Oleh : Ummu Abdirrohman Najiyah Ibnat Kaswita
Ghoffarollohu ‘anhaa wa waalidaihaa
بسم
الله الرحمن الرحيم
الحمد لله
والصلاةوالسلام على رسول الله وعلى آله ومن
والاه أما بعد:
PENGANTAR
Secara
tobiat, manusia akan mencintai sesuatu yang baik, yang indah, yang mulia dan
lain sebagainya dari kelebihan-kelebihan yang Alloh tetapkan bagi manusia. Baik
kebaikan itu tampak secara dzohir maupun batin. Lalu bagaimanakah kiranya, jika
terkumpul pada sosok seorang manusia kesempurnaan penciptaan, baik dari
keindahan fisiknya maupun kemulyaan akhlaqnya. Tentu jiwa manusia akan
cenderung kepadanya, mencintainya dan memulyakannya. Barang siapa yang berjumpa
dan berbincang dengannya pasti akan mencintainya, barangsiapa yang membaca
siroh perjalanan hidupnya pasti akan kagum kepadanya, kecuali orang-orang yang
memang di dalam hatinya ada penyakit, maka tak ayal lagi kecintaan yang seharusnya
dipersembahkan menjadi kebencian yang dikedepankan.
Para
pembaca _Rohimakumulloh_, tahukah anda siapakah gerangan orang yang dimaksud?
Beliau adalah orang yang memiliki kemulyaan pada nasabnya, memiliki keelokan
pada rupa dan parasnya, memiliki keluhuran pada akhlaq dan perangainya.
Beliaulah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muththolib (yag namanya syaibah) bin
Hasyim (yang namanya Amru) bin Abdil Manaf (yang namanya Al Mughiroh) bin Qushoiy
(yang namanya Zaid) bin Killab bin Murroh bin Ka’ab bin Lu’ay bin Gholib bin
Fihr (yang berjuluk Quroisy yang menjadi cikal bakal nama qobilah) bin Malik
bin An Nadzr (yang namanya Qois) bin Qinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah
binIlyas bin Mudhor bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.
Dan
sungguh, umat Islam telah diwajibkan untuk mencintai beliau lebih dari kecintaan
mereka terhadap ibu bapak, anak-anak mereka, dan manusia seluruhnya. Nabi
_Sholallohu Alaihi wa Salam bersabda:
عن أبي هريرة
رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
(فوالذي نفسي
بيده، لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده).
“Dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maka
demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang dari kalian hingga
aku lebih dicintainya daripada orang
tuanya dan anaknya".(HR. Bukhori)
Dan juga sabdanya yang lain:
عن أنس، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:
(ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن
يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في
النار).
“Dari Anas bin Malik
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga perkara
yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman:
Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika
ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia
benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke
neraka."(HR. Bukhori)
Nabi
_Sholallohu Alaihi wa Salam_adalah manusia yang lain dari pada yang lain karena
kesempurnaan penciptaan fisik dan akhlak beliau, yang tidak cukup digambarkan
lewat kata-kata. Akibatnya, semua hati pasti akan mengagungkan dan menyanjung
beliau, yang tidak pernah diberikan kepada selain beliau. Orang-orang yang
hidup berkata dengan beliau, pasti akan mencintai beliau, tak perduli apapun
yang bakal menimpa mereka. Hal ini terjadi karena memang kesempurnaan diri
beliau, yang tidak pernah dimiliki siapapun. Berikut ini akan kami paparkan
ringkasan beberapa riwayat yang menjelaskan keindahan dan kesempurnaan fisik
beliau, yang tentunya ini masih sangat terbatas.
Berikut
ini akan kami paparkan sedikit gambaran keelokkan fisik dan kemulyaan akhlak
beliau, kami katakana “sedikit gambaran” karena apa yang ada pada beliau jauh
lebih baik dan lebih mulya dari sekedar apa yang kami deskripsikan. Semoga
dengan mengenalnya lebih jauh akan semakin memupuk kecintaan kita kepada beliau
dan merealisasikan nilai-nilai kecintaan tersebut dalam kehidupan kita dalam
bentuk ittiba-ur rosul.
