Rabu, 28 Maret 2012

Birrul Waalidaini (Berbakti kepada Kedua Orang Tua)


  بسم الله الرحمن الرحيم
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
“Dari Abi Hurairoh rodhiyallohu ‘anhu, beliau berkata : Telah datang seorang laki-laki kepada Rosululloh _Sholallohu 'alaihi wasalam_, kemudian ia berkata: “Ya Rosulalloh siapakah manusia yang paling berhaq untuk aku perlakukan dengan baik?
Maka Rosululloh _Sholallohu 'alaihi wasalam_ bersabda : ”Ibumu!”.
Laki-laki itu berkata (lagi) : “Kemudian siapa lagi?”. 
Rosululloh bersabda: ” Kemudian Ibumu!”.
Laki-laki itu berkata (lagi) : “Kemudian siapa lagi?”. 
Rosululloh bersabda :” Kemudian Ibumu!”.
Laki-laki itu berkata (lagi) : “Kemudian siapa lagi?”. 
Rosululloh bersabda:”Kemudian bapakmu!”. (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Selasa, 27 Maret 2012

Tunaikanlah Hak Jalan !

 بسم الله الرحمن الرحيم

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (إياكم والجلوس بالطرقات). فقالوا: يا رسول الله، مالنا من مجالسنا بد نتحدث فيها، فقال: (فإذا أبيتم إلا المجلس، فأعطوا الطريق حقه). قالوا: وما حق الطريق يا رسول الله؟ قال: (غض البصر، وكف الأذى، ورد السلام، والأمر بالمعروف، والنهي عن المنكر).

Dari Abu Sa’id al-Khudri Radiyallahu’anhu ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda: “Hindarilah duduk-duduk di tepi-tepi jalan.” Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kami tidak bisa meninggalkan tempat-tempat duduk kami dimana kami biasa bercakap-cakap disana“. Beliau bersabda: “Jika kalian enggan, maka berikanlah hak jalan itu.” Mereka bertanya: “Apa haknya?” Beliau bersabda: “Menundukkan pandangan mata, tidak mengganggu orang yang lewat, menjawab salam, menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar.” (Muttafaqun ‘alaih).
(Shahih) HR. al Bukhari, no. 6229 dan Muslim, no.2121.

Minggu, 25 Maret 2012

Alloh Maha Luas KaruniaNya

بسم الله الرحمن الرحيم
 ,Berkata Alloh ta’ala
ذَلِكَ أَمْرُ اللَّهِ أَنْزَلَهُ إِلَيْكُمْ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا (٥)
“Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (Ath-Tholaq: 5)
حدثنا إسحاق بن منصور قال: حدثنا عبد الرزاق قال: أخبرنا معمر، عن همام، عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (إذا أحسن أحدكم إسلامه: فكل حسنة يعملها تكتب له بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف، وكل سيئة يعملها تكتب له بمثلها).
(Dengan sanadnya) Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu berkata, “Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang di antara kamu memperbaiki keislamannya, maka setiap kebaikan yang dilakukannya ditulis untuknya sepuluh kebaikan yang seperti itu hingga tujuh ratus kali lipat. Dan setiap kejelekan yang dilakukannya ditulis untuknya balasan yang sepadan dengan kejelekan itu.”” (Shohih Al-Bukhory no. 42)

MENOLAK ALASAN BASI TENTANG BOLEHNYA MEMAKAI DASI

بسم الله الرحمن الرحيم

Ditulis oleh:
Al-Akh Shubhan bin Abu Tholhah Al-Jawi
- semoga Alloh menjaga dan memaafkannya-
Darul Hadits Dammaj, pada hari Senin 19 Robi’uts-Tsani 1433
Editor:
Akhuhu Fillah Abu Fairuz Abdurrohman Al Jawiy
-semoga Alloh menjaga dan memaafkannya-

Di awal pengepungan Rofidhoh -dammarohumulloh- terhadap Ahlussunnah di Dammaj pada tahun ini (1432 H), salah seorang ikhwan dari Malaysia menyodorkan kepadaku tentang jawaban Dzulqornain tentang bolehnya seseorang memakai dasi. Setelah saya membaca jawaban itu, maka dapat disimpulkan bahwa ia membolehkan seseorang memakai dasi dengan tiga alasan:
  1. Dasi itu bukanlah suatu bentuk ibadah khusus orang kafir.
  2. Hal ini sudah tersebar di kalangan kaum muslimin.
  3. Tidak ada pelanggaran syar’iy di dalamnya.
Semua alasan ini adalah alasan basi yang insya Alloh akan kita jawab satu persatu([1]) dengan memohon pertolongan Alloh semata.

