Kamis, 31 Mei 2012

Untukku, Untukmu dan Kita Semua “Mari Kita Introspeksi Diri!”


Oleh : Ummu Abdirrohman Najiyah Ibnat Kaswita
Ghoffarollohu ‘anhaa wa waalidaihaa


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاةوالسلام على رسول الله وعلى آله ومن والاه أما بعد:
 Muhibbatul ‘ilmi anu ngajak seuri
Ngajak nyeungseurikeun diri
Majarkeun teh loba pangarti
Nyandang gelar tholabatul ‘ilmi
Tapi naha  ti bareto nepi ka kiwari
Laku lampah masih acan keneh syar’i?
Jauh tina pangarti anu geus nepi
Duh manusa, hayu urang benahkeun diri
Ngaca bari jeung introspeksi diri
Ulah tereh sombong bari jeung bangga diri
Pedah ceuk batur urang geus loba pangarti
Tuluy ngajauhan majalisul ‘ilmi
Ngarasa cukup ku elmu sa kecap komo bari jeung poho deui
Ulah kitu baraya jeung para wargi
Elmu nu geus aya hayu urang muroja’ah deui
Tuluy diterapkeun kana kahirupan urang pribadi
Ulah misil jalma-jalma anu dipapanceunan Tauroh nyaeta Yahudi
Maranehna teu ngalaksanakeun pituduh ti Illahi Robbi
Lir ibarat kalede nu dimomotan ku pirang-pirang kitab teu saukur hiji

Memupuk Cinta Menggapai Pahala

Oleh : Ummu Abdirrohman Najiyah Ibnat Kaswita
Ghoffarollohu ‘anhaa wa waalidaihaa

 بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاةوالسلام على رسول الله وعلى آله ومن والاه أما بعد:
PENGANTAR

Secara tobiat, manusia akan mencintai sesuatu yang baik, yang indah, yang mulia dan lain sebagainya dari kelebihan-kelebihan yang Alloh tetapkan bagi manusia. Baik kebaikan itu tampak secara dzohir maupun batin. Lalu bagaimanakah kiranya, jika terkumpul pada sosok seorang manusia kesempurnaan penciptaan, baik dari keindahan fisiknya maupun kemulyaan akhlaqnya. Tentu jiwa manusia akan cenderung kepadanya, mencintainya dan memulyakannya. Barang siapa yang berjumpa dan berbincang dengannya pasti akan mencintainya, barangsiapa yang membaca siroh perjalanan hidupnya pasti akan kagum kepadanya, kecuali orang-orang yang memang di dalam hatinya ada penyakit, maka tak ayal lagi kecintaan yang seharusnya dipersembahkan menjadi kebencian yang dikedepankan.

Rabu, 09 Mei 2012

Meninggalkan Sifat Hasad


Oleh : Ummu Abdirrohman Najiyah Ibnat Kaswita
Ghoffarollohu ‘anhaa wa waalidaihaa

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاةوالسلام على رسول الله وعلى آله ومن والاه أما بعد:

PENGANTAR MUHIBBATUL ‘ILMI

Para pembaca _Rohimaniy wa Rohimakumulloh_,
Pada kesempatan yang mulia ini Muhibbatul ‘Ilmi ingin mengetengahkan kepada para pembaca sekalian  salah satu topik dari topik-topik yang sangat urgent untuk diketahui oleh segenap kaum muslimin. Sebuah pembahasan mengenai salah satu penyakit hati yang sangat kronis, dimana sedikit sekali dari hamba-hamba Alloh yang bisa selamat darinya, kecuali yang diberi rahmat oleh Alloh. Itulah yang dinamakan dengan peyakit hasad.Penyakit inilah yang telah menjadikan iblis dikeluarkan dari surga karena hasad kepada bapak moyang kita Adam _‘Alaihi wasalam_. Dan peyakit ini pula yang diidap oleh bangsa Yahudi dan Nashroni hingga merekapun enggan untuk menerima ajaran yang dibawa oleh Rosululloh_Sholallohu ‘alaihi wa salam_, tidak lain karena mereka hasad kepada beliau. Demikian pula penyakit ini telah menjalar dan menjangkiti sebagian besar kaum muslimin, baik dari kalangan awwamun naas maupun orang yang telah ber’ilmu kecuali yang diberi rahmat oleh Alloh. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah _Rohimahullohu Ta’ala:

ما خلي الجسد من الحسد, ألاءم ينظره والكريم يخفيه, فمن وجد في نفسه حسدا أنيستعمل بالتقوي و الصبر فيكره حسدا

“Tidak ada jasad yang kosong dari hasad, orang yang jelek akan menampakkan hasadnya dan orang yang mulia akan menyembunyikannya. Maka barang siapa yang mendapati pada dirinya sifat hasad, maka hendakknya dia membawa dirinya kepada ketaqwaan dan kesabaran dan hendaknya dia membenci apabila hasad itu ada pada dirinya.”
Maka berilmu tentangnya adalah sebuah keniscayaan agar kita dapat terhindar atau berusaha menghindarkan diri dari penyakit ini. Besar harapan kami, kiranya tulisan ini dapat memberi manfaat terutama bagi penyusun dan para pembaca sekalian. Hanya kepada Alloh semata kita meminta perlindungan dari penyakit hasad.
Selamat menelaah!