KEINDAHAN FISIK
Ummu
Ma’bad Al Khuza’iyyah pernah berkata tentang diri Rosululloh _Sholallohu Alaihi
wa Salam_. Dia menggambarkan beberapa sifat beliau di hadapan suaminya, saat beliau lewat di kemah dalam
perjalanan hijroh beliau ke Madinah. “Dia sangat bersih, wajahnya berseri-seri,
bagus perawakannya, tidak merasa berat karena gemuk tidak bisa dicela karena
kepalanya kecil, elok dan tampan, di matanya ada warna hitam, bulu matanya
panjang, tidak mengobral bicara, lehernya jenjang, matanya jelita, memakai
celak mata, alisnya tipis, memanjang dan bersambung, rambutnya hitam, jika diam
dia tampak berwibawa, jika berbicara dia tampak menarik, dia adalah orang yang
paling elok dan menawan diliht dari kejauhan, bagus dan manis setelah mendekat,
bicaranya manis dan rinci, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak, bicaranya
seakan-akan marjan yang tertata rapih dan landai, perawakannya sedang, mata
yang memandangnya tidak lolos karena perawakannya yang pendek dan tidak sebal karena perawakannya
yang tinggi, seakan satu dahan diantara dua dahan, dia adalah salah seorang
dari tiga orang ynag menarik perhatian, paling bagus tampilannya, mempunyai
rekan-rekan yang menghormatinya, jika dia berbicara mereka menyimak
perkataannya, jika dia memberikan perintah mereka bersegera melaksanakan
perintahnya, dia orang yang diataati, disegani, dikerumuni orang-orang,
wajahnya tidak memberengut dan tidak pula orang yang diremehkan.
Ali
bin Abi Tholib juga berkata mensifati diri Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa
Salam_. “Beliau bukan orang yang terlalu tinggi dan bukan pula orang yang
terlalu pendek, orang yang perawakannya sedang-sedang, rambutnya tidak kaku dan
tidak pula keriting, rambutnya lebat, tidak gemuk dan tidak kurus, wajahnya
sedikit bulat, kedua matanya sangat hitam, bulu matanya panjang, persendian-persendiannya
yang pokok besar, bahunya bidang, bulu dadanya lembut, tidak ada bulu-bulu di
badan, telapak tangan dan kakinya tebal, jika berjalan seakan-akan sedang
berjalan di jalanan yang menurun, jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh,
di antara kedua bahunya ada cincin nubuwah, yaitu cicin para nabi, telapak
tangannya yang terbagus, dadanya yang paling bidang, yang paling jujur
bicaranya, yang paling memenuhi perlindungan, yang paling lembut perangainya,
yang paling mulia pergaulannya, siapapun yang tiba-tiba memandangnya tentu
segan kepadanya, siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya.”
Kemudian dia berbicara lagi, “Aku tidak pernah melihat orang yang seperti beliau, sebelum maupun
sesudahnya.”
Jabir
bin Samuroh berkata, “Mulutnya besar dan matanya lebar dan tidak banyak
tumpukan dagingnya”
Abuth
Thufail berkata, “Kulitnya putih, wajahnya berseri-seri, dan perawakannya
sedang-sedang (tidak terlalua gemuk dan tidak terlalu kurus, tidak tinggi dan
tidak pendek).”
Anas
bin Malik berkata, “Kedua telapak tangannya lebar, warna kulitnay elok, tidak
putih sopak dan tidak terlalu coklat, kuat kepalanya, di kepala atau di
jenggotnya hanya ada dua puluh lembar uban.”
Dia
juga berkata “Ada beberapa lembar uban di kedua pelipisnya.”
Abu
Juhaifah berkata, “Kulihat uban di bawah bibirnya yang bawah, yang disebut al
anfaqoh.”