Sabtu, 10 Maret 2012

(Soal-Jawab) Ragu-ragu dalam Ibadah dan Solusinya

بسم الله الرحمن الرحيم

Ragu-ragu Dalam Ibadah dan Solusinya

Dijawab oleh: Abu Ja’far Al-Harits Al-Minangkabawy
-semoga Allah mengampuni dosa-dosanya-
Darul Hadits Dammaj, 12 Robi’uts Tsany 1433 H
Soal:
Afwan, apa hukum bagi seseorang yang ketika berwudhu selalu dihantui perasaan ragu-ragu terhadap wudhunya karena seringnya berhadats, dan akibat keragu-raguan ini wudhu dilakukan berulang-ulang. Dan bagaimana cara untuk mengatasi keragua-raguan ini agar ibadah bisa dilakukan sesuai sunnah Rosul..?  -Fatimah/Makassar- 081343xxxxx

Kamis, 08 Maret 2012

(Soal-Jawab) Wanita Keluar Rumah Tanpa Mahrom

بسم الله الرحمن الرحيم
Soal:
Ana punya istri, istri sangat senang berada didalam rumah, ana pun tiada masalah sebelumnya dengan kebiasaan istri. Namun ikhwan dan juga teman istri ( Luqmaniyun ) suka mencibir dgn maksud menyuruh istri untuk dollan (main) bersama akhowat-akhowat (naek motor tanpa mahrom) ke rumah-rumah mereka atau main keluar rumah (yg mana ana tahu kondisi lingkungan rumah ana yang banyak bapak-bapak, dan kalaupun ada istrinya disitu pun ada suaminya). meminta nasihat antum, apakah kebiasaan istri ana yang suka didalam rumahnya itu salah? Kalau salah, bagaimana seharusnya ?
Barokallohufiykum. (Aboe Bakr) 087889930xxxx

Kematian

Oleh : Ummu Abdirrohman Najiyah Ibnat Kaswita
Ghoffarollohu ‘anhaa wa waalidaihaa

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
Wahai jiwa yang sedang terbuai dengan angan,
Akan kehidupan dunia yang penuh kemewahan,
Meretas cita, merangkai angan dalam impian,
Kedudukan terhormat yang didambakan,
Harta dan keturunan yang jadi pengharapan,
Serasa dunia ingin ada dalam genggaman,
 Wahai saudaraku yang sedang terlena dengan buaian angan,
Bagimu ku ajukan sebuah pertanyaan:
Sudahkah kau mengingat kematian?

Sabtu, 03 Maret 2012

Nashihat Agar Meninggalkan Muamalah dengan Bank


NASIHAT PENTING
AGAR MENINGGALKAN MUAMALAH RIBA
 
Karya Syaikh Karim
'Abdil 'Aziz bin 'Abdillah bin Baaz
rahimahullah

 

Judul Arab

نصيحة هامة
في التحذير من المعاملات الربوية

Judul Asal

التحذيرمن المساهمة في البنوك الربوية
والإيداع فيها بفائدة والاقتراض منها

Karya

Asy-Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdillah bin Baaz  

Di Cetak Di Bawah Pengawasan

الرئاسة العامة للبحوث العلمية والإفتاء
الإدارة العامة لمراجعة المطبوعات الدينية
الرياض-المملكة العربية السعودية

Cetakan Ke-Empat Tahun 1428

Murajaah

Abu Fairuz 'Abdurrahman bin Sukaya Al-Qudsi

Alih Bahasa

Abu 'Abdirrahman Shiddiq bin Muhammad Al-Bugisi

Selesai Diterjemahkan Bihamdillah Di

 Darul Hadits Dammaj Harasahallah

22 Ramadhan 1431

Hukum Membersihkan Kuburan Ketika Berziyaroh Kubur



Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory
-semoga Allah mengampuni dosa-dosanya-
بسم الله الرحمن الرحيم
Apa hukum membersihkan kuburan dan mencabut rumput-rumput yang tumbuh di atasnya, ini dilakukan ketika ziaroh kubur bukan pada waktu yang dikhususkan? Dari Abu Jarir Ibnu Alimu Al-Limbory (08539xxxxxx).

HUKUM MENYIAPKAN SUTROH ketika HENDAK SHALAT BERJAMA’AH


Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory
Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya
Pertanyaan:
بسم الله الرحمن الرحيم
Abu Ahmad! terkadang kita shalat berjama’ah terlambat lalu kita menaruh sutroh apakah boleh perbuatan kita tersebut? Abu Hamzah Imron Al-Ambony (08134xxxxxxxx).
Jawaban:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين، وبعد:
Permasalahan ini ada dua pendapat:
Pendapat pertama: Boleh, dengan maksud supaya dia nantinya tidak bergerak-gerak di dalam proses shalatnya, dan meletakan sutroh tersebut karena khawatir setelah imam salam (selesai shalatnya) dia tidak lagi memiliki sutroh dan kalau dia menuju atau bergeser menghadap sesuatu yang akan dia jadikan sutroh jaraknya jauh, maka kalau berjalan khawatir bisa batal shalatnya, sedangkan kalau dia diam di tempatnya dengan tanpa menggunakan sutroh maka dia terkena hadits dari Abu Dzar Rahimahullah:

