau tersenyum jika ada sesuatu yang membuat mereka tersenyum, mengagumi sesuatu yang membuat mereka kagum, sabar menghadapi kekasaran perkataan orang asing.

Khorijah bin Zaid berkata, “Nabi _Sholallohu Alaihi wa Salam_ adalah orang yang paling mulia di dalam majelisnya, hampir tidak ada yang keluar dari tepi bibirnya. Beliau lebih banyak diam, tidak berbicara yang tidak diperlukan, berpaling dari orang-orang yang berbicara dengan cara  tidak baik. Tawanya berupa senyuman, bicaranya terinci, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Para shohabat tertawa jika beliau tersenyum, karena mereka hormat dan mengikuti beliau.

Secara umum Nabi _Sholallohu Alaihi wa Salam_ adalah gudangnya sifat-sifat kesempurnaan yang sulit dicari tandingannya. Alloh membimbing dan membaguskan bimbingan-Nya, sampai-sampai Alloh berfirman terhadap beliau seraya memuji beliau:

وإنك لعلى خلق عظيم

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”(Al Qolam : 4)

Sifat-sifat yang mulia inilah yang membuat jiwa manusia merasa dekat dengan beliau, membuat hati mereka mencintai beliau, menempakan beliau sebagai pemimpin yang menjadi tumpuan harapan hati. Bahkan orang-orang yang dulunya bersikap keras terhadap beliau berubah menjadi lemah lembut, hingga akhirnya manusia masuk ke dalam agama Alloh secara berbondong-bondong.

Sifat-sifat yang sudah disebutkan disini hanya sebagian kecil dari gambaran kesempurnaan dan keagungan sifat-sifat beliau. Gambaran yang sebenarnya yang menggambarkan sifat dan cirri-ciri beliau adalah sesuatu yang tidak bisa diketahui secara persis sehingga sedetail-detailnya. Adakah orang yang mengaku mengetahui hakikat diri manusia yang paling sempurna dan mendapat cahaya Robbnya, sehingga akhlaqnyapun adalah Al Qur’an?.

Ya Alloh, rahmatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau merahmati Ibrohim dan keluarga Ibrohim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mha Mulia. Ya Alloh, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberkahi  Ibrohim dan keluarga Ibrohim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mha Mulia.

Diringkas dari terjemahan kitab Siroh Nabawiyyah karya Syaik Shofiyyurrohman Al Mubarokfury.
*******
*****

Semoga risalah singkat ini akan menjadikan diri-diri kita semakin cinta kepada Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam_.

Adapun kecintaan yang seharusnya kita persembahkan kepada beliau adalah kecintaan yang sesui dengan tuntunan Al Qur’an dan Sunnah. Tidak sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Sufiyyin yang mana mereka mengklaim diri-diri mereka sebagai orang yang paling mencintai Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam_, sehingga merekapun berbuat ghuluw terhadap beliau dan mensejajarkan beliau sebagai Illah. Mereka berdo’a, bernadzar kepada Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam_, sebagian mereka menganggap Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam_ dapat memberikan manfaat dan madhorot bagi mereka, padahal yang namanya ibadah hanyalah haq Alloh semata dan tidak ada yang dapat memberikan manfaat dan madhorot kecuali Alloh Robb semesta alam. Dan merekapun membuat bid’ah-bid’ah dalam agama seperti mengadakan maulid nabi, mereka mengatakan bahwa itu adalah bentuk implementasi rasa cinta mereka terdahap Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam_. Benarkah demikian?

Para pembaca_Rohimakumulloh_, ketahuilah oleh kalian bahwa merupakan bentuk perealisasian dan wujud rasa cinta dan adab seorang mu’min kepada Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam_ yang sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Sunnah adalah dengan cara sebagai berikut:

1.  Beriman kepada beliau dan beriman pula kepada apa yang beliau bawa. Alloh _Subhanahu wa ta’ala _berfirman:

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وآمنوا برسوله يؤتكم كفلين من رحمته ويجعل لكم نورا تمشون به ويغفر لكم والله غفور رحيم

“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayan.”(Al Hadiid : 28)
2.   Membenarkan segala berita yang beliau sampakan.

3.  Mentaati perintah dan larangan Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam_. Alloh _Subhanahu wa ta’ala _berfirman:

“..وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا واتقوا الله إن الله شديد العقاب”

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”(Al Hasyr : 7)

Dan dalam sebuah hadits Nabi_Sholallohu Alaihi wa Salam_ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ .
[رواه البخاري ومسلم]
“Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Apa yang aku larang hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka. (Bukhori dan Muslim)”
4.  Mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam_. Alloh _Subhanahu wa ta’ala _berfirman:

قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Ali imron : 31)

Kecintaan kepada Rosul adalah tidak dengan menyelenggarakan peringatan, pesta berhias, dan menyenandungkan sya’ir yang diliputi dengan keghuluwan yang tidak akan lepas dari kemungkaran. Demikian juga tidak dengan berbagai macam bid’ah yang tidak ada dasarnya dalam ajaran syari’at Islam. Tetapi kecintaan kepada Rosul adalah dengan mengikuti petunjuknya, berpegang teguh dengan sunnahnya, serta dengan menerapka ajaran-ajarannya.

Alangkah indah ucapan seorang penya’ir tentang kecintaan sejati di bawah ini:

“Jika kecintaanmu itu sejati,
Niscaya engkau akan mentaatinya,
Sesungguhnya seorang pencinta,
Kepada orang yang dicintainya,
Akan selalu taat setia.”


Selesai disusun di Walahar, 5 Rojab 1433 H / 26 Mei 2012
Oleh : Al Faqiiroh ilaa Maghfiroti Robbihaa