Abdulloh
bin Bisyr berkata, “Di bawah bibirnya yang bawah ada beberapa lembar uban.”
Al
Barro’ berkata, “Perawakannya sedang, dua bahunya bidang, memiliki rambut
mencapai daun telinga. Ku lihat beliau mengenakan jubah berwarna merah, tidak
pernah ku lihat yang sebagus itu. Beliau adalah orang yang paling tampan
wajahnya dan paling bagus akhlaknya.” Al
Barro’ pernah ditanya, “Apakah wajahnya seperti pedang?” Dia menjawab, “Tidak,
tapi wajah beliau seperti rembulan.” Dalam suatu riwayat disebutkan “Wajahnya
bulat.”
Pada
awal mulanya beliau biasa menggeraikan rambutnya karena kecintaan beliau
mengikuti ahli kitab, tapi di kemudian hari beliau membelah rambutnya.
Ar
Rubayyi’ binti Muawwidz berkata, saat melihat beliau seakan-akan aku sedang
melihat matahari yang sedang terbit.”
Jabir
bin Samuroh berkata, “Aku pernah melihat beliaupada suatu malam yang cerah
tanpa ada mendung, ku pandangi wajah Rosululloh_Sholallohu Alaihi wa Salam_lalu
ganti ku pandangi rembulan, ternyata menurut penglihatanku beliau lebih indah
dari pada rembulan.”
Abu Hurairoh berkata, “Tidak
pernah ku lihat sesuatu yang lebih bagus dari pada diri Rosululloh_Sholallohu
Alaihi wa Salam_. Seakan-akan matahari berjalan di wajahnya dan tidak pernah ku
lihat seseorang yang jalannya lebih cepat dari pada beliau, seakan-akan tanah
menjadi landai bagi beliau. Kami sudah berusaha mencurahkan kekuatan, tetapi
seakan-akan beliau tidak perduli.”
Ka’ab
bin Mlik berkata, “Jika sedang gembira, wajah beliau berkilau, seakan-akan
wajah beliau adalah sepotong rembulan.”
Saat
sedang berada di dekat ‘Aisyah beliau berkeringat, hingga membuat raut muka
beliau berkilau. Kemudian hal ini digambarkan oleh Abu Hudzaly dalam sya’irnya:
“Jika ku lihat raut mukanya
Ada kilau yang memancar di
sana”
Setiap
kali Abu Bakar melihat beliau, maka dia berkata, “Yang terpercaya dan pilihan,
kepada kebaikan dia menyeru. Seperti bulan purnama yang mengeyahkan kegelapan.”
Jika
sedang marah muka beliau memerah, seakan-akan di kedua tulang pipinya terbelah
buah delima
Jabir
bin Samuroh berkata, “Kedua lengannya halus dan lembut, jika tertawa hanya
tersenyum, dan tiap kali aku memandangnya maka aku katakan, ‘Dua mata yang
bercelak tapi tidak layaknya celak’”
Ibnu
Abbas berkata, “Ada celah diantara gigi-gigi serinya, jika sedang berbicara
terlihat ada semacam cahaya yang memancar dari gigi-gigi seri itu.
Leher
beliau seperti leher boneka yang terbuat dari perak yang mengkilat, mulutnya
indah dan lebar, jenggotnya lebat, keningnya lebar, hidungnya indah, kedua
pipinya lembut dan empuk, dari leher depan sampai ke pusarnya melajur seperti
tongkat, hanya di dada dan perutnya yang ada bulu, lengan dan betisnya
juga ada rambutnya, perut dan dada
sama-sama bidang, pergelangan tangannya panjang, telapak tangannya lebar, bentuk tulang lengan dan betisnya
bagus, telapak kakinya yang tengah melengkung, anggota-anggota badannya
panjang, jika badannya itu condong maka condongnya kuat, langkah-langkah
kakinya lebar dan berjalan dengan tenang.