Hukum Memakan Makanan Sesajian Ketika Tahlilan


PERTANYAAN DARI LIMBORO tentang PEMBAHASAN TAHLILAN ORANG LIHOKO 

Dijawab oleh: Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory -Semoga Allah menjaganya- 

PERTANYAAN PERTAMA:
بسم الله الرحمن الرحيم
Apa hukumnya memakan makanan “sosolongki” (makanan sesajian) ketika “piha’oa” (tahlilan)? Dari Hisyam bin Abdullah Al-Limbory. (081344xxxx).
Jawaban:
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، أما بعد:
Sebelum membahas masalah “nima’a sosolongki” (makanan sesajian yang diletakan di ruangan khusus atau kamar pusaka) terlebih dahulu kita mengetahui hukum “piha’oa” (tahlilan). Untuk mengetahui masalah ini perlu kita ketahui sejarah munculnya “piha’oa” (tahlilan)? Dan apakah di dalam Islam ada “piha’oa” (tahlilan)?. 

INGIN KULIAH karena IKUTI WASIAT BUNDA DAN AYAH


INGIN KULIAH
karena
IKUTI WASIAT BUNDA DAN AYAH
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory
–semoga Allah mengampuni dosa-dosanya-
بسم الله الرحمن الرحيم
Bagaimana kalau Ibukita sebelum meninggal dunia berwasiat agar saya kuliah! Dan saudara-saudariku mengingkinkan pula agar saya kuliah, begitu pula paman-paman dan bibi-bibiku mengingkan agar saya kuliah. Dan saya berkeinginan untuk kuliah dengan mengambil jurusan elektro atau computer supaya saya memiliki ketrampilan!. Dari Hisyam Al-Limbory (081344xxxxxx).

Kaedah -Kaedah dalam Memahami Perbedaan Dakwah Salafiyah dengan Dakwah Hizbiyyah

ترجمة
القواعد السلفية
لأبي أحمد محمد بن سليم اللمبوري
إلى اللغة الأندونيسية
KAEDAH-KAEDAH
DALAM MEMAHAMI PERBEDAAN DAKWAH SALAFIYYAH DENGAN DAKWAH HIZBIYYAH
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory
Diterjemahkan oleh:
Muhammad (Syamsul ‘Alam) Al-Makassary
-semoga Allah menjaganya-
قال أبو أحمد محمد بن سليم اللمبوري: 
Berkata Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory:
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan nama Allah yang Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang).
القاعدة الأولى
أصول الدعوة السلفية ثلاثة: كتاب الله ، وسنة النبي ق، وعلى منهج السلف الصالح.
Kaedah Pertama:
Dasar-dasar dakwah Salafiyyah ada tiga; Kitabullah (Al-Qur’an), Sunnah-sunnah Nabi ق [hadits-hadits], dan di atas manhaj (metode) para pendahulu yang shalih”. 

Nasihat Syaikh Muqbil _rahimahullah_ Terhadap Penuntut Ilmu dan Seorang Da'i Agar Tidak Disibukkan dari Belajar-Mengajar Karena Mencari Nafkah

بسم الله الحمن الرحيم
الحمد لله رب العلمين القائل: { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ } [المنافقون: 9]
وقال: {رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ } [النور: 37]
والصلاة والسلام على نبي الأمين القائل: ((فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُلْهِيَكُمْ كَمَا أَلْهَتْهُمْ)). أخرجه البخاري
((ما أخشى عليكم الفقر ولكن أخشى عليكم التكاثر وما أخشى عليكم الخطأ ولكن أخشى عليكم العمد)) أخرجه أحمد وحسنه إمام الوادعي في "الصحيح المسند" رقم: 1349. أما بعد:

Berkata Syaikh Muqbil Al-Wadi'i rahimahullah pada permasalahan mengambil upah dalam tahdits: "Tapi afdhol dia ngajar demi Allah, apa yang memudharatkannya kalau dia mengamalkan sebagaimana para ulama terdahulu amalkan, diantara mereka ada tukang besi, ada penjual bibit/biji-bijian, ada penjual sayur, dan sebagainya bermacam-macam kerjaan, sampai jual luban (getah pohon), jual susu sapi, ada tukang jagal, mereka mencari nafkah kemudian setelah itu mereka juga (tidak lupa) duduk ngajar, akan tetapi pada zaman sekarang ini barangsiapa yang hendak mencari nafkah sekaligus belajar atau ngajar dia mesti hidup apa adanya, karena kami dapati sebagian orang hendak menjamak antara ini dan itu akhirnya malah disibukkan,