Anas
berkata, “Aku tidak pernah menyentuh kain sutra yang lebih halus daripada
telapak tangan Nabi_Sholallohu Alaihi wa Salam_. Aku tidak pernah mencium suatu
aroma, minyak kesturi atau bau apapun yang lebih harum daripada bau dan aroma
Rosululloh_Sholallohu Alaihi wa Salam_.
Abu
Juhaifah berkata, “Aku pernah memegang tangan beliau lalu ku tempelkan di
wajahku. Ternyata tangan beliau lebih dingin daripada es dan lebih harum
daripada aroma minyak kesturi.
Jabir
bin Smuroh berkata, “Selagi beliau masih kecil beliau pernah mengusap pipiku.
Ku rasakan tangannya benar-benar dingin dan harum, seakan-akan beliau baru
mengeluarkannya dari tempat penyimpanan minyak wangi.
Anas
berkata, “Butir-butir keringatnya seperti mutiara.” Ummu Sulaim juga berkata,
“Keringatnya lebih harum daripada minyak wangi.”
Jabir
berkata, “Beliau tidak melewati suatu jalan, lalu seorang membuntutinya,
melainkan dia bisa mengetahui bahwa
beliau telah lewat, dari keharuman keringatnya.”
Diantara
kedua bahunya ada cincin nubuwah seperti telur burung merpati.
KESEMPURNAAN JIWA DAN
KEMULIAAN AKHLAK
Nabi
_Sholallohu Alaihi wa Salam_adalah manusia yang lain dari pada yang lain karena
kefasihan bicaranya, kejelasan ucapannya, yang selalu disampaikan pada
kesempatan yang tepat dan di tempat yang tidak sulit diketahui, lancar, jernih
kata-katanya, jelas pengucapan dan maknanya, mengkhususkan pada
penekanan-penekanan hukum, mengetahui logat-logat bahasa Arob, berbicara dengan
setiap qobilah Arob sesuai dengan logat masing-masing, berdialog dengan mereka menurut
bahasa masing-masing, ada kekuatan pola bahasa badui yang cadas berhimpun pada
dirinya, demikian juga dengan kejelasan dan kejernihan cara bicara orang yang
sudah beradab, berkat kekuatan yang datang dari illahi dan dilantarkan lewat
wahyu.
Beliau
adalah orang yang lembut, murah hati, mampu menguasai diri, suka memaafkan saat
memegang kekuasaan dan sabar saat ditekan. Ini semua merupakan sifat-sifat yang
diajarkan oleh Alloh.
Orang
yang murah hati bisa saja tergelincir
dan terperosok. Tapi sekian banyak gangguan yang tertuju kepada beliau justru
menambah kesabaran beliau. Tingkah polah orang-orang yang bodoh yang
berlebih-lebihan justru menambah kemurahan hati beliau. Aisyah berkata: “Jika
Rosululoh_Sholallohu Alaihi wa Salam_ harus memilih diantara dua perkara, tentu
beliau memilih yang paling mudah diantara keduanya, selagi itu bukan suatu
dosa. Jika itu suatu dosa maka beliau orang yang paling menjauh darinya. Beliau
tidak membalas untuk dirinya sendiri kecuali jika ada pelanggaran terhadap
kehormatan Alloh, lalu beliau membalas karena Alloh. Beliau adalah orang yang
paling tidak mudah marah dan paling cepat ridho.”
Diantara
sifat murah hati dan kedermawanan beliau yang sulit digambarkan, bahwa beliau
memberikan apapun dan tidak takut miskin. Ibnu Abbas berkata:” Nabi _Sholallohu
Alaihi wa Salam_adalah orang yang paling murah hati. Kemurahan hati beliau yang
paling menonjol ialah pada bulan Romadhon saat dihampiri Jibril. Jibril
menghampiri beliau setiap malam pada bulan Romadhon, untuk mengajarkan Al
Qur’an kepada beliau. Beliau benar-benar orang yang lebih murah hati untuk
hal-hal yang baik daripada angin yang berhembus”.
Jabir
berkata, “Tidak pernah beliau dimintai sesuatu, lalu menjawab ‘Tidak’”.
Rosululloh
_Sholallohu Alaihi wa Salam-memiliki keberanian, patriotisme dan kekuatan yang
sulit diukur dan tidak terlalu sulit untuk diketahui di mana keberadaannya.
Beliau adalah orang yang paling pemberani, mendatangi tempat-tempat yang sulit.
Berapa banyak para pemberani dan patriot yang justru lari dari hadapan beliau.
Beliau adalah orang yang tegar dan tidak bisa diusik, terus maju dan tidak
mundur serta tidak gentar. Siapapun orang pemberani tentu akan lari menghindar
dari hadapan beliau. Ali berkata, “Jika kami sedang dikepung ketakutan dan
bahaya, maka kami berlindung kepada Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam-.
Tak seorangpun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh daripada beliau.”
Nabi
_Sholallohu Alaihi wa Salam_ adalah orang yang paling malu dan suka menundukan
mata. Abu Sa’id Al Khudriy mengatakan, “Beliau adalah orang yang paling pemalu
daripada gadis di tempat pingitannya. Jika tidak menyukai sesuatu, maka bisa
diketahui dari raut mukanya.”
Beliau
tidak pernah memandang lama ke wajah seseorang, menundukkan pandangan, lebih
banyak memandang ke arah tanah daripada memandang ke arah langit, pandangannya
jeli, tidak berbicara langsung di hadapan seseorang yang membuat malu, tidak
menyebut nama seseorang secara jelas jika beliau mendengar sesuatu yang kurang
disenanginya, tetapi beliau bertanya, “Mengapa orang–orang itu berbuat begitu?”.
Nabi
_Sholallohu Alaihi wa Salam_ adalah orang yang paling adil, paling mampu
menahan diri, paling jujur perkataannya dan paling besar amanatnya. Orang yang
mendebat dan bahkan musuh beliupun mengakui hal ini. Sebelum nubuwah beliau
sudah dijuluki al amin (orang yang terpercaya). Sebelum Islam dan pada masa
jahiliyah beliau juga ditunjuk sebagai pengadil. At Tirmidzi meriwayatkan dari
Ali, bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada beliau, “Kami tidak mendustakan
dirimu, tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa.” Karena itu Alloh menurunkan
ayat tentang orang yang mendustakan itu.
قد نعلم
إنه ليحزنك الذي يقولون فإنهم لا يكذبونك ولكن الظالمين بآيات الله يجحدون
“Sesungguhnya,
Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu,
(janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan
kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.”(Al
An’am:33)
Heraklius
mengajukan pertanyaan kepada Abu Sufyan, “Apakah kalian menuduh dusta sebelum
dia mengatakan apa yang dia katakan?”. Abu Sufyan berkata, ‘Tidak’”.
Nabi
_Sholallohu Alaihi wa Salam_ adalah orang yang paling tawadhu’ dan paling jauh
dari sifat sombong. Beliau tidak menginginkan orang-orang berdiri saat menyambut
kedatangannya seperti yang dilakukan terhadap para raja. Beliau biasa menjenguk
orang sakit dan biasa duduk-duduk bersama orang-orang miskin, memenuhi undangan
hamba sahaya, duduk di tengah para shohabat sama seperti keadaan mereka. Aisyah
berkata, “Beliau biasa menambal terompahnya, menjahit bajunya, mengerjakan
pekerjaannya sendiri, seperti yang dilakukan salah seorang diantara kalian di
rumahnya. Beliau sama dengan orang lain, mencuci pakaiannya, memerah air susu
dombanya dan membereskan urusannya sendiri.”
Beliau
adalah orang yang paling aktif memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan,
paling menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap orang lain., paling bagus
pergaulannya, paling lurus akhlaqnya, paling jauh dari akhlaq yang buruk, tidak
pernah berbuat kekejian dan menganjurkan kepada kekejian, bukan termasuk orang
yang suka mengumpat dan mengutuk, bukan termasuk orang yang suka membuat hiruk
pikuk di pasar, tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa, tetapi
memaafkan dan lapang dada. Tidak membiarkan seseorang berjalan di belakangnya,
tidak mengungguli hamba sahaya dan pembantunya dalam masalah makanan dan
pakaian, membantu orang yang seharusnya membantu beliau, tidak pernah membentak
pembantunya, tidak menegurnya karena perbuatan yang tidak beres atau tidak
melaksanakan perintahnya, mencintai orang-orang miskin dan suka duduk-duduk
bersama mereka, menghadiri jenazah mereka, tidak mencela orang miskin karena
kemiskinannya.
Hindun
binti Abi Halah berkata ketika menggambarkan sifat-sifat beliau, “Nabi
_Sholallohu Alaihi wa Salam_ seperti tampak berduka, terus menerus berfikir,
tidak punya waktu untuk istirahat, tidak bicara jika tidak perlu, lebih banyak
diam, memulai dan mengakhiri perkataan dengan seluruh bagian mulutnya dan tidak
dengan ujung-ujungnya saja, berbicara dengan menggunakan kata-kata yang luas
maknanya, terinci, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, dengan nada
yang sedang-sedang, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan, mengagungkan
nikmat sekalipun kecil, tidak mencela sesuatu, tidak mencela rasa makanan dan
tidak terlalu memujinya, tidak terpancing untuk cepat-cepat marah jika ada
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran, tidak marah untu kepentingan
dirinya, lapang dada, jika sedang marah beliau berpaling dan tampak semakin
tua, jika sedanng gembira beliau menundukan pandangan matanya.Tawanya cukup
dengan senyuman.
Beliau
selalu menahan lidahnya kecuali untuk hal-hal yang dibutuhkan, mempersatukan
para shohabatnya dan tidak memecah belah mereka, menghormati orang yang memang
dihormati pada setiap kaum dan memberikan kekuasaan kepadanya atas kaumnya, memperingatkan
manusia dan waspada terhadap mereka, tanpa menyembunyikan kabar gembira yang
memang harus diberitahukan kepada mereka.
Beliau
mengawasi para shohabat dan menanyakan apa yang terjadi diantara manusia,
membaguskan yang bagus dan membenarkannya, memburukan yang buruk dan
melemahkannya, sederhana, tidak bertindak macam-macam, tidak lalai karena takut
jika mereka lalai atau bosan, setiap keadaan bagi beliau adalah normal, tidak
kikir terhadap kebenaran, tidak berlebih-lebihan kepada orang lain, berbuat
lemah lembut kepada orang yang paling baik, orang yang paling baik di mata
beliau adalah orang yang paling banyak nashihatnya, dan orang yang paling besar
kedudukannya di mata beliau adalah orang yang paling baik perhatian dan
pertolongannya.
Beliau
tidak duduk dan tidak bangkit kecuali dengan dzikir, tidak membatasi berbagai
tempat dan memilih tempat khusus bagi beliau, jika tiba disuatu pertemuan
beberapa orang, beliau duduk di tempat yang paling akhir dalam pertemuan itu
dan beliau memerintahkan yang demikian itu, memberikan tempat kepada setiap orang
yang hadir pada pertemuan beliau, sehingga tidak ada orang yang hadir di situ
bahwa seorang merasa lebih terhormat dari beliau. Siapapun yang duduk-duduk
bersama beliau dan mengajaknya bangkit untuk suatu keperluan, maka beliau tidak
pernah menolaknya. Beliau selalu membuka diri kepada manusia, sehingga beliau
layaknya seorang bapak bagi mereka. Mereka selalu berdekatan dengan beliau
dalam masalah kebenaran, menjadi utama disisinya karena taqwa. Majlisnya adalah
majlis yang diwarnai kemurahan hati, malu, sabar, dan amanah, tidak ada suara
yang melengking, tidak dikhawatirkan ada pelanggaran terhadap kehormatan, mereka
saling bersimpati dalam masalah kataqwaan, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menolong orang yang membutuhkan dan mengasihi
orang asing.
Beliau
senantiasa gembira, murah hati, lemah lembut, tidak kaku dan keras, tidak suka
mengutuk, tidak berkata keji, tidak suka mencela, tidak suka memuji, pura-pura
lalai terhadap sesuatu yang tidak menarik dan tidak tunduk kepadanya, meninggalkan
tiga perkara dari dirinya: riya’, banyak bicara dan membicarakan sesuatu yang
tidak perlu. Beliau meninggalkan manusia dari tiga perkara: tidak mencela
seseorang, tidak menghinanya, dan tidak mencari-cari kesalahan. Beliau tidak
bicara kecuali pada hal-hal yang beliau mengharap pahalanya. Jika beliau
berbicara orang yang hadir di majelisnya diam, seakan-akan diatas mereka ada
burung, jika beliau diam maka mereka baru berbicara. Mereka tidak berdebat di
hadapan beliau. Jika ada seseorang yang berbicara saat beliau berbicara, mereka
menyuruhnya diam hingga beliau selesai bicara. Beliau tersenyum jika ada
sesuatu yang membuat mereka tersenyum, mengagumi sesuatu yang membuat mereka
kagum, sabar menghadapi kekasaran perkataan orang asing.
Khorijah
bin Zaid berkata, “Nabi _Sholallohu Alaihi wa Salam_ adalah orang yang paling
mulia di dalam majelisnya, hampir tidak ada yang keluar dari tepi bibirnya.
Beliau lebih banyak diam, tidak berbicara yang tidak diperlukan, berpaling dari
orang-orang yang berbicara dengan cara
tidak baik. Tawanya berupa senyuman, bicaranya terinci, tidak terlalu
banyak dan tidak terlalu sedikit. Para shohabat tertawa jika beliau tersenyum,
karena mereka hormat dan mengikuti beliau.
Secara
umum Nabi _Sholallohu Alaihi wa Salam_ adalah gudangnya sifat-sifat
kesempurnaan yang sulit dicari tandingannya. Alloh membimbing dan membaguskan
bimbingan-Nya, sampai-sampai Alloh berfirman terhadap beliau seraya memuji
beliau:
وإنك
لعلى خلق عظيم
“Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”(Al Qolam : 4)
Sifat-sifat
yang mulia inilah yang membuat jiwa manusia merasa dekat dengan beliau, membuat
hati mereka mencintai beliau, menempakan beliau sebagai pemimpin yang menjadi
tumpuan harapan hati. Bahkan orang-orang yang dulunya bersikap keras terhadap
beliau berubah menjadi lemah lembut, hingga akhirnya manusia masuk ke dalam
agama Alloh secara berbondong-bondong.
Sifat-sifat
yang sudah disebutkan disini hanya sebagian kecil dari gambaran kesempurnaan
dan keagungan sifat-sifat beliau. Gambaran yang sebenarnya yang menggambarkan
sifat dan cirri-ciri beliau adalah sesuatu yang tidak bisa diketahui secara
persis sehingga sedetail-detailnya. Adakah orang yang mengaku mengetahui
hakikat diri manusia yang paling sempurna dan mendapat cahaya Robbnya, sehingga
akhlaqnyapun adalah Al Qur’an?.
Ya
Alloh, rahmatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau merahmati
Ibrohim dan keluarga Ibrohim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mha Mulia.
Ya Alloh, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau
memberkahi Ibrohim dan keluarga Ibrohim,
sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mha Mulia.
Diringkas
dari terjemahan kitab Siroh Nabawiyyah karya Syaik Shofiyyurrohman Al
Mubarokfury.
*******
*****
Semoga
risalah singkat ini akan menjadikan diri-diri kita semakin cinta kepada Rosululloh
_Sholallohu Alaihi wa Salam_.
Adapun
kecintaan yang seharusnya kita persembahkan kepada beliau adalah kecintaan yang
sesui dengan tuntunan Al Qur’an dan Sunnah. Tidak sebagaimana yang dilakukan
oleh orang-orang Sufiyyin yang mana mereka mengklaim diri-diri mereka sebagai
orang yang paling mencintai Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam_, sehingga
merekapun berbuat ghuluw terhadap beliau dan mensejajarkan beliau sebagai
Illah. Mereka berdo’a, bernadzar kepada Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa
Salam_, sebagian mereka menganggap Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa Salam_
dapat memberikan manfaat dan madhorot bagi mereka, padahal yang namanya ibadah
hanyalah haq Alloh semata dan tidak ada yang dapat memberikan manfaat dan
madhorot kecuali Alloh Robb semesta alam. Dan merekapun membuat bid’ah-bid’ah
dalam agama seperti mengadakan maulid nabi, mereka mengatakan bahwa itu adalah
bentuk implementasi rasa cinta mereka terdahap Rosululloh _Sholallohu Alaihi wa
Salam_. Benarkah demikian?
Para
pembaca_Rohimakumulloh_, ketahuilah oleh kalian bahwa merupakan bentuk perealisasian
dan wujud rasa cinta dan adab seorang mu’min kepada Rosululloh _Sholallohu
Alaihi wa Salam_ yang sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Sunnah adalah dengan
cara sebagai berikut:
1. Beriman kepada beliau dan beriman pula kepada
apa yang beliau bawa. Alloh _Subhanahu wa ta’ala _berfirman:
يا أيها
الذين آمنوا اتقوا الله وآمنوا برسوله يؤتكم كفلين من رحمته ويجعل لكم نورا تمشون به
ويغفر لكم والله غفور رحيم
“Hai orang-orang yang beriman (kepada
para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya
Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya
yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayan.”(Al Hadiid : 28)
2. Membenarkan segala berita yang beliau
sampakan.
3. Mentaati perintah dan larangan Rosululloh
_Sholallohu Alaihi wa Salam_. Alloh _Subhanahu wa ta’ala _berfirman:
“..وما
آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا واتقوا الله إن الله شديد العقاب”
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”(Al
Hasyr : 7)
Dan
dalam sebuah hadits Nabi_Sholallohu Alaihi wa Salam_ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْر رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ
: مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا
مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ
كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ .
[رواه البخاري ومسلم]
“Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia
berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Apa
yang aku larang hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan
maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran
orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang
tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka. (Bukhori dan
Muslim)”
4. Mengikuti
dan berpegang teguh dengan sunnah Rosululloh _Sholallohu
Alaihi wa Salam_. Alloh _Subhanahu wa ta’ala _berfirman:
قل إن
كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم
“Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Ali
imron : 31)
Kecintaan
kepada Rosul adalah tidak dengan menyelenggarakan peringatan, pesta berhias,
dan menyenandungkan sya’ir yang diliputi dengan keghuluwan yang tidak akan
lepas dari kemungkaran. Demikian juga tidak dengan berbagai macam bid’ah yang
tidak ada dasarnya dalam ajaran syari’at Islam. Tetapi kecintaan kepada Rosul
adalah dengan mengikuti petunjuknya, berpegang teguh dengan sunnahnya, serta
dengan menerapka ajaran-ajarannya.
Alangkah
indah ucapan seorang penya’ir tentang kecintaan sejati di bawah ini:
“Jika
kecintaanmu itu sejati,
Niscaya
engkau akan mentaatinya,
Sesungguhnya
seorang pencinta,
Kepada
orang yang dicintainya,
Akan
selalu taat setia.”
Selesai
disusun di Walahar, 5 Rojab 1433 H / 26 Mei 2012
Oleh : Al Faqiiroh ilaa Maghfiroti Robbihaa